16. Mantan.

1.1K 55 9
                                    

****

Setelah puas menonton film, akhirnya Naura, Mora dan Nashwa memutuskan untuk mandi. Dimulai dari Nashwa yang pertama mandi, karena dia yang mandinya paling cepat.

Naura dan Mora sedang memilih-milih masker mana yang akan mereka kenakan setelah mandi. Biasa lah, girl's time.

"NASHWAAA LO MAU MASKER APA?" teriak Mora.

"PEEL OFF GREEN TEA ADA GAK?" sahut Nashwa dari dalam kamar mandi.

Mora mencari yang dikatakan Nashwa. "ADA NIHH!" seru Mora.

Naura yang melihat itu hanya geleng-geleng. Bisa-bisanya dia berteman dengan dua orang yang seperti ini. Tapi, mau gimana? Sudah terlanjur sayang. Ea.

30 menit kemudian, mereka sudah memakai maskernya masing-masing. Naura dengan sheet mask aolevera, Nashwa peel off green tea, dan Mora peel off black coral.

Mereka tengah bercanda, hingga akhirnya tercetuk pertanyaan dalam benak Nashwa.

"Eh, nau," panggil Nashwa.

"Kenapa?"

"Alesan besar lo putus sama Dev bukan karena lo bosen, kan?" pertanyaan itu langsung mendapat tatapan tajam dari Mora. "Eh, sorry gue ga--"

"Gapapa, kok," jawab Naura halus. "Enggak kok, bukan bosen. Gue sadar, kalo kita berdua lagi sama-sama labil. Daripada dipaksain, mending udahan,"

Mora dan Nashwa saling tatap. "Eh udah yuk! Kita main game aja, abang gue punya PS kok, gue pinjem dulu ya," ucap Mora mencairkan suasana.

***

5 jam sudah Devano menghabiskan waktu dengan bermain game. Entah game apa yang ia mainkan, tujuannya hanya untuk menghilangkan pikiran buruknya.

"Dev, come on! Cewe gak cuman dia, kenapa lo sampe segini nya?" tanya Aldi yang daritadi menemani Devano.

Devano masih memandang layar tv nya dengan pandangan kosong. Ini kali ke-3 ia merasa sehancur ini. Pertama, saat ia menerima kabar kalau ayahnya meninggal. Kedua, saat ia dikabarkan bahwa ibunya meninggal. Dan ketiga, sekarang. Bahkan, saat Steffi dikabarkan menghilang, Devano tidak sehancur ini.

"Dev," panggil Aldi lagi. "Waktu Steffi ilang kenapa lo gak sehancur ini? Giliran putus sama Naura, padahal lo masih bisa ketemu, kenapa lo malah kayak orang yang hilang arah dan tujuan hidup?"

Devano mencoba mencerna perkataan Aldi. Ada benarnya juga. "Bener sih kata lo bang," akhirnya Devano bersuara. "Gue juga gak tau, sih. Tiba-tiba hati gue hancur banget abis dia ngomong mau putus."

Aldi sekilas tersenyum. "Lo se-cinta itu sama Naura?"

Devano terdiam, bingung.

Aldi mengangguk paham, lalu mengambil duduk disebelah Devano, dan merangkulnya. "Nih ya Dev, gue kasih tau," Aldi membetulkan posisi duduknya. "Kalo emang lo masih sayang, perjuangin. Kalo masih cinta, kejar. Kalo emang udah gak sayang dan cinta, let her go with her love. Lo juga gak boleh galau,"

Devano terdiam sesaat. "Gue masih sayang sama dia," ungkapnya. "Tapi, gue gak bisa liat dia tersiksa dan sedih kalau masih sama gue."

"Tau dari mana lo kalo dia tersiksa sama lo?" tanya Aldi.

"Feeling aja,"

"Yehh!" seru Aldi. "Sekarang, lo chat dia. Cukup tanyain kabarnya,"

Devano menggeleng.

"Yaudah temen deketnya."

***

Tring!

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang