Tiga Puluh Satu

19 1 0
                                    

Salsa berlari disepanjang koridor sekolahnya yang sudah sepi, ia telat akibat keasikan mengobrol dengan Hana tadi malam.

Pintu kelasnya sudah tertutup. Salsa menelan ludahnya, habis sudah pasti didalam sudah ada guru. Ia pun perlahan mengetuk pintu kelasnya.

Pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita berkecamata tengah menatapnya. "Kenapa kamu telat?"

Salsa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia sangat tidak suka dalam situasi seperti ini. "Anu bu, Saya kesiangan." Ucapnya menunduk, pasti teman sekelasnya tengah menatap kearahnya. Terutama mungkin Azrial.

"Assalamualaikum." Hana juga baru saja datang dan penampilannya sedikit berantakan dengan keringat yang bercucuran didahinya.

"Walaikumsalam. Kenapa kamu juga telat?" Pandangannya beralih kearah Hana.

Hana memberikan penjelasan. "Saya tadi kena macet bu, terus-"

"Sudah saya tidak ingin mendengar alasan kalian berdua. Kalian ibu hukum, bersihkan taman hingga tidak ada lagi sampah yang berserakan disana."

"Kok gitu sih bu?" Protes Hana, ia belum menyelesaikan alasannya. "Saya kan belum se-"

"Sudah kalian sana kerjakan. Kalau protes lagi saya tambah hukumannya."

"Iya bu, kalau gitu kami permisi bu." Salsa menarik lengan Hana agar segera keluar.

"Sebel banget." Sahut Hana. "Gue aja belum selesai ngomong dipotong mulu sama tuh guru." Gerutunya.

"Lo beneran kejebak macet?"

"Sebenarnya gue kejebak macet dilampu merah aja, selebihnya gue kesiangan." Ucapnya tersenyum konyol. "Ini aja gue masih ngantuk." Hana sesekali terlihat menguap.

Mereka pun tiba ditaman, Salsa mengambil sapu lidi dan juga serokan dan mulai melaksanakan tugasnya itu. "Lo mau nyapu sebelah sini atau sebelah sana, biar cepet kelar."

"Sini aja deh." Hana pun mulai mengambil sapu lidinya dan mulai menyapu dengan ogah-ogahan.

Salsa pun berjalan kearah lain, hingga mereka pun berjauhan.

***

Satu hal yang Salsa lupakan, ia belum sarapan. Pantas saja ia merasa pusing dan perutnya sedikit sakit. Mungkin maagnya kabuh, dan sialnya ia tidak membawa obat. "Han, lo duluan aja kekelas, gue mau ke UKS."

"Lo kenapa, sakit?" Hana terlihat begitu khawarir dengan Salsa.

"Gue mau minta obat maag aja."

"Perlu gue anter?" Tawarnya.

Salsa mengeleng. "Nggak usah."

"Yaudah sini tas lo biar gue simpen." Salsa memberikan tasnya kepada Hana, lalu berjalan kearah ruang UKS.

Salsa membuka pintu UKS yang tidak begitu tertutup rapat. Disana ada seorang siswi yang tengah menulis sesuatu, menoleh kearahnya saat pintu itu terbuka. "Kakak butuh sesuatu?" Tanyanya, sepertinya ia adik kelasnya.

"Masih ada obat maag?" Tangannya terus saja menekan area rasa sakitnya itu.

"Bentar Kak saya cek dulu." Salsa berjalan kearah bangkar untuk membaringkan tubuhnya yang sudah agak lemas sedangkan siswi itu mulai mencari obat yang dimintanya.

"Maaf Kak, obat maagnya abis. Bentar saya beli dulu ya kak." Siswi itu pun berjalan keluar, hingga Salsa sendirian berada di UKS. Ia mencoba memejamkan matanya dan berbaring menyamping, berharap rasa sakitnya segera hilang.

Bagas menyeritkan keningnya saat Hana datang kedalam kelasnya seorang diri, lalu dimana Salsa. Ia pun mengahampiri Hana. "Han, Salsa kemana?"

"Lagi di UKS." Hana menyimpan tas Salsa ditempatnya.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang