Selamat membaca
♡♡♡
□□□□
"Woy dengerin gue!" Yang semula kelas berisik pun sedikit lebih hening, perhatian mereka pun tertuju kedepan, dimana Bagas tengah berdiri didepan. "Hari ini Bu Ayu sedang berhalangan hadir dan beliau juga tidak menitipkan tugas. Jadi, gue harap kalian tetap berada didalam kelas dan tidak berisik. Kecuali ada hal yang penting, baru gue kasih izin lo keluar." Menyebalkan memang, harusnya jika ada jam kosong seperti ini, Bagas akan memilih bolos dan paling tidak dirinya tengah berada diwarung sambil menikmati beberapa gorengan dan celotehan tidak jelas dari beberapa temannya.
"Yah, nggak bisa cabut dong Gas." Bobi menyuarakan protesnya. Bisa saja Bagas cabut dari kelas ini, tapi masalahnya ia sudah mendapat amanat dari guru piket untuk mengondisikan kelasnya agar tidak berisik dan tidak berbuat ulah. Karena jika kelasnya tidak kondusif, maka dirinya lah sendiri, sebagai ketua kelas yang akan ditegur oleh guru.
"Lo diem aja dikelas, ngapain kek." Bagas sengaja duduk didekat pintu agar dirinya lebih bisa mengawasi teman-temannya dan tahu siapa saja yang akan keluar.
"Masa diem aja dikelas, bosen Gas."
Bagas tidak menangapi ucapan Bobi, ia memilih memainkan game diponselnya sambil menyenderkan punggungnya ditembok.
Yang lain pun seolah sibuk dengan ponsel genggam yang ada ditangnnya. Namun ada juga diantaranya sedang melaksanakan permainan true or dare atau bermain kartu bagi anak laki-laki.
"Sal sini ikutan." Naura mengajak Salsa untuk bermain true or dare bersama siswi lain. Salsa nampak ragu untuk mengikuti permainan tersebut, karena menurutnya permainan itu sangat berbahaya. Apalagi mendapat pertanyaan atau tantangan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Tapi dari pada dirinya bosen menunggu jam pulang yang masih lumayan lama. Ia pun memutuskan untuk bergabung bersama mereka.
"Siapa nih yang muter duluan." Aisyah bertanya kepada mereka.
"Gue dulu." Ucap Hana. Ia pun mulai memutarkan pulpen tersebut. Hingga pulpen itu berhenti dan menunjuk kearah Citra. "True or dare?"
"True." Ucapnya spontan.
Hana tersenyum misterius. "Siapa cowok yang lo taksir dikelas ini?" Sudah Salsa bilang bukan pertanyaan nya berbahaya dan bisa menjebak.
Citra diam, ia belum bersuara. Belum lagi kelasnya nampak hening, ia takut orang itu mendengarnya.
"Nggak akan kedengeran ini, tenang aja." Ucap Aisyah seolah tahu apa yang tengah ia pikirkan.
"Bagas." Ucapnya pelan. Lalu melirik kearah Bagas yang sepertinya ia tidak mendengar ucapannya. Walaupun Bagas sedikit nakal dan seringkali berbuat usil namun saat ia sedang berada didepan ia nampak berwibawa dan berucap tegas, belum lagi ia memiliki wajah yang lumayan tampan dan manis dengan lesung pipinya.
Mereka pun tersenyum menggoda Citra.
Citra mengambil pulpen itu, karena tak ingin terus-terusan digoda oleh mereka. "Udah ya, gue puter lagi."
Pulpen itu pun diputar kembali, dan berhenti tepat menunjuk kearah Karlina. "Ah sial, gue kena lagi." Ucap Karlina.
"True or dare?"
"Dare deh."
Citra nampak berpikir sebentar. "Samperin cowok itu terus bilang I love you ke dia." Citra menunjuk satu siswa yang tengah membaca sebuah komik. Vano.
Karlina pun melaksana dengan senang hati. "Oke." Ia berjalan kearah Vano, sedangkan mereka melihatnya dari tempatnya saat ini.
"Vano." Vano pun menoleh kearah Karlina. "I love you." Karlina berucap sambil menyatukan ibu jari dan telunjuknya dan membentuk lambang hati ala korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG [Completed]
Teen FictionDia yang pernah aku cintai, namun belum sempat aku katakan. Hingga akhirnya dia pergi bahkan tidak tahu kapan akan kembali. Namun kejelasan itu belum sempat aku dapatkan.