Tiga Puluh Tujuh

15 2 0
                                    

Balik lagi nih hehe
Mohon maaf uptudenya lamaaaa.
Jangan lupa juga vote dan komen yaa😁

***
Hari senin kali ini sangat berbeda dari sebelumnya. Upacara yang sering dilaksanakan pun kali ini tidak, tentunya hanya ada beberapa siswa siswi yang datang hari ini. Terutama bagi anak kelas 3 yang akan melaksanakan UNBK yng wajib mereka kerjakan sebagai syarat mereka lulus dari sekolah.

Beberapa kelas sudah terpasang komputer ataupun laptop sebagai media ujiannya, tentunya tidak semua kelas tiga datang secara bersamaan. Mereka harus bergilir karena keterbatasan alat medianya.

Kelas Salsa dilaksanakan paling awal, seperti biasa mereka berangkat kesekolah. Namun ia harus terpisah dengan teman-temannya, lantaran tempat duduk dan kelas sudah diatur sesuai nomor absen.

Ujian pertama memang tidak begitu sulit. Namun sudah tahu bukan, kalau pelajaran Bahasa Indonesia itu paling banyak cerita dengan kalimat yang begitu panjang. Hal yang paling malas saat harus membaca kalimat itu sampai selesai, dan paling menyebalkan pertanyaannya adalah 'Apa judul judul cerita tersebut'. Rasanya seperti ingin mencakar komputer itu dan melemparkannya langsung. Satu hal yang paling penting ketika ulangan atau ujian Bahasa Indonesia, yaitu baca dulu pertanyaannya lalu lanjut cari jawabannya.

Ujian kali ini memang sedikit berbeda, namun suasananya masih saja tetap sama. Ketika guru masih ada didalam kelas dan sedang mengawasi tentunya, tak ada kebisingan ataupun kegaduhan, mereka juga seolah fokus dengan komputer yang ada didepannya. Namun saat pengawas itu keluar, tentunya sudah tahu bukan apa yang akan terjadi.

Menyontek dan bertanya kepada teman saat ulangan maupun ujian itu sudah jadi kebiasaan, rasanya kurang lengkap bukan kalau kita tak bertanya mengenai isi jawaban itu.

"Anjir, beda lagi." Ucap seorang siswa yang tengah melihat isi soal dari temannya yang berada disamping.

Salsa harus sekelas dengan beberapa siswa siswi kelas lain karena dari kelasnya hanya tersisa 10 orang termasuk dirinya. Jadi beberapa kelas samping pun masuk untuk mengisi beberapa kekosongan dan sekelas dengannya untuk empat hari kedepan.

Setelah dua jam lebih, akhirnya bel pun berbunyi. Mereka pun berhamburan keluar kelas dengan tertib. Tak ada kegiatan lagi saat tengah melaksanakan ujian, hingga mereka bisa pulang lebih awal.

Beberapa siswa siswi yang baru datang pun menunggu didepan pintu kelas masing-masing, bersiap melaksanakan ujian.

Salsa menghampiri teman-temannya yang lebih dulu keluar dari kelas.

"Maen dulu yuk kerumah Amel, sekalian belajar." Ucap Karlina.

Kebetulan Salsa kali ini membawa kendaraan sendiri, setelah hampir beberapa bulan Bagas yang menjemput dan mengantarkannya. Sebenarnya Bagas tak mempermasalahkan hal itu, namun tetap saja Salsa tidak enak kepadanya. "Ayo."

"Besok siapin otak cuy." Canda Hana.

Naura terkekeh pelan. "Hapalin rumus Han, ntar gue nyontek."

"Harusnya gue yang nanya gitu, gimana sih." Sahutnya sewot.

"Kali-kali gue nyontek sama lo." Sahutnya dengan tawa pelan.

Dari kejauhan, Salsa melihat Azrial yang hendak mau pergi, padahal Salsa belum melihat wajahnya hari ini. "Samperin sana." Suruh Hana yang tahu arah pandangan Salsa.

"Ayo ah berangkat, tadi katanya mau kerumah Amel."ucapnya mengalihkan topik karena tidak mau teman-temannya memojoki dirinya.

"Nggak bareng Bagas kan?" Tanya Karlina sebelum mereka pergi.

"Nggak, kenapa emangnya?" Tanya Salsa.

"Kali aja, soalnya akhir-akhir ini kalian nempel mulu."

