Tiga Puluh Sembilan

8 0 0
                                    

"Lo bawaannya ribet banget Han?" Amel memperhatikan Hana yang baru saja datang dengan membawa koper, tas dan juga sekantung kresek cemilan. Padahal dirinya hanya membawa koper dan juga tas kecil.

"Kita tuh mau perjalanan jauh, wajar dong kalau gue bawa banyak barang."

"Wajar sih wajar." Ucap Naura. "Tapi ya nggak gitu juga kali, lo kayak mau pindahan aja."

"Biasa, Hana kan orang nya emang suka bikin ribet." Sahut Karlina, yang memang sudah terbiasa akan hal itu.

Salsa mengangkat tas yang tadi dibawa Hana. "Ini isinya apaan, kok berat?"

"Alat make up, alat mandi, dompet sama baju."

"Terus tuh koper isinya apa? kalau baju lo ada ditas ini." Amel menunjuk koper yang berada didekat Hana menggunakan dagunya.

"Baju-baju gue juga." Jawab Hana seadanya.

Amel menghembuskan napas pelan. Salsa dan juga Naura hanya geleng-geleng kepala.

Karlina terkekeh pelan, melihat wajah tak percaya teman-temannya itu.

Selepas melaksanakan beberapa ujian, disekolah ini memang sering kali mengadakan tour atau kunjungan ke kota lain. Terlebih lagi bagi anak kelas tiga, sebagai pelepas penat dan juga menjernihkan otak.

Kota yang termasuk tujuh keajaiban dunia itu adalah tujuan mereka. Salah satu tempat destinasi yang banyak didatangi para wisatawan asing maupun dalam negeri.

Kegiatan selama empat hari tiga malam ini, mengajak mereka seru-seruan dan juga mengingatkan mereka kembali saat pertama kali mereka masuk kesekolah ini.

"Bagi dong cemilannya."

Hana segera menyembunyikan kantung yang berisi cemilannya itu. "Enak aja, beli sana."

Bobi melongos. Ia beralih menatap kearah Salsa dengan senyuman lebar, merentangkan kedua tangannya dan berjalan mendekat.

"Mau ngapain lo?" Bagas menatap Bobi dengan sorot mata tajam.

Mendengar nada bicara itu, ia menepuk kedua tangannya, mengadah kearah atas. "Ada nyamuk terbang." Ucapnya asal.

Mereka yang mendengarnya hanya terkekeh pelan, terkecuali Bagas.

"Rasain dimarahin kan." Tawa Karlina.

Bagas menatap kearah Salsa. "Nggak lupa bawa obat-obatan kan?"

Dari semalam, Bagas selalu mengingatkan dirinya untuk membawa obat apa saja yang ia butuhkan. Karena jika tidak begitu, pasti selalu tertinggal. Terlebih lagi, ia tidak bisa selalu dekat dengan Salsa. Karena mereka berbeda bus. "Ada, aman kok."

Bagas mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Minuman jahe buatan Mamah, biar nggak mual."

Salsa menerimanya dengan senang hati. "Makasih."

Bagas tersenyum dan mengelus kepala Salsa.

"Kita mah apa atuh cuman ngontrak." Ucap Bobi.

"Kok gue yang baper ya." Sahut Hana.

Bobi menatap kearah Hana. "Lo mau juga, sini gue elus."

"Bagus ya." Bobi menoleh keasal suara itu. "Gue telepon lo nggak diangkat-angkat, ternyata lo lagi asik disini." Bobi meringis pelan, saat melihat Dini dengan wajah marahnya.

"Marahin aja Din udah." Karlina berucap dengan semangat.

"Dini, masa tadi Bobi mau ngelus kepala gue." Hana mengadu kepada Dini, dengan wajah yang dibuat kesal.

Dini menatap Bobi tajam.

"Nggak yang, sumpah." Wajah Bobi terlihat panik, ia menatap Hana sedang tertawa pelan. "Jangan bohong Han, nggal baik."

"Nggak usah cari alesan. Udah sana lo pergi." Sebenarnya Dini tahu itu hanya candaan, tapi ia sedang kesal saja kepada Bobi.

"Iya." Bobi layaknya anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya.

"Gue kesana ya." Ucap Bagas menunjuk karah Bus yang ada didepan.

"Heh, lo juga ayok pergi." Bobi berucap kepada Hana dan juga Amel.

"Apaan, kita di bus ini ya." Kata Hana.

Hana dan Amel sebetulnya berbeda bus dengan ketiga temannya, mereka mengajak seseorang yang mau bertukar tempat agar mereka semua bisa satu bus. Karena di perjalanan yang bisa menghabiskan banyak waktu. Itu juga jauh-jauh hari sebelum mereka berangkat, kalau tidak. Bisa-bisa ia kena teguran oleh guru.

Bagas mengacak-ngacak rambut Dini dan pergi sambil menarik lengan baju Bobi.

Bobi berdecak kesal.

"Emang dasar tuh bocah, gue udah rapih-rapih gini." Dini membenarkan tataan rambutnya. "Gue juga kesana ya."  Ucap Dini.

Satu persatu semua orang pun sudah banyak berkumpul didekat bus masing-masing.

Salsa memegang jaket yang sengaja ia tidak masukan kedalam koper, ia melihat kearah belakang.

'Sejak kapan Azrial datang?' Gumannya dalam hati.

"Silahkan kalian segera memasuki bus masing-masing, untuk barang bawaan kalian simpan dibagasi." Suara sang pemandu perjalanan terdengar. "Jangan lupa cemilan dan barang penting kalian bawa kedalam."

"Iya pak." Ucap semuanya.

Setelah menaruh barang bawaannya, mereka pun masuk kedalam bus dengan tertib.

"Duduk sesuai nomor yang ada di kartu nama kalian." Ucap Guru yang akan mengatur mereka semua.

Setiap bus memang sudah ada pembimbing dari sekolah, karena memang para guru juga ikut. Untuk mengawasi dan memastikan mereka semua tidak ada yang tertinggal. Sang pemandu dari travel hanya mengantarkan mereka ketempat tujuan dengan aman dan mengatur semua kunjungan kebeberapa tempat yang jadi tujuannya.

"Gue deket jendela." Ucap Naura cepat.

"Yaudah gue ditengah." Sahut Karlina. "Salsa sisanya."

"Iya." Ucapnya, tak mau mempermasalahkan tempat duduk.

Salsa menoleh kebelakang, ternyata jarak tempat duduknya dengan Azrial hanya terhalang dua barisan. Ia duduk didekat jendela.

Azrial menoleh kearah depan, pandanganya bertemu dengan Salsa, yang tengah melihatnya disela-sela tempat duduk.

'Aduuh.' Salsa maki dirinya sendiri. Ia pun kembali duduk menghadap kedepan.

"Gerah juga ya." Ucap Karlina, karena bus tersebut belum dinyalakan.

"Pak, idupin AC dong." Ucap yang lain.

Mobil bus pun menyala, hingga suasana sejuk pun mulai terasa.

"Sebentar lagi kita akan mulai perjalanan. Alangkah baiknya kita berdoa agar perjalanan kita selamat sampai tujuan." Suara sang pemandu terdengar. Mereka semua pun berdoa, dan memohon kepada sang pecipta agar semuanya berjalan sesuai rencana dan sampai dengan selamat sehat walafiat.

Bus pertama sudah mulai bergerak disusul bus yang ia tempat. Disini disediakan empat bus karena kelas tiga ada 8 kelas dengan masing-masing jurusan 4 kelas.

Suara musik pun terdengar, ada beberapa dari mereka yang ikut bernyanyi. Hingga suasana didalam bus tidak begitu suntuk.

Salsa menyadarkan punggungnya disandaran kursi, menikmati perjalanan yang mungkin saja tak bisa ia ulang lagi.

























****
Jangan lupa vote dan komen
Tunggu kelanjutannya

See you♡

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang