Tsuhira, Tetsu dan Hama duduk di dalam kereta kuda yang terbilang cukup kecil, sedangkan Rigen duduk menemani Nero di kemudi kuda.
Kini para sahabat pun memulai perjalannya menuju jalan yang tidak akan mereka sangka-sangka.
Tetsu dan Hama duduk bersebelahan, dan mereka berdua saling berhadapan dengan Tsuhira.
Saat itu kecanggungan terlihat jelas diantara mereka. Nampaknya Tetsu dan Hama bukanlah orang yang pandai bersosialisasi.
Tsuhira melirik ke arah Tetsu dan Hama, sedangkan mereka memalingkan pandangannya ke arah jendela yang ada di dekatnya masing-masing.
Tidak ada satu orang pun dari mereka yang mencoba membuka pembicaraan, dan hal itu membuat Tsuhira merasa bosan. "Eh, mereka ini pemalu atau gimana sih."
Di dalam keheningan, tiba-tiba saja Tsuhira menghentakan kakinya sambil berteriak. "WOY!"
Tetsu dan Hama seketika terkejut dan tubuh mereka merespon hal itu.
"Bangke, kaget ajg."
"Gua hajar juga lama-lama ni orang."
Tanpa saling mengetahui, ternyata Tetsu dan Hama sedang membayangkan sesuatu hal yang sama. Yaitu membayangkan bagaimana mereka menghajar Tsuhira saat itu juga tanpa ampun.
"Nero, apa kau yakin Scarra masih hidup?" Tanya Rigen.
"Entahlah."
"Cakep, balik aja yu!"
"Sebenarnya, Aku ingin memastikan sesuatu."
"Maksudmu?"
"Ketika Scarra tidak kembali dan dinyatakan hilang, rumor akan kematiannya mulai bermunculan dan semakin menyebar."
"Jadi maksudmu dia sudah mati?"
"Iya, bukankah kau sendiri telah mendengarnya dari mulut Hunter yang kau hajar itu."
"Jadi itu...? Tidak, tidak mungkin! Jika dia sudah mati, lalu untuk apa kita mencarinya?"
"Sebenarnya, pihak Guild tidak memberikan keterangan yang jelas soal rumor ini. Bahkan Kakakku sendiri seolah menutupi sesuatu tentang hal ini."
"Apa maksudnya, kenapa mereka melakukan ini semua? Apa jangan-jangan Scarra adalah salah satu anggota dari kelompok itu?"
"Aku tidak bisa pastikan, tapi kemungkinannya tidak. Karena para saksi melihatnya sendiri ketika Scarra membunuh anggota dari kelompok itu."
"Tapi itu kan tidak bisa menjadi bukti, bisa saja ada persengkongkolan, iya kan?"
"Jika pun itu ada, tapi aku tidak yakin. Aku juga mengenal Maggie dan Aku pernah satu party dengannya, sangat tidak mungkin jika dia adalah salah satu dari kelompok itu.
Mendengar hal itu, Rigen langsung terdiam dan berfikir sejenak.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Kita akan sama-sama mengetahuinya nanti, yang jelas jangan sampai yang lainya tau tentang hal ini."
"Kami sudah tahu loh!" Ucap Tsuhira.
Tsuhira duduk diatap kereta, Tetsu dan Hama setengah badannya keluar dari jendela dan selama ini mereka bertiga telah menguping pembicaraan tersebut.
"Tsuhira... Sejak kapan kau ada disana?!" Kemudian Rigen melihat kearah Tetsu dan Hama. "Ka-Kalian... Apa kalian mendengarnya juga?"
"Ah, sial." Sahut Nero.
**
Disaat yang bersamaan, Ares bersama lima orang penjaganya melakukan perjalanannya menuju Desa Ashura. Sedangkan Riku sesuai dengan perintahnya pegri menuju Desa Hillon.
Dalam perjalanannya, mereka pergi menggunakan semacam kereta kuda. Hanya saja bukan seokor kuda yang menarik kereta tersebut, akan tetapi kereta itu ditarik oleh dua ekor makhluk mitologi kuno yang dikenal dengan nama Griffin.
Kereta tersebut terbilang besar, dan saking besarnya kereta itu mampu menampung hingga belasan orang di dalamnya.
Kereta tersebut didominasi dengan warna merah yang dipadukan dengan warna keemasan di setiap ornamennya.
Terdapat pula bendera berwarna merah dengan lambang X yang merupakan lambang kebesarannya tertancap dan berkibar di badan kereta tersebut.
Berbagai macam bentuk pahatan serta ukiran menghiasi seluruh badan kereta itu, hingga membuatnya terlihat semakin mewah dan semakin elegan.
Dilihat dari keretanya saja orang yang melihatnya pasti akan paham, bahwa orang yang berada di dalam kereta tersebut bukanlah orang yang sembarangan.
Entah karena efek sihir apa, semua monster yang ada di Hutan Terlarang seperti enggan menyerangnya saat mereka melewatinya. Hal itu lantas membuat Ares dan Riku sedikit terkejut ketika menyadarinya.
Hingga akhirnya dengan mudah merekapun keluar dari kawasan hutan itu, dan mulai memasuki wilayah tujuannya masing-masing.
Ditengah perjalanannya, Ares menyadari seseorang sedang memperhatikannya dibalik semak-semak serta pepohonan di pinggir jalan yang mereka lewati.
Hingga kemudian Ares pun menghentikan keretanya. "Keluarlah!"
Seruan Ares tidak mendapatkan respon, hingga kemudia dia pun berteriak untuk kedua kalinya. "Keluarlah, Aku tidak akan menyakiti kalian!"
Dan pada seruan kedua inilah orang-orang yang saat itu sedang bersembunyi akhrinya keluar dan menampakan diri mereka.
Ares yang saat itu melihat mereka keluar satu persatu dari tempat persembunyiannya merasa sangat terkejut.
Kakek-Kakek, pria serta wanita paruh baya, pemuda, anak-anak, dan bahkan ada juga seorang wanita yang sedang menggendong bayinya.
Mereka semua berpenampilan sangat kotor, dengan berbagai luka serta noda darah yang menghiasi tubuh kurus mereka.
Dengan penampilan itu, mereka semua berjalan mendekat dengan ekspresi ketakutan di wajah mereka.
"Siapa kalian, apa yang terjadi dengan kalian?" Tanya Ares.
"Tu-Tuan, kami adalah penduduk Ashura."
"Beberapa Hunter datang ke desa kami dan membantai keluarga kami, dan kami yang ada disini berhasil melarikan diri dari mereka."
"Seperti apa ciri-ciri Hunter itu?" Kemudian salah seorang dari mereka maju dan menjelaskannya.
Hunter tersebut menggunakan jirah serba putih dengan logo X berwarna merah dibahunya. Penampilannya mirip seperti Hunter yang pernah mereka lawan beberapa hari sebelumnya bersama Hunter dari Aliansi Gagak Hitam.
Dan nampaknya kelompok tersebut kembali untuk membalaskan dendam temannya, yang saat itu mati di tangan Hunter Gagak Hitam.
"Hmm... Jangan-Jangan mereka adalah kelompok yang dimaksud oleh Jendral Cezar."
Tiba-Tiba suara tangisan bayi kencang terdengar, dan keadaan pun mulai sedikit gaduh.
"Ibu... Aku lapar...." Seorang anak berbicara pada ibunya.
"Apa masih ada orang lain yang selamat selain kalian?" Tanya Ares.
"Tidak ada, hanya kami yang selamat." Sahut salah satu penduduk.
"Kalau begitu kalian naiklah! Sang Raja Agung ingin bertemu dengan kalian." Seru Ares.
"Ra-Raja...?"
"Agung...?"
"Memangnya ada, ya?"
Di tengah-tengah kebingungan, Ares tidak menjelaskan untuk kedua kalinya.
Ares langsung mengarahkan orang-orang itu masuk kedalam kereta megahnya, dan merekapun tidak punya pilihan lain selain menurutinya.
Akhirnya dengan kereta megahnya Ares membawa seluruh penduduk yang tersisa itu ke Kastil Sang Raja Agung, dan tanpa dirinya tahu keahlian dari setiap para penduduk tersebut.
Besambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of The Crown
FantasyKisah ini bercerita tentang seseorang yang bernama Rhaka seorang pria muda berumur 19thn, dia adalah seorang anak yatim piatu yang sedang berjuang mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya. Namun siapa sangka, dulu dia adalah seorang top player di...