Salsa menatap pantulan dirinya dicermin. Balutan kebaya berwarna abu sangat pas ditubuhnya.
Tapi, perhatiannya bukan kearah sana, ia menatap wajahnya yang sudah dipoles makeup.
"Mba, ini nggak ketebelan?" Pertanyaan itu sudah sekian kali Salsa ajukan. Maklum saja, ia tak pernah memakai makeup yang berlebihan, paling juga bedak tipis dan juga lipbam.
"Nggak, percaya deh sama Mba."
Ibunya tiba-tiba masuk kedalam kamar. "Aduh anak Ibu cantik ya, Ibu sampe pangling."
"Wati juga sampe pangling Teh." Ucap Wati. Wati adalah adiknya Surya. Kebetulan ia sering sekali mendapat panggilan untuk makeup pengantin atau wisuda.
Setelah membereskan peralatan makeup, Wati mengambil sesuatu dari kotak yang dibawanya.
"Sal, kamu mau pakai yang mana nih?" Ia memberikan beberapa pasang sepatu kepada Salsa. "Ukuran kaki kamu sama kan, sama Mba?" Lanjutnya.
Salsa melihat-lihat high heels dengan ukuran tinggi yang berbeda-beda. "Ini kenapa pada tinggi semua?" Salsa sangat tidak suka dengan sepatu model seperti itu, ia lebih baik memakai sepatu yang biasa-biasa saja, agar lebih mudah saat berjalan.
"Kamu nawarin Salsa sepatu kayak gitu, mana dia mau." Ibunya berjalan kearah Salsa, memberikan sepatu wedges berwarna abu yang sangat cocok dengan kebaya yang dipakainya.
"Nah, Salsa mending pakai yang ini aja." Putusnya.
***
"Bang Bagas, Kak Salsa mana?" Bagas tengah mengendong Dira dan menunggu didekat gerbang masuk, Ibunya dan Ara sudah lebih dulu masuk.
"Masih dijalan kayaknya." Bagas menatap Dira. "Atau Dira mau nunggu didalam aja?"
"Nggak mau, Dira mau ketemu Kak Salsa."
"Nantikan didalam juga bisa." Bujuk Bagas.
"Nggak mau, pokoknya Dira mau nunggu disini!"
Bagas menghembusakan napas pelan dan tersenyum mengiakan.
"Kamu lagi nunggu siapa disini?" Tanya Davit, papahnya Bagas.
"Oh ini pah, Dira pengen nunggu Salsa disini." Perhatian Bagas tertuju pada adik kecilnya yang berada digendongan Iren. "Makin cabi aja nih pipi." Bagas mencubit pelan pipi Caca. Iren tertawa pelan mendengar ucapan Bagas.
"Mamah kamu udah ada didalam?"
"Udah, tadi bareng berangkatnya Pah. Ada Ara juga disana."
"Papah masuk ya."
Bagas mengangguk.
15 menit sudah berlalu, akhirnya Salsa datang juga. "Kak Salsa." Ucap Dira, girang. Ia mencoba turun dari gendongan Bagas.
Salsa menoleh kearah suara yang memanggil dirinya, ia tersenyum dikala Dira menyambut kedatangannya.
"Kangen sama Kakak ya?" Ucap Salsa. Ia berjongkok, menyesuaikan tingginya dengan Dira.
"Dira kangen sama Kak Salsa."
Bagas menyampa orang tuanya ramah. "Dek Ibu sama Bapak masuk duluan ya."
Salsa berdiri menatap orang tuannya. "Nanti Ibu sama Bapak duduknya ditempat tamu undangan, nanti diarahin sama Osis."
"Iya, duluan ya Nak Bagas." Pamit orang tuannya Salsa.
"Iya Bu, Pak."
Bagas mengamati penampilan Salsa saat ini, sangat cantik pikirnya.
Salsa berdiri kikuk. "Kenapa sih, ada yang aneh atau makeupnya ketebelan ya?" Tanya Salsa sedikit khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG [Completed]
Novela JuvenilDia yang pernah aku cintai, namun belum sempat aku katakan. Hingga akhirnya dia pergi bahkan tidak tahu kapan akan kembali. Namun kejelasan itu belum sempat aku dapatkan.