'STA; 39'

54.8K 4.5K 394
                                    

Karena update lama, mending baca chapter sebelumnya. Siapa tau lupa.

HAPPY READING!

-oOo-

KETERGANTUNGAN memang sulit untuk dihilangkan.

Contohnya seperti seorang gadis yang kini sedang duduk bersila diatas ranjang. Badannya menyender dengan bantal dipangkuan, tidak lupa juga cemilan ringan dengan rasa pedas digenggaman.

Mimik wajahnya serius, terkadang dahinya ikut berkerut, tertawa, dan menangis secara bersamaan. Rasanya campur aduk. Bahkan cewek itu sudah menyiapkan tissue disamping tubuh.

Kriuk

Bunyi kripik yang baru saja digigit. Sedetik kemudian mata Alena berkaca-kaca, siap meluncurkan liquit bening. Tapi sialnya, dia malah tersedak makanannya sendiri. Alhasil, wajahnya memerah dengan air mata meluncur bebas. Penyebabnya adalah tersedak.

Alena, cewek dengan bandana merah menghiasi kepalanya segera mengambil minum yang sudah tersedia diatas nakar. Alena mengelus dadanya menetralkan rasa sesak akibat kecerobohan dalam menikmati makanan.

Untung saja drama yang ia tonton melalui laptop langsung ia pause, jadinya ia tidak ketinggalan.

Semua ini salah Tesa! Gara-gara berteman dengan Tesa yang hobinya nge-drakor, Alena jadi ketularan.

Alena mencoba untuk mengentikan kebiasaannya itu tapi, Tesa selalu merekomendasikan drama tersebut dengan berlebihan. Bahkan, pacar Reyhan itu menceritakan dengan ringkas membuat Alena penasaran. Apalagi aktor-aktor yang berparas tampan. Uh, tapi masih tampan Aero kok menurut Alena.

Oh iya, ngomong-ngomong soal Aero, Alena merasa jengkel sendiri saat dirinya mengirimkan pesan dan cowok itu tidak membalasnya. Bahkan pesan yang ia kirim sudah dibaca sekalipun.

Dalam hati Alena misuh-misuh. Ia bersumpah akan mencueki Aero kalau bertemu nanti.

Mood Alena turun seketika bila mengingat itu. Ia mendengus dan menutup laptopnya. Biar saja dilanjutkan nanti malam. Alena juga belum siap untuk menangis pagi ini. Beginilah kerjaan Alena kalau hati libur, alias tanggal merah.

Alena turun menggerakkan kakinya turun dari ranjang. Memakai sendal berwarna putih disertai bulu-bulu kemudian melangkahkan kakinya menuju cermin make-up. Ia memandang wajahnya yang fresh. Tumben-tumbenan hari libur begini Alena mandi pagi, biasanya saja malas.

Dengan menggunakan stelan santai, Alena mulai mengoleskan pelembab di wajah hingga leher. Alena berniat untuk pergi kerumah Tesa jam 10 nanti. Berarti sekitar setengah jam lagi.

Brak

Gerakan tangannya yang tengah memakai bedak kini menoleh kearah pintu kamarnya yang tertutup saat mendengar suara samar-samar dari arah bawah, seperti dobrakan pintu.

Diam sejenak. Alena mengangkat bahunya acuh, dia melanjutkan lagi kegiatannya, memoles liptint dibibir.

"MANA ALENA?!"

Kaget? Tentu saja. Alena kenal suara itu, sangat. Suara itu selalu terdengar dalam mimpi. Suara yang berharap memanggil dirinya 'anak mama,'. Tapi ... Tidak mungkin.

SI TAMPAN AERO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang