"Nau, kamu kenapa?!" pekik Devano kaget.
Tak hanya Devano, seluruh orang disitu juga kaget dibuatnya.
Secara otomatis, Rio berlari menghampiri Naura—pasalnya hanya dia dokter disini. Baru saja ia ingin memeriksa, Reno sudah berteriak dari ujung sana. "WOI BAWA KE MOBIL CEPETAN!" teriaknya.
Devano dan Rio menggendong Naura kearah mobil, sedangkan Reno dan Elen sudah siap didalam mobil.
"Dev, lo mending ikut Reno. Semuanya biar kita yang urus," ucap Rio tergesa-gesa.
Devano mengangguk, lalu masuk kedalam mobil dan duduk disebelah Naura. "Nau, kamu kenapa?" tanya Devano lagi.
Kini mobil yang dinaiki Devano, Naura, Elen dan Reno melaju dengan cepat, namun masih terkendali. Sebenarnya Reno bisa membawanya dengan kecepatan penuh. Pasalnya mereka belum sampai puncak pass yang mana itu masih dekat dengan Jakarta, dan kebetulan jalanan sedang bersahabat. Namun, Reno tidak mau mengambil resiko. "Len, telfon rumah sakit terdeket dari tol masuk Jakarta," ucap Reno pada Elen.
Elen langsung mengambil HP nya dari dalam tas. "Halo, rumah sakit keluarga? Masih ada kamar untuk persalinan?.... Iya saya masih dijalan... baik makasih mbak," lalu Elen mematikan telfon.
"Gimana?" tanya Devano dari bangku belakang.
"Ada," jawab Elen yang berhasil membuat Devano dan Reno bernafas lega. "Dev, Nau sadar tuh," ucap Elen yang tadi kebetulan sedang melirik ke bangku belakang.
Devano langsung menatap Naura. "Nau kamu gapapa kan?" ucapnya panik.
"Sakit, dev," ringis Naura pelan.
"Iya sebentar lagi kita sampe, ya," ucap Devano sambil mengelus puncak kepala Naura.
"Eh, ini Nashwa ngabarin mereka udah sampe rumah sakitnya," ucap Elen setelah mengecek notifikasi.
"Gila juga Angga kalo bawa mobil," ucap Reno. "Udah ada siapa aja?"
"Baru mereka. Kayaknya sengaja pisah biar cepet,"
Reno mengangguk mendengar penjelasan Elen. "Tahan ya Nau," ucapnya sambil melirik lewat kaca.
Dibangku belakang, Devano tengah menggenggam erat tangan Naura. Berusaha menyalurkan semua kekuatannya pada cewe itu.
***
Setelah mereka berhasil parkir dirumah sakit, mereka langsung membawa Naura keluar.
Nashwa dan Angga yang sudah menunggu di loby langsung memanggil dokter dan suster untuk segera memeriksa kondisi Naura.
"Pak, kayaknya istri bapak harus lahiran sekarang," ucap dokter yang memeriksanya. "Soalnya air ketubannya udah merembes sedikit, takut beresiko,"
Devano kaget mendengar apa yang dokter itu katakan. "Ta—"
"Bapak awalnya rencana dirumah sakit mana? Biar kami hubungi rumah sakit sana dan biar dipindahkan semua kesini," ucap dokter perempuan itu lagi.
Setelah memberi tahu semua informasi yang dibutuhkan, akhirnya ruang persalinan disiapkan.
Untuk mengurangi resiko, Naura dan Devano memilih untuk cesar.
"Nau, kamu yang kuat, ya," ucap Devano sambil terus mengenggam tangan Naura dengan erat.
Naura yang masih menahan sakit hanya bisa tersenyum. Walau tak menjawab, tapi ia sangat berterima kasih untuk semua yang sudah Devano lakukan. Dari merencanakan surprise ulang tahunnya, sampai mengantarnya kesini.
"Yuk, bu," ucap salah satu suster yang ada disana. Ia mengisyaratkan kalau Naura harus segera memasuki ruang operasi.
Devano berjalan keluar dengan langkah gontai. Dilihatnya semua orang yang tadi ada di dekat villa, sekarang ada didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
De Todo[15nov'19-24okt'20] Kamu, yang aku mau. Kamu, yang aku cinta. Kamu, yang akan aku jaga, selamanya.