Dua Puluh Lima

26 1 0
                                    

Salsa masih bergulat dengan selimut tebalnya, cuaca kali ini sangat dingin. Hingga ia malas untuk beranjak dari kasurnya, terlebih lagi ini adalah hari libur.

Ponsel yang berada diatas meja pun bergetar, Salsa mencoba mengabaikannya karena malas untuk mengambilnya. Menarik selimutnya, hingga kepalanya pun tertutup selimut.

Sudah ketiga kalinya ponsel itu terus berdering. Ia pun berjalan kearah meja belajarnya dengan malas. "Nomor siapa sih?" Gumannya. Tak ada nama yang tertera disana, hanya ada nomor teleponnya saja yang tertera. "Angkat nggak ya?" Ucapnya menimbang-nimbang. "Angkat aja deh, kali aja penting."

"Halo." Ucap Salsa saat panggilan itu ia angkat.

"Salsa!!" Salsa menjauhkan ponselnya dari telinga saat orang disebrang sana berteriak begitu saja. Tapi tunggu, ia seperti mengenali suara itu.

"Nursifa kan ya?"

"Iya lah, siapa lagi coba." Kekehnya pelan.

"Lama nggak ketemu nih?"

"Gue udah ngehubungi lo beberapa kali, tapi nomor ponselnya nggak aktif. Apalagi tuh FB lo, nggak pernah aktif sama sekali. Untung gue dapet nomor telepon lo yang baru." Sahutnya mengomeli Salsa.

Salsa meringis pelan. Ia sudah tahu, pasti teman-temannya akan mengomeli dirinya. Salahkan saja kartunya, kenapa bisa tiba-tiba hilang. Padahal Salsa hanya menaruhnya diatas meja belajar. "Kartunya ilang dan gue juga lupa kata sandinya apa, soalnya nomor teleponnya masih pakai yang lama." Jelasnya. "Lo dapet nomor gue dari mana?" Salsa tidak pernah mengumbar nomor ponselnya, karena menurutnya itu privasi. Hanya teman terdekat saja yang tahu, termasuk kedua orang tuanya.

"Dari Jihan, kan dia sekolah disana juga."

Pantas saja Sifa tahu nomor ponsel barunya. "Ouh."

"Ngumpul yuk?" Sahut Sifa tiba-tiba.

"Emangnya Dewi udah ada disini?" Setahunya Dewi pindah kebandung untuk menjaga Neneknya disana.

"Masih disana sih." Ucapnya. "Ke bandung yuk. Kebetulan gue ada saudara disana, kata Dewi rumah dia nggak jauh dari rumah saudara gue."

"Nanti gue bilang dulu deh, ke Bapak sama Ibu. Lagi pula juga gue udah mulai libur sekolah."

"Sekalian liburan nih. Gue juga kerjanya lagi libur juga."

"Kok bisa barengan?" Setahu Salsa, libur kerja itu tidak berbarengan dengan libur sekolah.

Sifa tertawa pelan. "Abis kontrak."

Hingga mereka pun saling bertukar cerita, menceritakan kejadian apa saja yang mereka telah lewati.

***

"Ibu, Salsa mau ke bandung ya?" Ucapnya sambil memotong bawang. Membantu ibunya memasak untuk mereka makan malam nanti.

Sang Ibu pun menoleh kearah putrinya sebentar lalu fokus kembali kearah sayur yang tengah ia masak. "Kamu mau nginep kerumah Nenek, tapikan Bapak kamu belum libur kerjanya."

"Bukan. Salsa mau ketemu Dewi, bu. Itu loh, temen Salsa waktu SMP dulu."

"Yang waktu itu sering maen kesini ya?"

"Iya. Rencananya nanti kita mau nginep dirumah saudaranya Sifa. Bolehkan Bu?"

"Ibu sih, boleh aja. Tapi nggak tahu tuh, Bapak kamu."

Salsa berjalan kearah Ibunya dan memasang puppy eyesnya berharap ibunya mau membantu. "Ibu yang bilang ya."

"Kok Ibu? Kan kamu yang mau berangkat." Ucapnya tanpa melihat kearah putrinya yang terus saja memohon.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang