Malam itu Scarra kembali dan memasuki kamarnya untuk beristirahat. Saat ia hendak berbaring, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan seseorang masuk kedalam kamarnya.
"Eh... Maggie? Aku pikir siapa, ada apa?" Tanya Scarra dari kejauhan.
Maggie hanya terdiam di depan pintu sambil menundukkan kepalanya, dan ia terlihat sangat gugup.
"Maggie...? Apa kamu baik-baik saja?"
"Ehh... Anu... Bu-Bukankah, Yuki selalu tidur satu kamar denganmu?" Dengan kepala yang tertunduk Maggie mengepalkan kedua tangannya, dan mukanya mulai terlihat memerah.
"Eh... Dia sungguhan."
Apa yang dikatakan Maggie ketika memeluk Scarra saat itu bukanlah hanya sekedar kata, tetapi dirinya bersungguh-sungguh melakukannya.
Maggie menutup pintu kamarnya. "Ja-Jadi, apa yang biasanya Yuki lakukan dalam kamarmu?" Maggie berjalan ke sebuah sofa dan duduk di sofa tersebut. "Apa dia tidur disini?"
"Kamu ngga perlu melakukannya Maggie, aku baik-baik saja kok." Ucap Scarra.
"Tidak! Eh, Maksudku tidak," Maggie mengulang ucapannya dengan nada yang sedikit lembut. "Apa yang sudah terucap, maka harus kulakukan."
"Tapi Maggie... Serius deh, kamu ngga perlu melakukan...."
Belum tuntas Scarra berbicara, Maggie memotongnya dengan tatapan kesal di wajahnya. "Iihh...!" Maggie berbaring di sofa tersebut sambil membelakangi Scarra.
"Lah... Dia marah, apa aku salah ngomong, ya?"
Scarra berbaring di tempat tidurnya.Maggie memejamkan matanya sambil menahan rasa malunya. Ia datang untuk menemani dan menghiburnya, namun Scarra tidak memahaminya. Maggie melakukannya semata-mata karena ia tidak ingin melihat kesedihan dan keputusasaan itu terus berlanjut.
"Maggie...? Apa kau sudah tidur?" Maggie tidak merespon pertanyaan tersebut, dan nampaknya ia telah tertidur.
Scarra beranjak menghampirinya. "Eh, cepet banget tidurnya." Kemudian Scarra mengambil selimut miliknya dan lalu mencoba menyelimuti Maggie.
Ketika selimut itu menyentuh kulitnya yang sensitif, seketika Maggie langsung terbangun. "Mesum...!" Dengan spontan tangannya melayang lalu mendarat tepat di hidung Scarra.
Bamm.
Seketika pandangan Scarra menjadi buram, wajahnya kesemutan, dan ia pun terjatuh terlentang di lantai dengan darah yang mengalir keluar dari hidungnya.
"Ma-Maaf...." Ucap Maggie sambil menutup badannya dengan selimut tersebut.
"Pindah, pindah, pindah... Kamu tidur di ranjang, biar aku yang tidur disitu." Ucap Scarra sambil memegang hidungnya.
"Iya... Ma-Maaf...." Kemudian mereka saling bertukar tempat.
"Scar... Maaf, ya...." Teriak Maggie dari kejauhan dengan wajah yang gelisah.
"Ya...."
Akhirnya mereka pun tertidur dengan lelapnya.
Suara dari orang-orang yang beraktifitas pagi mulai terdengar sangat ramai. Pagi itu Scarra terbangun dan melihat Maggie sudah tidak ada di tempatnya.
Maggie saat itu sedang memeluk dan menenangkan seorang anak laki-laki, yang saat itu sedang menangis tepat di depan salah satu makam Pahlawan.
"Maggie, ayo berangkat!" Teriak Scarra.
"Jaga dirimu baik-baik, Gon." Maggie mengelus kepala anak tersebut dan kemudian beranjak pergi.
"Maggie, kenapa kamu memaksa ikut denganku? Padahal kamu tau sendiri, jalan yang aku ambil sangatlah berbahaya. Teman-temanmu mungkin akan menghawatirkan mu." Tanya Scarra di dalam perjalannya.
"Sejujurnya, aku tidak punya teman...." Jawab Maggie sambil tertunduk.
"Bagaimana dengan keluargamu?" Mendengar pertanyaan itu Maggie hanya menggelengkan kepalanya.
"Maaf aku tidak bermaksud...."
"Tidak, tidak apa-apa. Bagaimana denganmu? apa kamu juga punya teman?" Tanya Maggie.
"Ya, ada." Pertanyaan tersebut membuat Scarra kembali mengenang masa lalunya.
"Mereka benar-benar rekan yang luar biasa. Dan mereka teman-teman terbaikku. Aku tak pernah melupakan hari-hari yang kuhabiskan bersama mereka" Saat menceritakan hal itu wajah Scarra terlihat bahagia.
"Lalu dimana teman-temanmu? Apa mereka juga seorang Hunter? Tanya maggie.
"Aku tidak tahu."
"Loh kok bisa?"
"Ya, aku pergi begitu saja meninggalkan mereka, tapa mengirim sebuah pesan."
"Kenapa, kenapa? kenapa kamu meninggalkannya?"
"Ada suatu hal yang memaksaku harus pensi."
"Pensi...?"
"Sial, aku lupa kalau dia itu bukan player."
Saat itu Scarra mencoba menjelaskannya dengan mengarang sebuah cerita.
Kemudian Scarra menjelaskan tujuan barunya kepada Maggie. Yang kesimpulannya bahwa mereka tidak akan bertindak mengatasnamakan Guild Gagak Hitam lagi.
**
Renka, Gazef, Hyoku, dan Lee Sun, semalaman mereka melakukan perjalannya kembali menuju Kota Acela tanpa beristirahat sedetikpun.
Dan siang itu mereka telah sampai di Benteng Kota Acela lebih cepat dari biasanya. Dan mereka memacu kudanya dengan cepat pergi menuju Guild Hall Gagak Hitam.
Sesampainya mereka di depan Guid Hall, kehadirannya membuat para penjaga di sana terkejut. Karena mereka datang hanya berempat dan dengan penampilan yang sangat kusut. Dan para penjaga itu pun menghampirinya.
"Ada apa ini? kemana yang lainnya?" Tanya salah satu Hunter Penjaga.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang, kami harus segera menemui Rimaster Kousei!"
Para penjaga itu langsung mengerti, mereka sudah terbiasa dengan hal yang mendesak dan darurat seperti itu.
"Baiklah, ikut aku!" Para penjaga tersebut langsung mengantarkannya menuju ruangan pribadinya Rimaster Kousei.
Dengan kelopak mata yang kehitaman dan wajah yang lelah, mereka masuk dan menghadap Rimaster Kousei di ruangan pribadinya.
"Master!" Mereka melakukan penghormatan.
Saat itu di ruangan tersebut Kousei sedang berdiskusi dengan Ken dan Kai.
"Hal darurat apa yang membuat kalian berani mengganggu diskusi ku?" Tanya Kousei.
Dengan kepala yang tertunduk, Lee Sun menceritakan semua yang telah terjadi dalam perjalanan misinya tersebut, sesuai dengan apa yang telah Scarra perintahkan.
Semua yang ada di ruangan itu pun terkejut ketika mendengar kabar yang di sampaikan oleh Lee Sun. Termasuk Hunter Penjaga yang tadi mengantarkannya.
"Apa!" Kousei langsung berdiri dan emosi ketika dia mendengar keempat Hunter Gagak Hitam telah mati terbunuh.
"Ini bohong kan?!" Ucap Ken.
"Tidak, Master Ken. Ini benar-benar terjadi!" Sahut Lee Sun.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of The Crown
FantasyKisah ini bercerita tentang seseorang yang bernama Rhaka seorang pria muda berumur 19thn, dia adalah seorang anak yatim piatu yang sedang berjuang mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya. Namun siapa sangka, dulu dia adalah seorang top player di...