Dua Puluh Empat

25 0 0
                                    

Happy reading guys

Salsa berada disebuah toko buku yang pernah ia dan juga Vina datangin waktu itu. Pikirannya seolah ditarik mundur, mengingat setiap kejadian dengannya.

"Vina, astaga! Kenapa lo duduk disitu. Malu-maluin aja sih." Sudah dua jam Salsa berkeliling menyusuri rak demi rak, hingga ia pun mulai bosan. Sedangkan Vina tak juga selesai membeli novel yang diinginkannya. Dan lihat lah dia, sedang duduk bersila dilantai dengan dua novel ditangannya.

"Gue beli yang ini atau yang ini ya?" Gumannya kepada dua buku yang ada ditangannya. Sedangkan orang-orang menatap Vina aneh.

"Mana aja, yang penting gue mau pulang." Sahut Salsa dan menyuruh Vina berdiri.

"Tapi dua-duanya bagus. Tapi uang gue cukup buat beli satu, gimana dong?" Salsa juga tidak membawa uang lebih, kalau ia membawa lebih. Mungkin saja ia sudah pulang sedari tadi.

"Beli aja yang menurut lo paling lo suka."

"Dua-duanya."

Salsa menghembuskan napas kasar. "Menurut lo yang mau lo baca duluan. Awas aja kalau bilang dua-duanya lagi!"

Vina terkekeh pelan. Ia pun menimbang-nimbang kedua buku itu. Padahal niatnya dua-duanya ia ingin bawa pulang.

Buku yang berjudul 'I wuf you' pun ia kembalikan kedalam rak. Hingga buku yang berjudul 'Dear Nathan' lah yang ia pilih. "Besok nih buku harus gue bawa pulang." Tunjuknya kepada buku yang disimpan tadi.

"Iya-iya besok beli. Sekalian sama tokonya biar nggak dilema lagi." Canda Salsa.

Salsa mengambil buku yang belum sempat Vina beli. Padahal Vina sendiri yang bilang akan membelinya saat Salsa selesai melaksanakan prakerin, agar bisa menemaninya lagi. Tapi lihat lah sekarang, ia pergi bahkan janji itu belum sempat mereka laksanakan.

"Mulai besok gue mesti nabung lagi."

Salsa melirik Vina. "Nanti aja belinya kalau ada uang. Jangan maksain, terus bela-belain nggak jajan." Setiap kali Vina akan membeli buku pasti seminggu sebelumnya ia akan berpuasa atau paling tidak membawa bekal dari rumah. Biar hemat katanya.

"Beda Sal, kalau kita udah suka sama karakternya dan penasaran sama alurnya. Segala cara pasti dilakuin agar tuh buku bisa ada ditangan kita." Ucapnya dramatis. "Nanti deh lo bakalan ngerasain, gimana rasanya kalau lho udah ketularan virus gue." Vina tertawa pelan.

"Virus? Lo kira penyakit? Ada-ada aja lo." Salsa menggeleng-geleng kepala.

Pandangan Salsa tertuju pada novel yang pernah Vina kasih kepadanya. Sebuah novel yang agak mirip dengannya.

"Sal, nih buat lo." Sebelum Salsa pulang kerumah. Vina memberikan sebuah buku novel kepadanya.

"Tadi katanya lo nggak bawa uang lebih, buktinya lo beli dua novel tuh." Salsa memperhatikan novel itu 'True Stalker'.

"Itu tuh novel minggu lalu yang gue beli dan gue udah baca nyampe abis." Katanya. "Itu buat lo, supaya lo nggak galau mulu mikirin Azrial."

"Sialan lo."

"Si Alan mah pacar gue tuh." Vina tertawa membuat Salsa ikut tertawa.

Salsa memasukan novel itu kedalam tasnya. "Gue pulang ya?"

"Iya. Jangan lupa baca novelnya ya."

"Iya Vino."

"Heh! Nama gue udah cantik-cantik juga." Salsa sangat beruntung mempunyai Vina ntah kenapa sifat aslinya keluar begitu saja. Padahal saat dengan teman-temannya yang lain ia tak banyak bicara. Mungkin Salsa sudah sangat nyaman dengan Vina.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang