-oOo-
DI PEMAKAMAN Jajak terlihat banyak orang dengan pakaian serba hitam sebagai tanda berduka cita.
Semua sanak saudara berkumpul disana tapi sebagian sudah pulang untuk beristirahat sejenak menghilangkan rasa sedih. Tidak ketinggalan Anggota Laskar yang jumlahnya lebih dari 100 ikut menyaksikan pemakan alm. Jajak.
Jam menunjukkan pukul 13. 12, semua orang sudah meninggalkan pemakaman tapi tidak dengan Alena. Cewek itu masih setia duduk dengan tangan menyentuh tanah merah. Alena hanya berharap, Jajak lah yang ia sentuh tapi kini semua sudah berakhir.
Air matanya luruh walau sudah ditahan sekuat tenaga tapi rasanya malah makin menyesakkan. Semua ucapan Jajak terus berputar di otaknya.
Merasa risih Alena mengambil bunga yang masih terselip di telinganya. Kemudian Jajak mendudukkan dirinya dikursi panjang diikuti Alena disampingnya.
"Bunganya disimpan jangan dibuang!" Peringat Jajak.
Alana menunjukkan cengiran polos. "Iya disimpan nanti. Makanya beliin bunga palsu aja biar gak layu."
"Palsu itu ilegal. Gak boleh."
Alena memutar pandangan malas. "Ya gak gitu juga lah, Jajak." Greget Alena.
Dari samping Jajak mengamati Alena. Ia masih tidak menyangka bisa menjadi pacar Alena. Ketika sedang enak-enaknya, Alena menoleh otomatis menangkap basah perbuatan Jajak.
Jajak berdehem. "Lain kali kamu yang kasih aku bunga."
Alena menyerngit heran. Jajak memang ada-ada saja. "Masa iya cewek yang ngasih cowok bunga!"
"Emang gak boleh?"
Alena menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Ya.. boleh sih, tapi kan aneh aja,"
"Gak aneh." Alena mendengus mendengarnya.
"Ditunggu bungannya." ujar Jajak seperti tidak main-main.
Alena menarik nafas panjang-panjang. "Apa ini yang lo maksud, Jak?"
Alena menatap batu nisan dengan mata berkaca-kaca. Tangannya yang bergetar perlahan terangkat untuk mengelus batu nisan tersebut. "Gue udah turutin apa yang lo minta. Apa lo bisa turutin apa yang gue minta?"
Alena memejamkan matanya sesaat. "Bangun, Jak. Katanya lo bakal lindungi gue? Mana buktinya?"
"Jajak gue mohon bangun! Gue mohon bangun hiks.." Alena memeluk nisan putih tersebut.
Gedoran pintu terdengar di luar. "Alena, buka pintunya. Aku tau kamu didalam!"
Alena menarik napasnya pelan mengontrol tangisannya.
"Alena aku minta buka pintunya!"
"PERGI LO DARI SINI! GUE GAK MAU KETEMU SAMA LO!"
Bilang saja Alena egois karena tidak mau mendengar penjelasan Jajak dulu. Kalaupun Jajak mau menjelaskan tinggal bilang saja kan? Tidak perlu menunggu Alena keluar karena sudah pasti Alena akan mendengarnya dari dalam rumah. Tapi nyatanya Jajak tidak melakukan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI TAMPAN AERO
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Part tidak lengkap •Laskar series• Aero Alterio, si cowok tampan dengan prestasi yang membanggakan. Terkenal bad boy berkelas di SMA Gardapati yang menyandang status most wanted dan ketua geng besar di sekolah. Mendengar go...