"Iya, kaya perangko." Sahut Hana.

"Nggak tau gue bingung. Udah, yuk berangkat." Ucapnya, lalu berjalan terlebih dahulu.

"Perasaan kita deh yang nunggui dia, kenapa kita yang ditinggalin?" Guman Hana.

Tak mau menjawab gumanan Hana, mereka pun pergi menyusul Salsa yang sudah menuju parkiran sekolah.

Hana mengembungkan pipinya dan berjalan menyusul mereka.

***

"Ini rumus susah banget hapalinnya sih." Hana menidurkan tubuhnya di lantai, membiarkan bukunya tergeletak begitu saja.

Mereka tengah belajar untuk persiapan ujian besok yang akan menguras otak, apalagi kalau bukan Matematika. Kalimatnya memang tidak begitu banyak, tidak seperti Bahasa Indonesia. Namun, rumus dan hitung-hitungan akan menghabiskan beberapa kertas.

Suara Spongebob yang tengah membuat crabby patty pun terdengar diruangan bernuasa putih itu, ditemani beberapa cemilan dan minuman yang Amel bawa dari dapur rumahnya.

Niatnya belajar, namun rasanya berbaring sambil nonton televisi jauh lebih menggoda dari pada tumpukan buku berisi beberapa rumus.

Hana bangun dan duduk tepat disamping Naura, mencomot biji ketapang sambil memainkan ponsel.

Naura melirik sebentar, tapi pandangannya masih fokus kearah televisi. "Belajar sana, biar pinter."

"Pala gue butuh hiburan, pusing liat angka-angka mulu."

Karlina melempar biji ketapang dan tepat mengenai kepala Hana. "Bilang aja lo males."

"Ini tuh makanan, nggak boleh dilempar-lempar."

Amel bangun, lalu duduk disofa memperhatikan teman-temannya tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Naura dan Salsa yang tengah beradu mengganti siaran televisi, Hana dengan ponselnya ditemani se'toples biji ketapang dan Karlina yang asik rebahan sambil membaca komik. Namun tiba-tiba ia penasaran dengan tujuan mereka nanti setelah lulus. "Oh ya, kalian pada mau lanjut kemana?"

"Gue di UI." Ucap Naura cepat.

Hana menurunkan ponselnya menoleh kearah Naura. "Wih sama dong, gue juga di UI, tapi mau ngambil jurusan pisikolog."

"Lo pasti mau ngambil jurusan sastra, iya kan?" Lanjutnya.

Naura terkekeh pelan mendengar tebakan Hana. "Tau aja." Diantara keempat temannya, Naura lah yang paling hobi membuat beberapa cerita. Dia juga sudah mempublis cerita itu disalah satu aplikasi yang paling banyak digunakan.

"Gue di ITB." Ucap Salsa membaringkan tubuhnya.

"Kalau gue kayaknya di UGM." Sahut Amel.

"Pulang kampung dong." Amel memang berasal dari sana, ia tinggal disini hanya melanjutkan sekolah menengah. Itu juga kedua orang tuanya bekerja disini.

"Gitu deh." Amel menoleh kearah Karlina yang belum juga membuka suara. "Lo mau lanjut kemana Kar?"

"UNPAD." Karlina menutup komiknya dan menatap lurus kearah atap kamar Amel, hal itu membuat teman-temannya menatap heran. "Sebenarnya gue males banget kesana." Lanjutnya.

"Ada apa nih?"

"Gue males tinggal sama Nenek gue disana, pasti gue kena ceramah mulu." Ucapnya melas.

Hana melemparkan boneka kecil yang berada disampingnya, melempar kearah Karlina. "Gue kira kenapa."

Karlina melirik jam tangannya. "Udah jam 4 nih, pulang yuk."

"Padahal gue baru aja makan biji ketapang, udah sore aja." Sahut Hana.

"Lo makan biji ketapang abis se'toples." Karlina menatap sinis. "Masih mau bilang lo baru makan."

Hana tersenyum konyol. "Emang ya? Kok gue nggak tau."

"Lo makan sambil maen Hp." Sahut Naura gemas sendiri.

"Masa sih?" Tanyanya lagi.

Naura berdiri dan mengambil tasnya yang tergeletak didekat kasur. "Tau ah, gue males ngomong sama lo."
































♡.♡.♡.♡.♡.♡.♡

Tunggu part selanjutnya
See you

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang