'STA; 01'

115K 8.3K 936
                                    

-oOo-


"AERO ALTERIO!"

teriakan melengking dari arah belakang membuat cowok yang terpanggil namanya tadi berhenti melangkah ditengah-tengah koridor.

Tidak heran lagi, setiap pagi-pagi begini disuguhi suara cempreng dari cewek yang sama. Telinganya pun sudah kebal akan suara familiar yang sekarang sudah berhenti berteriak.

"Aero, ke kelas bareng yuk?"

"Gak."

Gadis itu berdecak. "Kebiasaan deh kalo diajak gak pernah mau."

Aero diam, bukan, bukan karena sombong. Tapi jika ia menjawab terus menerus maka gadis disampingnya ini akan bertanya tiada henti. Yah, walaupun sudah terbiasa akan hal itu tapi tetap saja berhadapan dengan cewek ini sangat menyebalkan.

"Aero ih, jawab!" Tangannya merangkul lengan Aero dan bergelayut disana. Katakan saja dia gadis tidak tahu diri, tidak apa toh namanya juga sedang berusaha mendekati es batu.

"Lepas, Alena Kezia."

Yah, Alena Kezia. Siapa yang tidak kenal gadis itu? Seantero sekolah bahkan diluar sekolah juga banyak yang mengenalnya. Wajahnya cantik, sudah pasti. Body goals, tentu saja. Jadi wajar kalau dia dijuluki sebagai primadona di SMA Gardapati. Tidak salah lagi kalau dia termasuk selebgram dengan pengikut mencapai sepuluh ribu lebih.

Jika kalian bertanya tentang prestasi cewek itu, tidak ada yang perlu dibanggakan selain surat panggilan yang menggunung. Saat pembagian raport dan masuk 20 besar saja dia sudah senang, apalagi sampai masuk 10 besar.

"Baper.... Baru kali ini kamu manggil nama lengkap aku."

Cowok itu menghela napas saat tau ucapannya sangat tidak tepat. Setelah menyingkirkan tangan Alena dari lengannya, ia berjalan cepat meninggalkan Alena yang menggerutu sebab ulahnya tadi.

"TUNGGUIN AKU."

Bukan Alena Kezia namanya kalau menyerah begitu saja, melangkah dengan cepat mengejar Aero yang sudah jauh didepan. Kaki jenjangnya mengarah di kelas XI IPA 1, dimana itu adalah kelas Aero.

"Kamu gimana sih? Kok akunya ditinggal?!" Kesal Alena saat setelah menghampiri Aero yang sudah duduk anteng dikursi dengan jari yang sibuk bergerak dilayar ponsel.

"Eh, ada neng, Alena. Sini duduk samping Abang." Bukan Aero yang menjawab melainkan temannya.

Alena tidak menggubris, ia memilih duduk diatas meja tepat dihadapan Aero saat ini juga. Tidak tahukan Alena, bahwa Aero sudah memejamkan mata dan menarik napas banyak-banyak setelah tak sengaja matanya melirik rok pendek abu-abu Alena yang terangkat.

"Turun!"

"Gak!"

"Turun!"

"Gak mau, Aero!" Alena membalas tatapan tajam Aero dengan senyum manis. Tapi yang Aero tangkap dari penglihatannya bukan manis melainkan, menjengkelkan.

"Turun, Alena Kezia!"

Katakan saja Alena lebai, bahkan saat Aero memanggil nama lengkapnya bermaksud memberi tekanan pada setiap kata yang terucap bertanda ia marah, tapi yang gadis itu lakukan adalah senang dengan menutup mulut sangking kagetnya.

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang