'STA; 32'

56.1K 5.3K 986
                                    

TYPO BERTEBARAN!

HAPPY READING!

-oOo-

PUKUL 6 pagi, segerombol siswa dengan seragam abu-abu lengkap yang dibalut jaket berderetan mengendari motor menyusuri jalanan yang masih sepi.

Tak jarang, beberapa pengendara motor metik dengan knalpot racing menggeber-geber motornya hingga menimbulkan bunyi nyaring. Untung saja kondisi tidak ramai, coba kalau tidak? Dapat dipastikan mereka mendapatkan semprotan para warga.

Sekedar info saja, mereka bukanlah anak baik-baik yang berangkat ke sekolah di jam sepagi ini. Kalaupun mereka anak rajin, tidak akan menimbulkan kebisingan dijalan. Melainkan mereka adalah anak nakal yang sudah sepakat untuk tujuan tertentu.

Tak berapa lama kendaraan yang mereka tumpangi berbelok memasuki gang kecil. Disekitar hutan belantara Meraka mengehentikan kendaraan beroda dua tersebut.

Cowok dengan jaket hitam yang melekat ditubuhnya menaruh helm diatas motor kemudian melangkah mendekat diikuti yang lain dan disambut tatapan sinis dari rombongan didepannya.

"Selama datang Aero Alterio!" Seru seseorang dengan tawa yang meremehkan.

Pasti kalian bisa menebak kan? Rombongan Laskar yang berhadapan dengan TAGAR.

Sedikit diberi tahu, Sigit yang tak lain ketua dari musuh Laskar tersebut bermaksud menantang dengan embel-embel banci. Hilih, kalau boleh jujur sebenarnya Aero malah meladeni. Bisa ditebak kalau Sigit cuma banyak omong tapi gak bisa bertindak. Bisanya merendahkan orang lain seolah dia paling hebat.

"Mau apa?" Tanya Aero tanpa basa-basi. Menurutnya sangat mengulur-ulur waktu. Masih banyak hal yang lebih bermanfaat daripada meladeni manusia super gabut didepannya.

"Ouhh, santai dulu dong. Jangan buru-buru!" Tutur Sigit dengan senyum lebar.

Randu yang berada disamping Aero nampak memutar bola mata malas. Ia memilih mengorek lubang hidungnya yang terasa begitu gatal. Jangan bilang kalau Randu alergi dengan Sigit. Bisa jadi.

"Kebanyakan basa-basi." Sindir Reyhan mulai jengah.

Bukannya terpacu emosi, Sigit malah terkekeh kecil. Kemudian Sigit melangkah dengan sombong menuju kearah Aero.

Yang membuat Laskar terkejut adalah Sigit yang tiba-tiba menjulurkan tangannya. "Gue cuma mau kita damai."

Aero menatap tangan Sigit dengan alis terangkat, kedua telapak tangan Aero masih setia berada didalam saku celana. Aero tidak bodoh untuk masalah ini.

"Gue gak percaya!" Aero memasang wajah datar.

"Udah gue duga kalo lo bakalan ngomong gitu," Sigit tersenyum kecil. Dimana senyum itu sangat menjengkelkan bagi Laskar.

"Oh, atau lo takut kalah saing sama gue? Takut kalo posisi Laskar turun?" Sigit mencoba memancing emosi Aero. Memang sih, diantara banyaknya siswa SMA Gardapati yang paling susah untuk terpancing emosi adalah Aero.

Bastian berdecih mendengar nada Sigit. Kesal, Bastian melangkah dengan tangan terkepal.

Bugh

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang