'STA; 06'

52.9K 4.6K 87
                                    

-oOo-

SEPANJANG pelajaran berlangsung, tidak ada yang membuka suara sama sekali. Bukan, bukan karena takut dengan gurunya yang kiler tapi pelajarannya yang sangat mereka hindari. Walaupun masih pagi dimana biasanya otak masih fresh-freshnya malah tidak berfungsi sama sekali.

Melihat berbagai angka yang tertera dipapan tulis membuat kepala mereka cenat-cenut. Sudah mencoba untuk menghitung beberapa kali tapi masih tetap tidak ketemu hasilnya. Jadilah mereka hanya menonton guru yang sedang berfikir untuk menjawab soalan. Jangankan muridnya, gurunya saja masih salah dalam menghitung, terbukti dari tulisan yang dihapus terus-menerus.

Pusing dengan soalan didepan, Alena memilih memainkan ponsel dibawah meja. Mengirim stiker dan juga spam chat untuk Aero yang jelas-jelas tidak pernah direspon.  Jangankan di bales, di read saja tidak.

Berbeda dengan Tesa yang sibuk dengan kunyahan kripik kentang. Memang, diantara ketiganya hanya Tesa lah pecinta makanan berjenis kripik. Yasmin dan Alena pun sebenarnya suka tapi tidak terlalu berlebihan seperti temannya itu.

Jangan tanya tentang apa yang dilakukan Yasmin, cewek itu sudah tertidur pulas. Tempatnya yang berada dibelakang membuat semakin tenang saat tertidur sebab tidak terlalu jelas jika dilihat dari depan.

Alena menghembuskan napasnya berat dan mengikuti jejak Yasmin untuk tiduran dikelas. Masa bodo dengan guru yang masih menghitung jumlah berakar yang entahlah berapa hasilnya.

Baru saja Alena menutup mata, salam dari seseorang terdengar di ruangan kelas XI IPS 4. Semua mata tertuju pada sosok yang baru saja masuk. Alena yang sudah sangat familiar dengan suara berat itu langsung mengangkat kepala dan duduk dengan tegak.

"Ada apa Aero?" Kata guru matematika yang sedang mengajar.

Alena tidak fokus dengan percakapan keduanya. Dia memilih memerhatikan gerak-gerik Aero yang sedang berbicara itu. Tampan sekali, batin Alena dengan senyum tipis dibibir.

Sampai tidak sadar Aero sudah membalikkan badan dan berjalan untuk keluar. Alena mengedipkan matanya beberapa kali sangking tidak percayanya karena bola matanya tak sengaja bertemu dengan mata hitam tajam Aero. Tapi hanya sesaat sebelum Aero membuang pandangan dan keluar kelas.

Tidak mau bilang kesempatan, Alena berdiri dari duduknya. "Bu, saya ijin ke toilet."

Setelah mendapat respon Alena segera berlalu dan mengejar Aero yang sudah jauh didepan sana.

"Aero! Tungguin aku!"

Langkah Aero tidak berhenti, sungguh dia merasa sepeti buronan yang dikejar polisi. Hari-harinya seperti diteror oleh cewek itu. Semua usahanya untuk menjauh sepertinya tidak menjadi penghalau cewek itu untuk berhenti mengejarnya.

Apa boleh buat ketika Alena sudah berdiri didepannya sembari merentangkan kedua tangan untuk mencegahnya.

"Minggir."

"Gak mau!"

Menghela napas Aero memilih mencari jalan lain lewat samping tapi Alena mengikutinya lagi. Seperti itu seterusnya sampai Aero jengah sendiri.

"Ada apa?" Kata Aero dingin.

Alena tersenyum dan memeluk lengan Aero, kegiatan itu sudah menjadi kebiasaannya dan tidak akan pernah ketinggalan. "Kamu tadi kenapa ke kelas? Nyariin aku ya?"

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang