Tujuh Belas

23 1 0
                                    

Bel pulang sudah sedari tadi berbunyi. Teman-temannya sudah pulang terlebih dahulu. Naura menawarkan diri untuk mengajaknya pulang bersama, tapi Salsa menolaknya dengan alasan ia akan pergi ketoko buku.

Salsa menghembuskan napasnya, ia pun berdiri karena kelas sudah mulai sepi.

"Sal." Bagas menghampiri Salsa, hingga membuat Salsa melirik kearahnya. "Nanti malem bisa ikut gue?" Ada nada berharap yang bagas lontarkan dan berharap Salsa mau ikut bersamanya nanti.

Salsa nampak menimbang-nimbang. "Kemana?"

"Nanti malem lo bakalan tahu. Gue jemput jam tujuh ya?"

Salsa menganguk pelan.

Senyuman Bagas mengembang. "Gue duluan ya, sampai ketemu nanti malam."

Salsa hendak pergi dari dalam kelasnya, namun pandangannya terhenti saat ia melihat Azrial yang berjalan terlebih dahulu didepannya. Ia tidak melihat dirinya sama sekali, seolah Salsa adalah makhluk yang tidak kasat mata.

"Berarti dia denger pembicaraan tadi dong." Salsa mengigit bibir bawahnya, entah kenapa ia tidak ingin membuat Azrial salah paham mengenai Bagas.

Salsa pun mengejar Azrial, berniat ingin menjelaskan hal yang tadi. Setelah sampai di parkiran, langkah Salsa pun terhenti. Ia melihat Lia yang sepertinya akan pulang bersama Azrial.

Salsa menghembuskan napas kasar. Untuk apa ia menjelaskan mengenai kejadian tadi kepadanya, Azrial kan bukan siapa-siapanya. Ia pun berjalan kearah parkiran, berjalan pelan. Seolah  ia ingin mereka segera cepat pergi.

"Eh Sal mau pulang juga?" Lia tersenyum ramah saat ia melihat Salsa.

Salsa tersenyum tipis. "Iya." Pandangannya melihat Azrial yang sedang memakai helm.

Ada rasa cemburu saat Azrial bersama Lia, ia bertanya-tanya, kenapa bukan dirinya yang berada disana?

"Kita duluan ya Sal." Pamit Lia.

Salsa menganguk, ia melihat kepergian mereka dengan raut sedikit bersedih.

***

Malam pun tiba. Bagas menghentikan sepeda motornya disebuah rumah. Salsa tidak tahu ini rumah siapa, yang jelas sekarang dirinya sedikit ada rasa takut, terlebih lagi suasananya sangat sunyi. "Ini rumah siapa?"

Bagas turun dari motornya, ia melepaskan helm dan menarik lengan Salsa.

Salsa melepaskan cekelan tangannya. "Lo nggak akan berbuat macem-macem kan?" Ucapnya dengan hati-hati, perlahan menjauh dan mengambil ancang-ancang untuk lari.

Bagas tertawa pelan, ia tahu Salsa pasti berpikir tidak-tidak. "Gue nggak akan lakuin macem-macem Sal, parno amat." Ucapnya masih tertawa.

Bagas menyuruh Salsa untuk mengikutinya. "Gue mau ngenalin lo keseseorang."

Salsa menoleh kearah Bagas, meminta penjelasan secara rinci. Bagas pun mengetuk pintu rumah itu.

Ini bukan acara perkenalan kepada kedua orang tuanya bukan? Kalau ia, Salsa sangat belum siapa untuk hal itu, atau mungkin tidak akan siap.

"Iya, sebentar." Seseorang berucap dari dalam. Hingga pintu itu pun perlahan terbuka. Seorang perempuan berwajah manis berdiri disana. Sepertinya mereka seumuran. Pikir Salsa dalam hati.

"Bagas." Perempuan itu memeluk Bagas. Salsa seperti menjadi nyamuk diantara mereka. "Kok nggak bilang mau kesini?" Pelukan itu pun terlepas.

"Lupa." Bagas menggaruk tengkuaknya.

Salsa masih berdiri diantara mereka, belum berniat membuka pembicaraan.

Perempuan itu lirik Salsa, hingga membuat Salsa menjadi sedikit risih, karena ditatap sedemikian.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang