Hari yang cukup melelahkan bagi Cezar dan Ares telah terlewati, para kelompok XGuard itu kini telah dikalahkan. Namun bukan merekalah yang mengalahkannya, melainkan Rajanya sendiri.
Hal itu tentu membuat perasaan mereka hancur dan gelisah, bagaimana bisa seorang jendral yang merupakan orang terkuat di kerajaannya, tidak mampu mengalahkan beberapa musuhnya. Setidaknya itulah yang ada di benak mereka saat itu.
Bersama semua perasaan itu, mereka berserta para prajuritnya mulai melakukan perjalanan kembali menuju istanannya, dengan membawa satu tahanan yang kini sedang duduk bersama Raja mereka.
"Komandan," Bisik Ares kepada Cezar. "Kira-kira hukuman apa yang akan Raja Agung berikan kepada kita?"
"Entahlah, Apapun itu... Kita pantas menerimanya."
Seketika Ares menelan ludahnya, keringat dingin mulai terlihat bercucuran di keningnya, hingga kemudian dia menggelengkan kepalannya dan berusaha untuk tidak merasa khawatir, meskipun saat itu wajahnya benar-benar terlihat sangat pucat.
Sesuai arahan dari Sang Raja, Ares mulai menaikan kecepatan laju kereta Griffinya. Kereta pun bergoyang-goyang cukup kencang karena kontur tanah yang agak bergelombang.
Sarriel yang saat itu berada di dalam kereta hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
Meskipun dia tidak melihatnya, namun Sarriel bisa merasakan bahwa Scarra yang saat itu duduk di hadapannya terus memperhatikannya.
Dengan perasaan gelisah dan cemas, Serriel memberanikan diri untuk meliriknya, namun seketika itu juga dia kembali menundukkan kepalanya, tatapan yang tajam dan serius seakan menusuk dan melemahkan mentalnya.
"Pe-Perasaan ini...."
Untuk pertama kalinya Sarriel mulai merasakan takut yang setelah sekian lama dia tidak merasakannya.
Di sisi lain, Scarra justru sangat menikmati perjalan kembalinya tersebut.
Payudara yang bulat dan padat terlihat bergoyang-goyang di balik celah kain yang menyilang menutupinya.
Pemandangan itu terus menemaninya di sepanjang perjalanannya, hingga kemudian kain tersebut sedikit demi sedikit terbuka akibat kereta yang terus menerus mengguncangnya.
"Hmm...," Scarra menyilangkan kedua tangannya. "Ayolah, lebih kencang lagi."
BRRUKK.
Entah harapannya dikabulkan atau memang sebuah kebetulan, tiba-tiba saja guncangan yang cukup keras pun terjadi.
Dan hal itu membuat Scarra terperosok dan menempatkan wajahnya tepat di kedua payudara yang gempal tersebut.
"Sip."
Sarriel sangat terkejut, matanya terbuka lebar dan seketika wajahnya memerah. Bagaimana tidak, hal itu merupakan hal pertama baginya merasakan sesuatu yang sangat intim.
Sarriel mematung dan terdiam seribu bahasa, kedua tangannya yang mungil terkaku menopang berat beban badannya.
Seakan mengikuti instingnya, Scarra pun mengambil kesempatan langka itu dengan sedikit menggesekkan wajahnya, dan suara desah manja pun terdengar sangat menggemaskan.
Dengan wajah yang sudah semakin memerah, Serriel pun mencoba menahan dan berusaha menutup rapat-rapat mulutnya.
Kecanggungan itu pun berlangsung cukup lama, hingga kemudian Scarra beranjak dan mulai membetulkan posisi duduknya.
"Emm... Ma-maaf...." Ucap Scarra dengan wajah datarnya.
"Eh, tidak-tidak...," Sarriel menggelengkan kepalanya. "Itu bukan salah anda." Ucap Sarriel sambil menutupi dadanya yang sudah setengah terbuka itu.
"Bagaimanapun juga aku masih bisa melihatnya," Scarra melepaskan jubah kebesarannya dan memberikannya kepada Sarriel. "Ini! Gunakan ini untuk menutupinya!"
"Te-Terimakasih." Sarriel memakainya dan dia pun kembali menundukkan kepalanya.
"Apa kau belum pernah disentuh sebelumnya?"
"Eh...," Mendengar hal itu Sarriel sangat terkejut, sampai-sampai dia sedikit tersedak saat hendak menelan ludahnya sendiri.
Seketika itu juga dengan refleknya Sarriel langsung merapatkan kakinya, dan dia menutupi dadanya dengan semakin erat.
"Ahahaa... Ucapan ku yang tadi, lupakan saja," Scarra memalingkan pandangannya ke arah jendela yang terbuka. "Sial, tadi itu sangat kenyal."
Waktu pun berlalu, dan kini merekapun akhirnya telah sampai di istana megah Sang Raja.
Cezar turun dan langsung membukakan pintu kereta. "My Lord, kita telah sampai."
"Baiklah Nona, selamat datang di istanaku!"
Saat itu sekembalinya Scarra dari perjalanannya, dirinya melihat kastilnya kini telah jauh lebih ramai dari sebelumnya.
Para penduduk yang Scarra pekerjakan telah membuat tempat itu menjadi terasa lebih hidup.
Mereka berlalu lalang kesana-kemari dengan kesibukannya masing-masing.
Sebagian dari mereka ada yang bercocok tanam dan ada pula yang sedang mengumpulkan kayu-kayu besar.
Yang nantinya kayu-kayu itu akan mereka pergunakan untuk membuat rumah dan gubuk-gubuk pengrajin di sekitaran kastil.
Kemudian dari kejauhan terlihat juga Arra (Sang Pemburu) beserta sebagian penduduknya yang bertubuh kekar, sedang berjalan keluar dari hutan yang cukup rimba.
Dan nampaknya mereka baru saja kembali dari kegiatan berburunya.
Semua pemandangan itu membuat Scarra sangat senang, dan dia pun tersenyum menyeringai kegirangan.
Kemudian Maggie dan beberapa penjaga pun menghampirinya untuk menyambutnya.
"Scarra!" Teriak Maggie.
"Aku pulang!" Scarra mengangkat serta membuka tangannya lebar-lebar, Maggie pun berlari memeluknya.
"Aku sangat menghawatirkan mu...."
"Aku bahkan lebih menghawatirkan mu."
Maggie melepaskan pelukannya, lalu kemudian memukul pelan Scarra. "Ish... Kamu ini, aku serius tau!" Scarra pun tertawa kecil.
Tidak lama kemudian, turunlah Sarriel dari dalam kereta.
Dengan menggunakan jubah Sang Raja Agung, Sarriel pun berjalan keluar dari kereta dengan ekspresi kekaguman di wajahnya. "Te-Tempat apa ini...?"
Sarriel yang saat itu masih mengenakan jubah milik Scarra, membuat Maggie dan semua orang yang melihatnya sangat terkejut.
Terlebih lagi simbol X yang dapat terlihat dengan jelas di lengannya semakin memperkuat identitasnya.
Dan hal itu membuat Maggie merasa sangat marah.
"Tu-Tunggu...," Maggie melirik ke arah Scarra. "Siapa wanita itu?" Bentak Maggie.
"Eh... Mmm... Aku akan menjelaskannya nanti."
**
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of The Crown
FantasyKisah ini bercerita tentang seseorang yang bernama Rhaka seorang pria muda berumur 19thn, dia adalah seorang anak yatim piatu yang sedang berjuang mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya. Namun siapa sangka, dulu dia adalah seorang top player di...