Delapan Belas

25 0 0
                                    

'Kau terlalu dalam ku taruh dalam perasaan, hingga aku lupa bagaimana mengeluarkanmu dari sana.'

♡♡♡

"Hana, pulpen gue!" Naura berteriak, setelah Hana mengambil pulpennya tanpa permisi. Kelasnya sedang jam kosong dan untungnya kelas sebelah pun sama sehingga mereka tidak mendapat teguran dari guru karena membuat keributan.

"Pinjem bentar Ra, nanti gue balikin!" Hana berlari kearah luar kelasnya, menghiraukan Naura yang terus saja memanggilnya.

Karlina duduk didepan Naura. "Tuh anak mau kemana sih?"

Naura dan Salsa pun mengedikan kedua bahunya.

Azrial dan Jaya pun masuk kedalam kelas. Jaya berucap heboh didepan kelasnya sambil teriak. "Woy, nanti kita bakalan ditraktir makan-makan nih sama Azrial."

Azrial mengerutkan keningnya, kapan ia berucap seperti itu.

Perhatian Salsa tertuju kearah mereka. Bahkan beberapa orang dikelas pun melihat kearah depan.

"Ada acara apaan nih?" Tanya Bagas.

Jaya terkekeh pelan. "Dia baru aja jadian sama Lia, kali-kali morotin dia lah." Jaya tertawa pelan.

"Gue setuju nih, buat ngerayain hari jadiannya. Boleh lah temen satu kelas lo ini ditraktir?" Bobi berucap senang, ia paling suka dengan traktiran. Katanya, biar hemat pengeluarannya.

Azrial memukul kepala Jaya menggunakan buku yang telah ia gulung. Ia melihat kearah Lia yang tertunduk malu.

"Kapan lagi coba, lo mau traktir kita makan-makan." Jaya berucap membujuk Azrial.

"Iya, iya." Putus Azrial. Ia berjalan kearah tempat duduknya. Jaya pun tersenyum senang mendengar kalimat itu.

Salsa tersenyum kecut mendengar berita itu. Benar kata orang, lebih baik ia tidak tahu hal sekecil apapun, kalau pada akhirnya ia akan terluka.

Bel istirahat sudah berbunyi. Mereka pun berjalan kearah kantin dengan tidak sabaran, apalagi mereka akan mendapat makanan gratis.

"Sal, yuk kekantin." Ajak Naura, Karlina dan Amel sudah lebih dulu pergi kesana, katanya takut tidak kebagian kursi.

"Duluan aja Ra." Salsa sangat tidak berselera makan, apalagi ini menyangkut Azrial.

Naura menatap Salsa tak yakin. "Beneran?"

Salsa menganguk, lalu tersenyum menyakinkan Naura bahwa ia baik-baik saja.

"Nanti nyusul ya."

Tinggal lah ia dikelas seorang diri. Salsa mengeluarkan buku novelnya, pemberian Vina waktu itu, namun belum sempat ia baca.

Salsa jadi merindukan Vina, kalau saja Vina ada disini pasti ia akan menghiburnya. Salsa memang belum bercerita kepada Naura atau yang lain, karena ia belum sepenuhnya percaya kepada mereka. Mungkin nanti ia akan berbicara, setelah mereka merasa nyaman dan mulai terbuka kepadanya.

Seseorang sepertinya ada yang datang, namun Salsa mencoba tidak menghiraukannya. Ia kembali pokus kearah novelnya.

"Nggak kekantin Sal?"

Jantung Salsa berdegup kencang. Kenapa juga ia harus bertemu Azrial disaat hatinya masih terluka. Bukannya ia harus ada disana menemani teman-temannya, kan dirinya yang akan menelaktir mereka bukan.

"Nanti." Ucapnya tanpa memalingkan pandangannya terhadap novel yang sedang ia pengang. "Lo kenapa nggak kesana?" Aduh kenapa juga Salsa bertanya hal itu. Ia pun meruntuki dirinya sendiri.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang