-oOo-
DARI berbagai macam pelajaran yang ada, terutama matematika dan fisika malah tidak ada satupun yang terngiang didalam otaknya. Jauh dari itu semua, Aero malam memikirkan hal yang sewajarnya tidak ia pikirkan.
Terkadang ia menyerngit, menghela napas kemudian memijat pangkal hidung. Setelahnya lagi, Aero menghela napas. Itu yang dia lakukan dari awal masuk kelas sampai kali ini, tepat jam istirahat kedua.
Pikirannya melayang di kelajadian semalam, bertepatan saat ia berkumpul bersama teman-temannya sekedar mengisi waktu luang.
Entah pukul berapa, tapi yang pasti sekitar jam 12 malam, ketukan pintu kamarnya terdengar mengalihkan pandangan semua orang yang berada di ruangan. Ada Bastian, Ganang, Randu dan Reyhan. Awalnya Aero sempat menolak kedatangan mereka karena dia juga ingin membaca materi-materi untuk olimpiade yang akan dilaksanakan dua hari lagi tapi mereka selalu memaksa yang akhirnya Aero mengalah.
"Siapa tuh?" Pertanyaan Randu mendapatkan gelengan semua orang.
Aero yang semula membaca buku langsung beranjak dari duduknya. Walaupun kedatangan temannya yang begitu rusuh tidak membuat Aero menghentikan kegiatannya.
Ketika pintu terbuka, sebelas alisnya terangkat sebelah. Bingung, mendapati ayahnya berdiri diambang pintu. Tumben? Masih dengan kebingungan, Aero menemukan jawaban. Tadi sebelum ayahnya pulang dari rumah saudara, Aero sempat berpesan untuk membelikan cemilan. Tentu saja untuk temannya.
Aska mengangkat dan memberikan belanjaan pesanannya yang dibungkus plastik berukuran besar berwarna putih.
"Makasih, yah." Aero masuk kedalam kamar.
Aero mendengus sebal ketika melihat temannya bersorak sembari bertepuk tangan heboh. Pecinta makanan gratis pun akan melakukan hal sama seperti mereka sekarang.
"Gini dong punya temen tuh peka!" Seru Bastian.
"Jadi enak gue, Er." Kata Randu disertai cengiran.
Reyhan menoleh kearah pintu, disana ia masih mendapati Aska berdiri dengan gagah. Jika diperhatikan secara seksama, wajah Aska dan Aero memiliki kesamaan. Mirip, badan yang menjulang tinggi. Aero benar-benar copy-an ayahnya. "Makasih makanannya, Om,"
Aska tersenyum sebelum menatap anak bungsunya. "Er, ayah tunggu di ruang keluarga."
Aero mengerutkan dahi bingung. "Ada apa?"
Bukannya menjawab, Aska memilih berlalu menuju tempat yang ia janjikan barusan. Tidak mau ambil pusing Aero langsung mengikuti ayahnya. Bukan hanya penasaran tapi Aero juga bingung.
"Duduk." Perintah Aska membuat Aero menurut tanpa banyak kata.
Entah apa yang terjadi tapi yang pasti Aero merasa diamati ayahnya begitu cermat, seolah tengah mencari sesuatu lewat pandangan mata yang tajam itu. Aero sungguh tidak tahu apa yang terjadi.
Merasa risih Aero memilih angkat suara. "Kenapa, Yah?"
Aska menghela napas. "Tadi sewaktu jalan pulang, ayah lihat Alena didepan cafe sendirian."
Aero dibuat tambah bingung. Ia memilih diam, Telinganya masih setia mendengarkan kelanjutan cerita ayahnya. "Sekitar jam setengah dua belasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SI TAMPAN AERO
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Part tidak lengkap •Laskar series• Aero Alterio, si cowok tampan dengan prestasi yang membanggakan. Terkenal bad boy berkelas di SMA Gardapati yang menyandang status most wanted dan ketua geng besar di sekolah. Mendengar go...