Salsa membaringkan tubuhnya. Pandangannya tidak sengaja melihat poto dengan sahabat lamanya, sudah lama mereka tidak berkomunikasi lagi ataupun bertemu.Ia pun menghidupkan laptopnya. Mencoba membuka akun sosial medianya. "Duh, kata sandinya apa ya?" Maklum saja ia sudah sangat jarang membuka akun itu, terlebih lagi nomor ponselnya sudah tidak aktif.
Sudah berapa kali ia mencoba, namun selalu gagal. Akhirnya ia pun menyerah, nanti dia akan membuat akun itu lagi.
Nomor ponsel Dewi maupun Nursifa pun sudah tidak ada, karena ada dikartu yang dulu. Sekarang bagaimana ia bisa berkomunikasi dengan sahabatnya itu.
Ponselnya bergetar ada panggilan masuk. Ia pun mengambilnya. Dini.
"Sal, gue boleh minta tolong lagi? Tolong lo bujuk Bagas supaya mau dengerin penjelasan Papah gue. Pleass." Belum sempat Salsa berucap, Dini berbicara lebih dulu.
"Bukannya gue nggak mau, tapi kayaknya gue nggak berhak ikut campur tentang masalah pribadi Bagas."
"Cuma lo yang gue harapkan. Gue mohon Sal."
Salsa menghela napas pelan. "Tapi gue nggak janji, Bagas mau atau nggak."
"Tapi setidaknya lo berusaha dulu ya."
Salsa menganguk, walaupun ia tahu Dini tidak bisa melihatnya.
***
Bagas memang ingin tahu kebenarannya. Tapi amarahnya selalu menguasai dirinya saat berhadapan dengan pria itu. Bagas mengacak rambutnya. "Argh." Kenapa hidupnya menjadi serumit ini. Batinnya.
Gita masuk kedalam kamar putranya. "Bagas." Ucapnya lembut, menghampiri Bagas yang terduduk diatas lantai. "Kamu nggak mau dengerin penjelasan Papah dulu."
Bagas berdiri, berjalan kearah kasur. "Bagas ngantuk mah, mau tidur."
Gita menghela napas. "Bagas, Papah menikah dengan tante Iren itu ada alasannya sayang. Kamu belum tahu-"
"Mah, Bagas ngantuk." Bagas berpura-pura tidur agar Mamahnya segera pergi dari kamarnya, ia sedang tidak ingin mendengarkan tentang laki-laki itu.
Gita pun keluar dari kamar putranya.
Bagas membuka matanya saat pintu itu sudah terdengar tertutup. Ia pun bangun dan berjalan kearah balkon.
Menyandarkan punggungnya disandaran balkon. Bagas membuka room chat dengan Salsa.
Salsa
Sal?
Tak lama ponselnya pun berdering.
Iya.
Udah tidur?
Belum.
Kenapa?Gue boleh telepon?
Boleh.
Salsa buru-buru melihat wajahnya dan merapihkan penampilannya, saat nama Bagas tertera diponselnya. Padahal mereka tak lagi melakukan video call.
"Halo." Ucap Salsa, setelah panggilan itu terangkat.
"Tumben belum tidur?" Ini sudah hampir tengah malam, tapi ntah kenapa permintaan Dini membuat dirinya tidak bisa tidur. Jadilah ia menonton kartun doraemon sampai ia benar-benar mengantuk, tapi Bagas menghubunginya.
"Abis nonton kartun doraemon."
"Suka banget ya sama kartun itu. Padahal endingnya sedih mulu." Bagas disana terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG [Completed]
Fiksi RemajaDia yang pernah aku cintai, namun belum sempat aku katakan. Hingga akhirnya dia pergi bahkan tidak tahu kapan akan kembali. Namun kejelasan itu belum sempat aku dapatkan.