Sembilan Belas

29 0 0
                                    


"Shut, nomor tiga apa?" Mereka berucap berbisik, memperhatikan keadaan sekitar.

Hari ini mereka tengah melaksanakan ujian kenaikan kelas. Sebagian orang-orang yang sudah belajar semalam pun ada banyak pertanyaan tidak tahu, apalagi hari ini ulangan matematika. Banyak rumus yang harus mereka ingat, salah rumus saja maka itu sudah salah mereka mengerjakannya.

Mereka masih sekelas bersama, namun teman duduknya saja sesuai absen. Padahal ada juga seseorang yang berpindah tempat, saat pengawas adalah guru yang belum pernah ngajar didalam kelasnya. Hingga mereka punya kesempatan untuk berpindah tempat.

"Bener nggak sih rumusnya, kok nggak ada jawabannya" Bobi berguman pelan. "Gas." Bagas dan Bobi masih duduk bersama karena nama mereka berdekatan.

Bagas melirik sebentar. "Salah."

Bobi menggaruk kepalanya bingung. Ia sangat tidak suka dengan pelajaran matematika, terlalu banyak rumus yang harus ia ingat. "Bagi liat dong."

Bobi melirik jawaban Bagas dan mulai menyalinnya kedalam kertas jawabannya.

"Sal" Naura berucap pelan, saat tak ada guru yang mengawasi didepan. Tempat mereka bersebrangan hanya terhalang satu orang saja yang berada duduk didekat Salsa. "Nomor 12, A atau B." Bisiknya.

"Bukannya jawabnnya C ya?" Sahut Salsa, ia sudah memastikan bahwa dirinya tidak salah menghitung.

"Iya kali. Hehe gue nggak tahu."

Karlina pun bekerja sama dengan Hana karena mereka duduk berdekatan. Hanya Amel saja yang duduk jauh.

"Yang sudah selesai boleh kumpulkan." Kata sang pengawas, masuk kedalam kelas secara tiba-tiba hingga membuat beberapa orang yang tengah menoleh kebelakang pun segera menatap kearah depan.

Mereka pun sudah ada yang mengumpulkan kedepan. Setelah semuanya sudah diisi semua, Salsa pun berjala kedepan dan menunggu temannya diluar. Saat ulangan seperti ini mereka akan pulang lebih awal sekitar jam 10an atau tengah sebelasan.

"Pala gue pusing. Kalian enak bisa kerja sama, lah gue." Amel mengikat tali sepatunya, lalu berjalan disamping mereka.

"Yang sabar, ini ujian." Ledek Hana.

"Eh, nongkrong dulu yuk?" Ajak Karlina. "Kalian pada bawa jaket kan?"

Hana mengeruncutkan bibirnya. "Gue nggak, gimana dong?"

Karlina melirik kearah Hana. "Jeket lo ada di gue juga."

"Oh iya, gue lupa." Ucapnya tersenyum polos.

"Boleh deh, menjernihkan otak juga."

Salsa menganguk setujuh.

"Kerumah gue aja, kita masak-masak gimana?" Tanya Amel.

Mereka berpikir sejenak. Saling pandang satu sama lain, senyumannya pun mengembang. "Lets go." Jawabnya bebarengan.

***

"Kok telur dadarnya asin banget sih, lo kasih garem berapa sendok Na?" Amel memasang wajah masam, lidahnya sangat merasa asin saat mencicipi telur dadar buatan Hana.

Hana mencoba mengingat-ngingat. "Dua sendok kayaknya."

Amel melongo. "Telur dua biji, lo kasih dua sendok?" Ia menghembuskan napasnya pelan. Menghadapi temannya satu ini membutuhkan tenaga. "Mending lo cari daun pisang aja deh Na, lebih gampang."

Naura dan Karlina terkekeh geli. Ia sangat kasihan melihat Amel yang sepertinya sangat kesal dengan kelakuan Hana.

"Nasinya udah mateng nih. Udah ada yang nyari daun pisang?" Mereka tengah membuat nasi liwet yang pernah Salsa liat cara buatnya waktu Haiking dulu. Ia sudah cukup tahu bahan apa saja yang dibutuhkan dan seperti apa nasi liwet itu telah matang.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang