19. Balikan??

1.2K 66 23
                                    

***

"Boleh, gak?"

Naura masih berusaha mengendalikan kesadarannya, hingga ia tersadar. "Hah, kenapa?"

"Kamu bengong, ya?" tanya Devano halus.

"Eheh, iya. Kenapa tadi?"

"Mau balikan sama aku, gak?"

Naura menundukkan kepala. "M--"

"Kalo masih mau mikir dulu gapapa kok, atau emang kamu gak mau balikan sama aku." ucap Devano dengan mada sedih.

"Dev, aku mau loh padahal." jawab Naura dengan bibir manyun.

"Hah? Serius?"

Naura mengangguk.

"Makasih, ya, nau." ucap Devano sambil mencium kedua punggung tangan Naura.

Naura tersenyum melihat itu. "Tapi janji, jagain aku terus, ya?"

Devano mengangkat kepala, dan mengacak rambut Naura. "Iya, sayang."

"Dev!"

"Ya?"

"Malu, jangan panggil sayang..."

"Oke, sayang,"

"Ihhh!!" teriak Naura gemash. Ia mencubit pelan bagian pinggang Devano.

"Aduh, sakit nau." ucap Devano. "Yuk, pulang,"

Naura mengecek jam tangan. "Sejak kapan udah jam empat sore?"

Tadi mereka tiba di cafe pukul 2 siang. Tau-tau, sudah pukul 4 sore.

"Udah, yuk!" ajak Devano lalu menarik tangan Naura.

***

Mereka berdua menaiki motor Devano. Berboncengan membelah kemacetan ibu kota.

Naura memeluk pinggang Devano, berjaga-jaga takut terjatuh.

Enggak sih, itu Devano yang maksa.

Devano membawa motor dengan kecepatan standart. Pasalnya, ia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Naura.

"Nau," panggil Devano.

Naura yang masih bisa mendengar samar-samar kalau namanya dipanggil, memajukan tubuhnya. "Kenapa?"

Devano memiringkan sedikit kepalanya, agar Naura bisa mendengar ucapannya. "Makasih, ya,"

"Untuk?" ucap Naura agak pelan, karena mereka sudah berhenti karna lampu merah.

"Karena udah bikin aku percaya, kalau malaikat itu beneran jatuh ke bumi, dan aku berhasil menangkapnya satu." ucap Devano.

Naura yang mendengar itu langsung mengulum senyum. Rona merah sudah muncul dikedua pipinya.

Devano melihat Naura dari kaca spion. Satu tangannya mengusap salah satu  lutut Naura. "Makasih, ya, Naura."

"Untuk apa lagi?"

"Karena, berkat kamu, aku bisa ngerasain caranya menjaga berlian."

Lagi-lagi, pipi Naura bersemu merah. "Dev, udah ah!"

Devano tertawa mendengarnya.

"Hmm, dev," panggil Naura saat Devano sudah berhenti tertawa.

"Kenapa, sayang?" Ucap Devano yang menatap Naura dari kaca spion.

"Makasih, udah selalu ngejagain aku."

Devano tersenyum dan mengagguk. "Selalu, nau, selalu."

Mereka berdua sama-sama tersenyum, dibawah langit senja yang sepertinya juga tersenyum melihat mereka.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang