Tiga Puluh Tiga

23 2 0
                                    

Happy reading guys.
Ditunggu vote dan komennya juga hehe

♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Ara sangat terkejut melihat Bagas yang mengigil didepan teras. Wajahnya pun memucat, ia menyentuh keningnya. Panas.

Semalam hujan sangat deras hingga ia tidak menyadari motor Bagas yang masuk keperkarangan rumah. Dan kenapa juga Bagas tak mengetuk pintu dan menyiksa dirinya sendiri.

Ara sedikit kesulitan memindahkan Bagas untuk masuk kedalam rumah.

Ara membaringkan tubuh Bagas dikasurnya, ia mengamati pakaian yang dikenakan Bagas yang sedikit basah atau mungkin semalam Bagas hujan-hujanan dan tidur dengan keadaan pakaiannya basah. Itu sangat kedinginan, apalagi angin malam itu sangat dingin. Apa mungkin ia perlu mengganti pakaian Bagas?

Ara berjalan kearah lemari, mengambil kaos yang belum ia pakai sebelumnya karena kebesaran. Ara melepaskan kaos yang dikenakan Bagas dan menggantinya dengan kaos yang ia ambil tadi. Apakah ia juga harus mengganti celananya? Ara menggeleng, ia tidak mungkin melakukannya.

Ara menyelimuti tubuh Bagas dan berjalan kearah dapur, mengambil air hangat untuk mengopresnya.

***

Salsa terus saja berdiri didepan teras rumahnya. Ia juga sesekali melihat kearah ponselnya, menunggu pesan dari Bagas.

Salsa menghembuskan napas pelan.

"Dek kok belum berangkat, nanti telat loh." Ibunya pun keluar melihat putrinya yang masih saja berdiri didepan rumah. "Bagas mungkin lagi sibuk, jadi nggak bisa jemput kamu."

"Iya mungkin." Ucap Salsa pelan. Ia pun mengambil sepeda motornya dan berjalan kearah ibunya. "Salsa pamit ya bu, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam. Hati-hati."

Sebagian dirinya seolah hilang, Salsa sungguh tidak mengerti. Disatu sisi ia hanya ingin Bagas menjadi temannya dan disisi lain ada perasaan yang sangat sulit Salsa jelaskan.

Bel masuk sudah berbunyi, tapi keberadaan Bagas tak terlihat sama sekali, hanya ada Bobi yang duduk diam ditempatnya.

"Lo lagi ada masalah ya?" Tanya Naura yang kebetulan melihat raut wajah Salsa yang sangat cemas. Ponselnya bergetar begitu juga ponsel Salsa. Itu dari grup yang berisi teman-temannya.

Hana mengirimi pesan dan mengatakan bahwa istirahat nanti mereka harus berkumpul ditaman. Entahlah Hana akan mengatakan apa.

***

Bagas membuka matanya yang terasa sangat berat, apalagi kepalanya sangat pusing. Ia melihat Ara berjalan kearahnya. "Masih pusing?" Ucapnya.

"Lumayan." Bagas berucap seadanya. Yang dia ingat semalam ia tertidur didepan teras rumah Ara dengan keadaan basah kuyup, setelah itu ia tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan dirinya.

"Semalam kenapa nggak ketuk pintu, lo bisa aja mati kedinginan diluar." Ara berucap ketus.

Iya memang ini salahnya, tapi ia juga tidak ingin membangunkan Ara.

"Untung demam lo nggak terlaru tinggi." Ucap Ara dan kembali mengopres dahinya.

Bagas mengamati kaos yang ia pakai, ia tidak pernah mempunyai kaos putih bergambar doraemon. "Itu kaos gue, belum pernah gue pake kok. Soalnya kegedean." Ara terkekeh pelan. "Baju lo basah, gue takut lo masuk angin."

Bagas melihat celananya. Untunglah ia masih menggunakan celana yang sama seperti semalam. "Gue nggak mungkin gantiin lo celana juga." Ucap Ara jengkel sendiri.

Bagas menarik kembali selimutnya hingga menutupi wajahnya, berbaring kearah samping.

"Makan dulu Gas, baru tidur lagi." Ara menarik selimut yang menutupi wajah Bagas. "Gue cape-cape nih buat bubur, masa lo nggak makan." Ara berucap semelas mungkin agar Bagas mau makan.

Bagas pun bangun dan menyandarkan punggungnya disandaran kursi. "Yaudah."

Ara tersenyum lebar, ia menyerahkan semangkuk bubur buatannya kepada Bagas. "Nih."

"Suapin gue dong, gue kan lagi sakit."

Ara mengeruncutkan bibirnya. "Manja banget sih."

Bagas hendak tertidur kembali. "Yaudah, gue nggak mau makan."

"Iya-iya gue suapin." Ara selalu menepis rasa sukanya kepada Bagas, tak seharusnya ia menaruh lebih perasaan kepadanya. Karena ia tahu, Bagas hanya menganggap dirinya sebagai adik untuknya.

***

"Jadi lo nolak Bagas?" Ucap Karlina. Salsa sudah menceritakan semuanya mengenai Bagas, itu karena Hana menyuruhnya untuk bercerita.

"Bagas tuh kayaknya suka banget deh sal sama lo, kenapa lo tolak coba." Sahut Amel.

"Nih yah, Bagas itu semenjak deket sama lo banyak yang berubah. Dimulai jarang bolos, bahkan bela-belain keperpus buat nungguin lo, padahal dia sendiri nggak suka tuh dengan tempat itu. Emang apa yang buat lo nggak bisa suka sama dia?" Tanya Karlina.

Hana berucap. "Salsa suka sama orang lain, itu masalahnya."

Mereka semua seolah menyalahkan dirinya, padahal Salsa sendiri tidak ingin ini terjadi. Ini membuat ia sangat pusing memikirkannya.

"Kalian semua jangan nyudutin Salsa gitu aja, hati tuh nggak bisa dipaksain." Bela Naura yang sedari tadi diam saja.

Karlina menghembuskan napas. "Jadi siapa yang lo suka selama ini dan kenapa lo nggak pernah mau cerita sama kita?"

"Gue harus banget ya jawab pertanyaan lo?" Bukannya menjawab Salsa berbalik bertanya.

"Kita itu sahabatan Sal, gue aja nggak pernah nutupin dari lo atau pun kalian."

Salsa tersenyum kecut. "Yakin nggak pernah nutupin masalah dari gue? Terus waktu kelas satu kenapa kalian ngejauh. Gue aja nggak pernah tau tuh permasalahnnya apa seolah gue nggak berhak tau sama sekali. Kalian itu egois tau nggak." Salsa berjalan pergi, hatinya sangat lelah. Masalah dengan Bagas saja belum selesai lalu ditambah lagi dengan teman-temannya.

Naura hendak mengejar, tapi Karlina menahannya. "Biarin dia nenangin dirinya dulu."

"Harusnya kita itu nggak perlu nyudutin Salsa gitu aja." Naura samgat kesal kepada teman-temannya itu, ia pun berjalan pergi.

Tujuan Salsa adalah perpus, tempat yang sangat pas untuk menenangkan pikirannya. Suasananya sangat sepi hanya ada Mba Fitri selaku penjaga perpus saja disana. Salsa berjalan kearah rak yang berisi novel dan mengambil asal. Ia berjalan kearah belakang tapi Salsa tidak sengaja melihat Azrial dan juga Lia tengah berpelukan. Salsa terpaku ditempatnya, tanpa sengaja novel yang ia pegang terjatuh hingga Azrial maupun Lia terkejut dan menatap kearah depan, tepat Salsa berdiri.

"Maaf." Ucapnya. Memungut novel itu, menyimpannya kembali dan berbalik pergi. Salsa tahu mencintai Azrial sama saja ia mengambil mawar yang banyak durinya. Itu sama saja menyiksa dirinya sendiri.

"Kejar Al." Suruh Lia, walaupun hatinya berteriak tidak. Azrial mengungkapkan semuanya kepada Lia tentang kenapa dirinya meminta untuk mengakhiri hubungannya. Lia tahu Azrial bukan bingung dengan perasaannya, ia sebenarnya menyukai Salsa namun selalu ia tepis. Ini salahnya meminta dirinya untuk memeluknya. Karena Lia tidak tahu bahwa Salsa akan datang kesini.

Azrial diam tak bergerak, kenapa Salsa harus melihatnya memeluk Lia. "Gue nggak bisa." Sahutnya pelan. Membiarkan Salsa terus berjalan menjauh.





















Jangan lupa vote dan komen

Tunggu part selanjutnya
See you♡

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang