Bagas membuka matanya dan mendapati Bobi yang tertidur didepannya. Ia melirik jam dipergelangan tangannya. Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu, dan ia lupa harus mengantarkan Salsa pulang. Bagas bangun dan berjalan kearah Bobi. "Bob, bangun!" Bobi hanya terusik sebentar.
Bagas tersenyum miring, ia pun mendorong tubuh Bobi hingga terjatuh. "Punggung gue!" Bobi bangun dengan raut kesakitan. "Kenapa lo dorong gue?" Bobi menatap Bagas dengan raut wajah kesal.
"Lo sih nggak bangun." Ucap Bagas. "Kekelas, bel pulang udah dari tadi."
Bobi mengecek ponselnya dan betapa terkejutnya ia melihat pesan dan beberapa panggilan dari Dini. "Astaga, gue lupa." Bobi segera memakai sepatunya dengan cepat. "Mba, Bobi ngutang dulu ya!" Teriaknya, hendak berlari kearah kelasnya. Tapi Dini berada didepannya yang tengah berdiri dengan raut wajah yang Bobi tidak bisa diartikan.
"Gue telepon, gue sms. Ternyata ada disini, bagus ya."
Bobi meringis pelan. "Ayang, tadi tuh ak-"
Dini membuang muka kesamping. "Mulai besok nggak perlu antar jemput gue lagi. Dan nggak perlu kejar atau tahan gue. Nih, bawa tas lo!" Melemparkan tas punggung milik Bobi, lalu berjalan pergi.
Bobi menangkap tasnya yang dilempar. "Bagas adek lo-" Bobi berhenti berucap saat dirinya menoleh kearah belakang dan tak menemui keberadaan Bagas. "Asli Gas, lo nggak setia kawan. Ninggalin gue gitu aja."
Dini berbalik, melihat Bobi tidak mengejarnya sama sekali. "Bobi! Lo nggak nahan gue pergi. Oke, gue akan pergi dari lo selamanya!!"
"Tadi katanya nggak usah dikejar." Gumannya kesal sendiri. Lalu berlari mengejar Dini yang terkesan labil itu.
Bagas berlari kearah kelasnya, dengan tergesa-gesa. Ia ingin memastikan Salsa sudah pulang atau belum, karena Salsa tidak mengabarinya sekalipun. Bahkan ponselnya pun mati membuat Bagas khawatir.
Sesampai dikelas ia mendapati Salsa yang tengah duduk ditempatnya. Ia tak melakukan apapun, hanya duduk diam dengan pandangan melihat kearah jendela samping.
"Gue kira udah pulang." Bagas berucap dengan napas yang belum beraturan.
Salsa menoleh kearahnya. "Lo, abis dari mana?"
Bagas berjalan kearah tempat duduknya dan mengambil tasnya. Berjalan menghampiri Salsa yang masih diam ditempatnya. "Yuk pulang." Ia menyuruh Salsa untuk mengikutinya dan berjalan disampingnya.
"Lo baik-baik aja kan?"
Bagas melirik kearah Salsa sebentar. "Loh, emangnya gue kenapa?"
"Soalnya tadi-"
"Sal, beli eskrim yuk?" Salsa merasakan Bagas sepertinya tengah mengalihkan pembicaraannya atau mungkin ia tak ingin membicarakan masalah tadi.
"Lain kali aja ya."
Bagas tersenyum tipis. "Oke nggak pa-pa."
***
Salsa tengah menatap kearah layar perseginya, menampilkan wajah teman-temannya.
"Hana!" Panggil karlina jengkel.
"Ini kita lagi belajar online pake masker atau lo ada keperluan sama kita?" Sahut Amel dan disampingnya muncul wajah Naura. Yap, mereka tengah menginap bersama.
"Kalau nggak penting gue matiin." Hana masih saja memoles wajahnya dengan masker, Salsa tertawa geli melihat wajah teman-temannya yang jengkel terhadap Hana. "Ini udah hampir jam sebelas malem. Dan elo, ngapain pakai masker malem-malem, telepon kita segala lagi!"
Satu polesan terakhir pun selesai, lalu Hana menatap kearah layar perseginya. Memasang senyuman konyolnya. "Temenin gue pakai masker ya."
"Hah!"

KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG [Completed]
Fiksi RemajaDia yang pernah aku cintai, namun belum sempat aku katakan. Hingga akhirnya dia pergi bahkan tidak tahu kapan akan kembali. Namun kejelasan itu belum sempat aku dapatkan.