29. Hidup baru.

1.4K 79 44
                                    

***
Naura POV.

Kringgg kringgg

Aku membuka mataku dengan perlahan. Memiringkan tubuh, mengambil alarm dinakas sebelah tempat tidurku, lalu mematikannya. Jam menunjukan pukul 6 pagi. Aku membetulkan posisiku menjadi duduk diatas kasur.

Ku tengok sebelahku, tak terasa ku mengulas senyum tipis. Kulihat Devano, suamiku, masih berkenala didalam mimpinya.

Perlahan aku turun dari kasur, mengambil botol minum yang ada di meja, lalu meminumnya hingga setengah. Kini langkahku menuju ke dapur. Ku menyalakan kompor, menghangatkan air, lalu menyeduh teh.

Aku menyeruput teh hangat ku, sambil menikmati angin pagi dari balkon kamar ku. Ku tatap langit, tumben Jakarta se-segar ini udaranya. Suara kicau burung terdengar sahut menyahut.

Sesekali aku merenung. Kalau aku harus siap memulai hidup baru. Kini yang ku urus bukan hanya diriku. Ada orang lain yang harus ku urus. Dan aku harus selalu ingat, kami bukan lagi dua remaja yang sedang mabuk cinta, melainkan satu pasangan suami-istri yang siap menjaga dan mengurus satu sama lain.

Setelah teh ku habis, aku memilih untuk masuk kedalam rumah. Ternyata Devano sudah bangun. Ia sedang berkutat dengan HP nya, mungkin membalas ucapan selamat dari teman-temannya.

Aku  memilih meletakkan gelas yang tadi berisi teh dimeja, lalu menghampirinya.

"Pagi," sapaku hangat.

Devano menoleh, lalu tersenyum manis. Aduh, udah jadi suami kenapa tetep melting disenyumin gini? "Pagi juga," balasnya tak kalah hangat. "Aduh sekarang tiap pagi bakal ada yang nyapa kayak tadi, ya?" godanya, lalu terkekeh.

Aku pun ikut terkekeh. "Aku masak dulu ya," ucapku, lalu bangkit dari tempat tidur. "Jangan tiduran mulu! Beres-beres kek, atau ngapain," ucapku tegas.

Devano terkekeh mendengarku. "Iya, sayang," aduh melting.

Akhirnya aku memilih untuk keluar kamar sambil membawa gelas yang tadi, dan pergi ke dapur untuk membuat sarapan.

***
Author POV.

Setelah kurang lebih 15 menit Naura memasak, akhirnya masakannya selesai. Sederhana sih, hanya nasi goreng dan telur. Tapi, dibuat dengan penuh cinta.

"Devano! Sarapan dulu!" teriaknya. Naura masih sibuk membereskan dapur yang tadi ia berantaki.

Tak lama, Devano keluar kamar, dan duduk di meja makan. "Wihh enak nih kayaknya!" seru Devano.

Naura ikut duduk dihadapan Devano, lalu melihat hasil masakannya. "Sorry cuman bisa masak ini, aku gak terlalu jago masak,"

Devano mengelus puncak kepala Naura. "Gapapa. Kita belajar bareng-bareng. Makasih udah masak," ucap Devano dengan lembut.

Naura tersenyum mendengar ucapan Devano. Gak salah emang Tuhan ngirim kamu buat jadi pendamping aku, batinnya. Akhirnya Naura mengambil satu piring, dan menyendokkan nasi gorengnya untuk Devano.

Mereka menikmati nasi goreng serta telur dadar itu dengan penuh canda tawa. Mereka sibuk membicarakan tentang pernikahan mereka kemarin. Menertawakan hal lucu yang tak bisa mereka tertawakan saat menjadi raja dan ratu dalam sehari itu.

Seperti Angga yang ingin menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi pada pesta resepsi, Aldi yang menangis melihat Devano sudah punya istri, dan masih banyak lagi.

Setelah selesai makan, Naura mengerjakan tugasnya untuk membereskan semua alat makan. Dan Devano mendapat bagian membereskan kopernya, dan menyimpannya dilemari.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang