'STA; 24'

53.8K 5K 1.1K
                                    

-oOo-

SEKALI putaran, setengah putaran, keringat bercucuran membasahi pakaian. Putar-putar di lapangan, lelah, sehatkan badan.

Alena, Yasmin dan Tesa berhenti sejenak guna mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Bahkan Yasmin sampai meremas perutnya yang terasa kram.

Jangan kalian pikir, mereka sedang melakukan olahraga pagi, bukan tapi, mereka sedang mendapat hukuman. Mereka kecolongan saat ketawan guru sedang memalaki duit adik kelas. Tak hanya itu, Yasmin juga pernah berantem dengan kakak kelas sehingga guru mengungkit-ungkit masalahnya dan memberi hukuman tambahan untuk Yasmin seorang.

Memang dari kemarin Yasmin terlihat murung dan tampah pemarah. Alena dan Tesa tidak tahu mengapa Yasmin berubah. Yasmin pendiam, jika ditanya hanya menjawab seperlunya, malah kadang Yasmin mengangguk dan menggeleng saja.

"Ya ampun ini berapa lagi sih? Gue gak kuat!" dada Tesa yang terasa sesak membuatnya berhenti diikuti Alena dan Yasmin.

"Masih tiga putaran lagi, Sa," Alena duduk dipinggir lapangan dengan selonjoran. Tangannya menopang berat badan dibelakang.

Alena menoleh kearah Yasmin ketika cewek tomboy itu duduk sambil memegangi area perut.  "Perut lo sakit, Min?"

Yasmin mengangguk. "Gak kebiasaan lari."

Memang sih, sudah beberapa hari ini mereka bertiga tidak membuat masalah dan onar lagi.

Pak Mahmud memang kurang ajar, memberi hukuman tidak sewajarnya. Tadi disuruh membersihkan WC dilantai satu kemudian, disuruh lari lapangan 6 putaran. Yang lebih kasihan lagi Yasmin, cewek tomboy itu juga harus membersihkan perpustakaan. Lebih parahnya lagi, hukuman itu dilakukan tanpa jeda.

"Min," panggil Alena.

Yasmin menoleh.

"Lo kalo ada masalah cerita gih, jangan dipendem." ujar Alena.

"Alena bener. Kita ini temen, Min, bisa cari solusi bareng-bareng," Tesa menimpali.

Yasmin membuang napasnya kasar. "Cuma masalah sepele."

Alena dan Tesa menghela napas, mungkin Yasmin belum mau menceritakan masalahnya. Mereka berusaha untuk mengerti Yasmin dengan cara membiarkan Yasmin menenangkan diri sampai gadis itu siap untuk bercerita.

"Hukumannya gak usah dilanjut, Pak Mahmud juga gak ngawasin kita lagi." kata Alena diangguki keduanya.

Kemudian hening. Yasmin yang sibuk dengan pemikirannya, Alena melamun entah apa dan Tesa memandang awan biru cerah diatas sana.

Tesa tersenyum kemudian mengambil ponsel disaku rok abu-abunya. Membuka salah satu aplikasi kamera.

"Beh, mantep ada cahaya ilahi." seru Tesa melihat wajahnya sendiri dilayar ponsel.

"Poto bertiga, Yuk?!" ajak Tesa mengembangkan senyum.

Tidak mau membuat Tesa murung, Alena dan Yasmin memilih menuruti keinginan gadis itu. Pernah waktu itu Yasmin dan Alena menolak untuk foto bersama sehingga Tesa marah tidak mau bicara seharian.

Cekrek

Tesa begitu serius melihat hasilnya. Merasa belum puas dengan jepretannya, Tesa berdiri dari duduk sambil menarik lengan Alena dan Yasmin.

"Mau apa sih?" Ketus Yasmin karena masih lelah sehabis berlari.

Tesa menunjukkan cengiran yang mirip kuda. "Hehe, Poto ditengah lapangan keknya bagus deh,"

Yasmin memutar pandangan malas. Berbeda dengan Alena yang terlihat antusias. Jangan heran, cewek itu bisa merubah mood kapan saja. Juga, dia suka dengan berpose layaknya seperti model. Ingatkan lagi kalau Alena seorang selebgram, karena potonya terlihat bagus ditambah wajah memadai.

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang