'STA; 08'

59.4K 5.5K 345
                                    

-oOo-

TISSUE basah menempel di pipi mulusnya, kemudian kembali beralih pada bagian kening. Itu yang selalu Alena lakukan jika merasa badannya kurang fit atau lebih tepatnya suhu badan yang panas. Jika ia menempelkan tisu basah maka terasa dingin di kulit. Kalau biasanya menggunakan kain yang dicelupkan kedalam air kini berbeda, mungkin karena masih disekolah menggunakan tissue akan lebih praktis.

Ia menghela napas dengan perlahan, seharian tadi Alena tidak mengikuti pelajaran sama sekali akibat sakit dan berakhir di UKS.

Alena kembali berjalan dengan sisa tenaganya, sungguh, Alena masih merasakan lemas yang kentara. Sekolahpun sudah mulai sepi karena memang sudah jamnya pulang.

Tepat didekat tangga yang berhadapan langsung dengan parkiran, langkah Alena sedikit melambat ketika melihat dua orang beda gender tengah berbincang-bincang. Entah apa yang mereka bicarakan Alena tidak begitu jelas mendengarnya.

Aero dan cewek itu.. lagi?

Jangan tanya bagaimana kabar Alena, karena itu sangat sakit. Dia berfikir kapan dirinya bisa sedekat itu dengan Aero. Jangankan dekat, di panggil namanya saja Aero sudah pergi duluan. Mungkin terdengar tidak wajar jika Alena cemburu padahal Aero bukan siapa-siapanya. Tapi Alena sudah mengecap Aero miliknya, dia yakin Aero masa depannya.

Cowok yang bisa merubah segala hidupnya.

Cowok yang bisa memberi warna di hidupnya.

Cowok yang akan mencintai dirinya lebih dari orang tua.

Menurutnya, Aero itu cukup sabar untuk Alena yang bar-bar.

Terlihat jelas ketika Alena bertingkat terlalu agresif, buktinya Aero tidak pernah bermain tangan dan berkata kasar.

Alena menunduk sebentar dan kembali berjalan dengan santai, tatapannya lurus kedepan saat melewati dua orang itu. Seolah tidak ada siapapun disana selain dirinya.

Entah perasaannya saja atau bukan, Alena merasa Aero sempat menoleh kearahnya cukup lama.

Merutuki kebodohan sendiri karena tidak membawa mobil ke sekolah. Yasmin memang sempat memberi tawaran agar diantar pulang olehnya, tapi Alena menolak. Alena tahu, Yasmin harus latihan taekwondo dan dia tidak mau mengganggu.

Tesa juga ada urusan keluarga dan pulang duluan saat jam pelajaran, kata Yasmin tadi. Dan kini, ia berakhir menunggu ojol yang sudah dipesan. Berdiri didepan gerbang sekolah dengan kepala menoleh ke kanan dan kekiri sendirian seperti orang gila mencari alamat.

Nunggu ojol kaya nunggu Aero peka, lama.

Kembali menghela napas, ia memilih berjalan. Sepertinya ini hari tersial baginya. Sudah pingsan di kantin, sangat memalukan sekali pikirnya. Seorang Alena Kezia, si cewek tukang bully, pingsan. Terlihat lemah bukan? Tidak sesuai dengan covernya.

"Len,"

Suara itu... Alena mengenalnya. Alena menggeleng pelan, ia tahu ini hanya mimpi atau sekedar halusinasi, seperti tadi.

Aero lah yang menggendongnya menuju UKS. Dan itu hanyalah mimpi. Pada kenyataannya  seorang cowok yang tidak Alena ketahui siapa orangnya. Saat Alena akan bertanya siapa yang membawanya kesini? Yasmin dan Tesa diam saja, malah mengalihkan pembicaraan.

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang