Di ruang ganti baju, Zean terlihat melamun.
"Ze! Apa tindakan lo ini? Kata-kata lo aneh tau gak, gak jelas. Lo gak harus kayak gitu!" Gion memberi asumsi.
"Gue rasa dia bukan tipe cewek yang begitu. Ada apa sama lo?"
Zean sudah terlihat rapih dan pergi meninggalkan kedua temannya tanpa menjawab apapun pertanyaan. Itu seperti ia hanya mengabaikannya. Ia melangkah menuju cafe yang jaraknya lumayan jauh dari kampus tapi bisa dijangkau dengan jalan kaki. Seketika Zean memikirkan peristiwa dengan Liona. Sungguh, hal itu tiba-tiba mengganggu pikirannya.
"Zean?" Delisa menegur.
"Eh kenapa?"
"Ngelamunin apa sih? Nanti kesandung lo!"
Zean canggung karena teguran Delisa.
"Pokoknya gue minta ditraktir. Ya ya?" Delisa menggandeng lengan Zean lagi. Ia memohon meminta traktir dari seorang Zean yang biasa ia dapatkan.Zean tiba-tiba tak nyaman. Dirinya mulai resah sendiri.
"Del. Kayaknya gue gak bisa ke cafe hari ini. Gimana buat planningnya kita tunda?"
"Ih kenapa? Lo sibuk? Kenapa lo bilang bisa?" Delisa mulai mengerucutkan mulutnya.
"Ada urusan penting banget. Maaf, gue cabut ya!" Zean pergi dengan tergesa. Ia berlari kembali ke kampus tepatnya ke fakultas ilmu sosial. Banyak mahasiswi yang melihatnya histeris karena ia berkliaran di gedung ilmu sosial. Gion dan Yuda sendiri mendapat info dari teman anak sosiologi mereka bahwa Zean tengah kebingungan di dalam gedung fakultas mereka.
"Zean nekat!" Gion bergumam dan lantas ia susul Zean bersama Yuda.
Liona sendiri tengah termenung di taman kampus dengan Hani dan Roy yang terlihat rebahan di kursi taman. Roy sendiri memenjamkan matanya, sambil mendengarkan curhatan Liona dan Hani hanya bisa mengusap-usap bahu Lio.
"Em mungkin dia masih di Semarang Li. Kalau emang takdir nanti juga ketemu."
"Gue bodoh Han. Bisa-bisanya gue anggap manusia kejam itu adalah Abi. Abi orang baik, sedangkan Zean itu macem api, panas, membakar apapun di dekatnya."
Taman kampus begitu sepi, Roy malah mendengkur disaat Lio curhat begitu seriusnya.
"Tetelan Badak! Ngorok sembarangan. MALING WOY MALING!" Hani berteriak di telinga Roy, ia lantas terbangun sergap.
"Mana maling? Biar gua gibeng dia!" Roy mengeluarkan jurusnya refleks terkejut.
"Hahahaha."
"Syaalaaan looo yaaaa Hantu! Kena karma lo nanti! Anjir!"
Seseorang datang ke hadapan mereka dengan napas terengah-engah. Semua mata terbelalak termasuk Liona sendiri. Ia lantas berdiri dengan memancarkan wajah kebingungan.
"Zean?" Roy dan Hani pun terkejut.
Sementara di belakang Zean terlihat Yuda dan Gion yang menghentikan larinya.
"Anjir lo! Ngapain keliaran di sini? Malu gue," ucap Yuda terengah.
"Ada apa? Mau bilang gue modus lagi sama lo? Hah? Mau bilang gue salah satu jajaran fans lo? Apa?"
Zean mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di belakang tangannya. Sebuah kotak musik hitam Zean perlihatkan pada Liona. Ia membukanya dan kotak musik itu masih berfungsi dengan baik, mengeluarkan suara yang masih terbilang indah. Liona melotot melihat kotak musik di tangan Zean. Ia kemudian menghampir dengan mata sedikit berkaca.
"Kotak ... musik ... gue?" Pertanyaannya terbata kebingungan.
"Iya! Ini milik lo yang gue simpen selama 10 tahun lamanya saat gue mau pindah ke Semarang!" Ucapan Zean membuat Liona menatapnya melotot.
"Jadi ... lo ..."
"Ya! Gue Abi, temen SD lo yang badung, yang suka main bola sama lo, yang suka makan harum manis sama lo, yang suka ngejek balik anak-anak yang ngejek lo, yang suka bikin nangis temen lo!" Ucapannya membuat Lio menitihkan sedikit air mata.
Peristiwa itu membuat haru semua orang yang menyaksikan, yaitu teman-teman mereka sendiri.
"Sejak kapan lo ganti nama? Lo tau, gue berharap banget bisa hubungin lo lewat manapun, tapi gak pernah bisa."
"Nama gue tetap Zean. Tapi cuma lo yang manggil gue Abi. Karena gue, Abram Zean Abimana."
Lio menendang kaki Zean dengan keras bersambung kesal.
"Aw! Apa-apaan lo?"
"Kenapa lo diem kalau lo bener-bener ngenalin gue?"
"Kan gue penasaran, apa lo bener-bener Lio yang gue kenal. Lo berubah drastis!"
"Maksud lo?"
"Lo cewek sekarang!" Ucapan Zean membuat terkekeh semuanya.
"Anjir! Dulu gua apaan? Banci? Syalan lo ya!" Lio menendang lagi kaki Zean.
"Tuh, udah terjawab semua. Sekarang, dah sana lo pada nostalgia dah, gua mau molor dulu di perpus!" Roy melangkah pergi.
"Hai Ze. Gak nyangka Liona bisa punya temen kayak lo. Heheheh." Hani sangat senang, sekaligus ia bisa terus bertemu Zean kalau seperti ini jadinya.
"Anjir! Main lembut lo ternyata?" Gion terkekeh.
"Kalian tau? Bodoh amat ya gue?"
"Lo dari dulu gitu!"
Terlihat senyum memencar dari Lio maupun Zean. Kebahagiaan terlihat dari mereka berdua. Selama 10 tahun bisa bertemu lagi. Mungkin adalah takdir yang sangat jarang terjadi.
VOMENT GESS. Kasih bintang di kiri bawah. Hargai jari Author😂
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Novela JuvenilHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...