'STA; 07'

50.6K 4.9K 148
                                    

-oOo-

SECANGKIR coklat panas berada dalam genggaman seseorang, aroma yang nikmat menguar saat terpaan angin menyambut. Alena menghirup aroma itu dengan kuat sembari memejamkan mata sebelum membuang napasnya secara perlahan juga membuka matanya, sehingga membuat tubuhnya rileks. Pikiran yang berkelabung mendadak asri walaupun hanya untuk sesaat.

Ia menarik napas dalam-dalam, duduk di balkon sendirian ditemani oleh bintang yang berkelap-kelip juga bulan yang terang di langit hitam. Alena kembali meminum coklat panas itu dengan memejamkan mata sesaat seolah tengah menikmati rasanya.

Matanya yang sayu menatap bulan lamat-lamat. Seolah sedang berbicara dengan lingkaran putih itu, walaupun dia tahu tidak akan ada jawaban yang menjadi pertanyaannya. Alena menahan air mata yang sudah siap meluncur, dia tidak ingin lemah tapi jika masalah takdir dirinya tidak tahan ia menangis dengan kencang.

Pikirannya membawa dia kembali ke kejadian tadi sore.

"Gue tunggu lo buat jauhin Aero." Alena tidak merespon ucapan Yasmin. Ia memilih turun dari mobil temannya itu dengan cepat.

Setelah mobil Yasmin hilang dari hadapannya, Alena segera membalikkan badan kembali berjalan memasuki gerbang rumahnya. Badannya terasa remuk semua setalah melakukan banyak kegiatan sekolah. Bukan, bukan kegiatan sekolah melainkan hukuman yang diberikan guru akibat tertidur dikelas. Bayangkan, membersihkan perpus dan juga toilet wanita dari lantai satu dan lantai dua. Itu sangat banyak.

Langkahnya yang lebar mendadak berhenti dan kembali berjalan dengan intonasi pelan kala melihat dua mobil beda warna terparkir dihalaman rumahnya. Dia tahu betul siapa pemilik mobil itu. Dadanya bergemuruh, apa dia masih sanggup untuk bertemu kedua orang itu setelah 5 bulan tidak saling menyapa.

Tepat didepan pintu, dia menarik napas dalam-dalam dan melangkah lagi menghampiri dua orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Duduknya membelakangi pintu sehingga tidak sadar akan kehadiran Alena.

"Ada apa kalian kesini?" Ucap Alena mengagetkan keduanya.

Dua orang dengan pakaian rapih itu segera berdiri menyambut seorang gadis yang sudah lama mereka tinggalkan.

"Kami kesini ingin..."

"Masih inget anak?" Serobot Alena cepat. Ujung bibirnya tertarik keatas menimbulkan senyum sinis.

Yahh ... Dihadapan Alena adalah kedua orang tuanya. Ditinggalkan ketika umurnya masih terbilang kecil yaitu 9 tahun. Kedua orangtuanya begitu egois, memilih bercerai dan menikah dengan kekasihnya masing-masing. Meninggalkan Alena yang masih belum tahu apa-apa. Bagaiman tidak sakit hati kalau begini.

"Alena! Mama tidak pernah mengajarkan kamu bicara begitu!" Wajah Ranti- mama Alena memerah melihat kelakuan putrinya.

Alena tertawa sumbang. Mengajari? Sejak kapan, batinnya. "Emang anda pernah mengajarkan saya apa?"

Bahasa Alena yang cenderung formal membuat ayahnya yang bernama Daniel mengepalkan tangannya kuat-kuat. Niatnya ingin berbicara baik-baik dengan putrinya, tapi melihat kelakuan Alena emosinya tidak bisa terkontrol lagi.

"Duduk Alena! Papa dan mama ingin bicara sesuatu." Kata Daniel sesabar mungkin.

Tidak ada yang bisa Alena lakukan selain menuruti perintah paruh baya itu. Alena duduk dihadapan orangtuanya dengan kaki bersilang, tangannya bersedikap dada dan juga tubuh yang disandarkan pada sofa.

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang