Semilir angin membawa mereka terduduk di bawah rindangnya pohon taman di kota Bandung. Mereka sibuk memakan es krim masing-masing.
"Gimana? Susah gak belajar jadi dokter?" tanya Lio.
"Gue denger lo pernah tes masuk ya tapi gagal, ahaha tulalit!"
"Tau ah. Lo dulu gak sejahat ini!"
Zean menoleh menatap Liona pekat yang tengah mengerucutkan mulutnya. Semua itu membuat Zean malah tersenyum karena sungguh imut Liona di bola matanya.
"Anjir tumpah! Yah sepatu gue!"
Es krim Lio terjatuh menimpa sepatunya yang berwarna coklat.
"Lo dulu gak seceroboh ini."
Suara ponsel berdering keras.
"Ze! Hani sama Roy cari gue nih, balik yok?"
"Gimana sepatu lo?"
"Gak apa-apa deh," jawab Lio santai.
Zean menekuk setengah lututnya ke dasar tanah, membuka sepatu Liona tanpa memberitahu maksud membuat Liona melotot.
"Dih ngapain lo?" Lio menghindar.
Zean melangkah menuju mobilnya. Ia membuka bagasi mobil mewahnya, mengambil sepasang sepatu olahraga berwarna hitam.
"Tuh pake!"
"Lah? Ngapain?"
"Sepatu lo kotor, itu lengket pasti gak enak!"
"Ah lama. Udah pake, sini biar gue pakein."
Liona melotot terdiam, Zean memaksanya memakai sepatu olahraga miliknya yang bahkan tak pernah Lio terka harganya itu.
"Pasti ini mahal, kalau lecet gue gak mau ganti."
"Lo bisa simpen itu kalau lecet, ayo pergi."
Zean melangkah menuju mobil, senyum simpul terlihat dari wajah Zean. Sungguh, senyum itu yang jarang sekali terlihat dari Zean. Biasanya ia hanya menjaga image depan perempuan. Liona sendiri tersenyum tipis setelah melihat sepatu Zean menempel pada kedua kakinya.
"Zean emang baik. Mana ada cewek yang mau nolak dia," batin Lio seraya tersenyum.
Sampai di kampus, terlihat Hani berlari kencang menghampiri mobil Zean.
"Dari mana kalian?" Roy sendiri menatap Lio pekat tanpa mengedip membuat Lio takut sendiri. Karena setelah ia keluar dari mobil, Zean pun mengikuti.
"Gue abis ke SD sama Zean."
"Ngapain? Nostalgia? OMG, gak zaman ih. Sini-sini!"
Hani menarik Lio agak menjauh dari Zean.
"Zean itu punya Delisa. Li, jangan sampe lo kena masalah lagi gara-gara cowok berpengaruh di Suardana ini."
Lirikan Hani sungguh tajam pada Zean. Yang tadinya menyukai malah berbalik membenci.
"Hani!" Lio membentak membuat Roy semakin menyipitkan matanya menatap Lio.
"Lo ngapa Roy?"
"Bro! Gue tau kalian sahabat masa kecil. Tapi kalau lo culik Lio tiba-tiba gini dan mencemaskan semua orang termasuk gue, gue gak terima itu."
"Emang. Lo siapanya Lio? Peduli banget!" Celetukan Zean membuat Roy melotot tak habis pikir.
"Li! Orang begini lo bilang baik di masa kecil? Omongannya aja gini," tukas Roy kesal.
"Lagian, kalau lo cuma sahabat dari Lio, kenapa lo posesif gini? Lio mau berteman sama siapapun itu terserah dia. Gue juga gak bakal ngapa-ngapain Lio kok!" Ucapan Zean malah membuat Roy semakin naik darah. Ia tak terima bahwa Zean banyak bicara tentangnya dan Lio.
"Lo gak tau apa-apa tentang gue, gue bahkan mengenal Lio lebih dari lo. Lo siapa? Tiba-tiba muncul dengan nama Abi dan mencampuri urusan orang?"
"Heh. Ngapa pada berantem gini sih? Ini kampus loh!" Hani berusaha melerai mereka berdua.
"Roy please!" Lio menggelengkan kepalanya pelan, ia tahu betul sikap Zean dan Roy, orang yang dikenal tak peduli apapun, sebenarnya ia sangat berperasa.
"Dan bahkan, gue mengenal Lio sebelum Lio mengenal lo!" Zean menimpali dengan nada meninggi.
Emosi Roy sudah tak terkendali, matanya memerah dan ingin segera menubruk Zean dengan tubuhnya namun Hani menghentikan itu.
"Udah dewasa! Ih aih, Roy. Lo bukan Roy sekarang, ayo mending kita pergi." Liona sendiri malah kebingungan.
"Zean udah!"
"Kita bahkan baru ketemu beberapa pekan lalu, dan asal lo tau betapa senangnya gue saat nemuin lo Liona." Ucapan Zean membuat Lio menatap lirih Zean. Roy sendiri mendengus kesal atas drama mereka.
"Drama lo! Pantes aja lo difitnah sama semua orang, lo suka bikin semua jadi drama tau gak!"
"ROY! CUKUP! Lo bisa posesif terhadap gue, tapi gue gak terima saat lo menghina orang lain di depan gue dan lo udah campurin urusan gue Roy!" Ucapan Liona membuat Roy melotot. Dengan seketika, ia diasingkan Liona.
"Gue yang selalu nganter lo ke sana-ke mari. Gue yang setia ada di samping lo saat ada masalah. Dan lo bilang gue campuri urusan lo cuma karena cowok ini? Oke Li. Kalau lo udah nyaman sama temen baru lo ini, silahkan lo bebas berbuat apapun dan itupun bukan urusan gue!"
Pertengkaran mereka malah mejadi masalah besar. Roy dan Lio yang sama sekali tak pernah berseteru, kali ini mereka bertengkar hanya karena ada seorang Zean datang ke kehidupan Liona kembali. Roy memang orang yang cuek, tapi ia tak terima jika Lio sendiri mencampakkannya begitu saja.
"Li. Lo boleh senyaman apapun sama seseorang. Tapi lo jangan lupa, kalau Roy selalu ada buat kita disaat apapun. Dia selalu aja luangin waktu untuk denger cerita kita walau dia sebenarnya mungkin gak mau denger hal itu. Gue minta maaf, kalau gue sama Roy ikut campur. Gak berpihak pada siapapun, tapi Roy butuh temen saat ini."
"Bu ... bukan maksud gue. Han ... Han .. jangan pergi Han ... Han masa lo ngambek sama gue. Lo tau kan Roy baperan!" Teriakan Lio tak diindahkan oleh Hani yang terus berjalan menghindarinya.
"Liona? Gue bikin masalah? Bukan maksud gue nyinggung Roy. Gue gak suka cara bicara Roy!"
Liona meringis bingung, tak sadar mungkin air mata keluar dari celah matanya. Liona pergi tanpa pamit pada Zean. Sekali lagi, Zean merasa sungguh bersalah. Ia merasa dirinya lah yang ikut campur atas urusan mereka yang sebelumnya memang ia tak pernah kenal.
"Anjir! Salah mgomong lagi gue?" Zean mengacak rambutnya kasar.
VOMENT GESS TENGKIYU💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Novela JuvenilHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...