2 minggu kemudian. [Maap longkapnya jauh banget, gasabar mau nulis part ini:v]
Di minggu pagi yang cerah, Naura tengah menyiram bunga didepan rumahnya.
Oh iya, ngomong-ngomong, jenis kelamin anak mereka sebenarnya sudah bisa diketahui. Tapi, merekalah yang menolak untuk menanyakan saat masih berusia 7 bulan. Katanya, sih, biar surprise. Jadilah mereka membeli warna-warna netral.
Saat Naura tengah menyiram bunga, Devano baru saja terbangun dari mimpinya. Ia langsung berjalan kearah balkon, dan melihat kebawah. Ditemukannya istrinya yang tengah menyiram bunga. Ia tersenyum sekilas saat melihat istrinya itu masih bisa beraktifitas sedangkan perutnya sudah sangat besar.
Setelah puas memandangi wanita itu, akhirnya Devano berjalan kearah dapur. Ia melihat-lihat kulkas dan lemari penyimpanan. Sekedar memastikan ada bahan apa yang bisa ia masak untuk istrinya?
Ternyata ia hanya menemukan telur dan beberapa minyak goreng. Alhasil, ia hanya bisa membuat telur dadar.
Devano segera mempersiapkan beberapa alat untuk memasak.
Cukup lama ia berada didapur, hingga Naura selesai dengan kebunnya.
Setelah beres dari kebun, Naura mencuci kaki dan tangannya, lalu berjalan menuju dapur.
"Dev..?" ucap Naura kaget, setelah melihat apa yang Devano lakukan.
Setelah menyadari kehadiran Naura, Devano hanya tersenyum malu. Bagaimana tidak malu? Ia hanya berdiri didepan kompor, tanpa menyalakannya, tanpa menyentuhnya.
"Kamu ngapain?" tanya Naura heran.
"Tadinya mau bikin makanan, tapi aku gatau cara nyalain kompornya, hehe," ucap Devano dengan senyum tanpa dosa.
Naura hanya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya itu. "Udah sana, mandi. Aku yang masak," ucap Naura sambil berjalan mendekat kearah Devano, dan bersiap untuk menyalakan kompor.
"Jangan!" cegat Devano dengan memegang tangan Naura.
"Hah?"
"Kamu kan udah hamil gede, jangan cape-cape," ucap Devano dengan lembut. "Kamu duduk aja, biar aku berkreasi!" seru Devano.
Naura masih saja memandangi Devano dengan tatapan aneh. Tumben sekali Devano berniat untuk memasakinya. "Asal jangan mau bakar dapur aja," ucap Naura.
Mendengar ucapan Naura tadi, Devano mengangkat tangannya, merapatkan jari-jarinya, lalu menempelkannya didekat alis. "Siap, bos!" lalu langsung bersiap memasak. "Eh, tapi..." ucap Devano sebelum Naura benar-benar meningganlnya sendiri. "Nyalain kompornya dulu," ucap Devano yang diakhiri kekehan.
Setelah mendengar permintaan konyol suaminya itu, Naura tertawa terbahak-bahak. Ia berjalan menuju kompor, menyalakannya dengan api sedang. "Hati-hati. Kalau masak yang minyaknya bisa kemana-mana, jangan lupa ditutup penggorengannya," ucap Naura, lalu pergi dari sana.
Setelah Naura berjalan menuju kamar, barulah Devano memulau aksinya yaitu memasak telur dadar.
***
Naura sampai kekamar, dan langsung merebahkan tubuh diatas kasur.
Ia mengelus perutnya yang sudah buncit, dan mungkin sebentar lagi bayi didalam sana akan keluar dan melihat indahnya dunia.
"Kapan mau keluar, nak? Gamau liat papa mu yang gabisa nyalain kompor?" tanya Naura pada perutnya—lebih tepatnya, pada bayi didalam perutnya—dan diakhiri kekehan.
Ia malirik kearah lemari. Didepannya sudah ada tumpukan baju dan beberapa perlengkapan bayi yang sudah mereka bereskan. Ada beberapa baju yang sudah ia masukkan kedalam tas, takut sewaktu-waktu mereka harus bergegas ke rumah sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Sonstiges[15nov'19-24okt'20] Kamu, yang aku mau. Kamu, yang aku cinta. Kamu, yang akan aku jaga, selamanya.