'STA; 26'

51.6K 4.8K 422
                                    

-oOo-

SUARA derapan langkah kaki yang bersahutan terdengar sepanjang koridor rumah sakit. Si pelaku dari kericuhan nampak tidak peduli dengan tatapan banyak orang orang yang mengarah padanya.

Seringkali kali Alena menabrak beberapa orang berseragam putih khas perawatan pada umumnya.

Alena tidak peduli, meminta maaf pun tidak sama sekali. Dadanya naik turun mengatur napasnya. Perasaan takut bercampur panik menjadikan Alena tidak bisa berfikir positif.

Walaupun ia sempat kecewa pada Jajak tapi tidak bisa dipungkiri rasa khawatir menyelinap dibenaknya. Ya, setalah mendengar penuturan Tesa melalui telepon Alena bergegas pergi ketempat yang sudah diberitahu Tesa sebelumnya.

Alena berlari secepat yang ia bisa. Entah kenapa disaat seperti ini tempatnya terasa sangat jauh sekali.

Sampai dimana ia melihat rombongan Aero dengan teman-teman sedang terduduk dan berdiri diam didepan ruangan. Ia melihat jelas kegelisahan dan keheningan disana. Ada Aero, Tesa, Reyhan, Ganang, Bastian dan Randu.

Tatapan Alena yang sayu melihat kearah Aero yang juga menatapnya sejenak sebelum menunduk menatap lantai.

Alena melangkah mendekat disamping Tesa.

"Jajak.." belum sempat menyelesaikan jawabannya Tesa lebih dulu menggeleng lemah.

Alena kembali melangkahkan kaki jenjangnya mengarah pada kaca jendela kecil yang berada disana. Ia melihat Jajak sedang diperiksa beberapa dokter ditambah lagi peralatan medis yang menempel disekitar tubuhnya.

Air matanya keluar. Ia tidak menyangka dengan keadaan Jajak saat ini. Dimana Jajak baru pulang dari rumahnya beberapa jam yang lalu dan kini kondisinya sudah berbeda.

"Kenapa bisa?" Keluh Alena mengalihkan pandangannya tak sanggup lagi.

"Kecelakaan Truk." Balas Ganang seadanya.

Semua orang mulai diam kembali. Alena masih belum percaya dengan semua ini. Sekali lagi Alena berharap ini hanya mimpi.

Alena menggeleng dengan menggigit bibir bawahnya. Kenapa rasanya sesak sekali menahan air mata? Kenapa rasanya ia ingin menjerit kali ini juga.

Semua orang disana mengalihkan pandangannya kearah kebisingan terjadi. Terdengar langkah kakinya beberapa orang saling bersahutan.

Alena masih setia menunduk tidak berani mengangkat wajahnya.

"Bagaimana keadaan anak saya?" Tanya orang itu.

Alena membisu mendengar suara tersebut. Ia merasa sangat familiar dan suara itu merupakan suara yang sangat ia rindukan.

Dengan penuh keraguan, Alena mendongak secara perlahan.

Alena tersentak. Lidahnya terasa kelu melihatnya. Ia menggeleng pelan. Beberapa kali akan memejamkan mata berharap ia hanya bayangan semata.

"Mama," lirih Alena.

Tatapan wanita yang sangat Alena rindukan menatap kearah. Mata Alana berkaca-kaca.

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang