***
Semua yang aku tulis tentang Banda Neira ada yang fiksi, ya. Soalnya aku gak tau banyak tentang Banda Neira. Kalo mau lebih benernya, cek google aja, yaa~
Disarankan bacanya jangan pas puasa ya, eheheheh.
Ada sedikit adegan agak dewasa disini. Kalau risih, silahkan keluar.
*
*
*
*
*
*
*
*
Perjalanan Naura dan Devano dari bandara menuju Banda Neira dihabiskan dengan berbincang-bincang. Devano menceritakan keluarganya Rizal yang selalu berpindah-pindah karena memang satu keluarga merupakan traveler. Devano juga mengatakan kalau Banda Neira ini hanya tempat mereka bersinggah sementara."Abis ini mereka mau kemana?" tanya Naura.
"Gak tau. Mereka bilang, mereka mau pergi kemana Tuhan menuntun mereka," ucap Devano. "Om aku pernah bilang, selagi dia masih kuat untuk berjalan, dia masih mau menikmati karya Tuhan di Indonesia. Biar nanti, saatnya dia cuman bisa duduk diam dan gak bisa bergerak bebas lagi, dia bisa liat-liat foto dia selama masih bisa keliling Indonesia."
Naura mendengarkan dengan seksama. "Kamu gak mau kayak gitu?"
"Gimana?"
"Jalan-jalan sepuasnya, nanti tinggal nikmatin dihari tua,"
Devano tersenyum. "Untuk apa? Alasan pertama, aku gak suka jalan-jalan. Kedua, karena cuman kamu tempat aku singgah. Ngapain cari tempat singgah lain?"
Naura diam-diam mengulum senyum. Dirasakannya pipinya yang memerah. "Kita kan bisa jalan-jalan bareng,"
Devano terkekeh. "Kalo aku mau nya singgah disatu tempat, sama kamu, gimana?"
Lagi-lagi Devano berhasil membuat senyum malu Naura keluar. "Ya gapapa dong? Kita kan bareng-bareng,"
"Emangnya kamu kuat gak main HP?" tanya Devano.
"Maksudnya?"
Devano terkekeh lagi. "Om sama tante aku gak punya HP. Dulu emang sempet punya. Tapi semenjak mereka memilih untuk sering travelling, mereka memilih untuk jual HP mereka, dan beli kamera. Menurut mereka, jalan-jalan sama HP sama aja kayak kita diem dikamar. Gak akan ada rasanya,"
Naura lagi-lagi hanya bisa ber-oh ria. "Gak jadi deh,"
"Apanya?"
"Jalan-jalan kayak gitu," jawab Naura polos.
Devano terkekeh. "Kamu tuh lucu banget, sih," ucapnya sambil mencubit pipi Naura.
Sekitar 30 menit mereka berjalan menuju rumah om nya Devano. Selama perjalanan, Naura memilih untuk tidur. Ia sampai tak sadar kalau mobil yang ia duduki sudah berhenti dan terparkir disebelah rumah.
"Sayang, bangun," ucap Devano halus sambil mencolek pipi Naura.
Naura belum juga membuka matanya. Akhirnya, Devano memilih untuk turun terlebih dahulu. Lalu ia berjalan ke arah pintu Naura, membukanya, lalu membangunkannya lagi.
Merasa terganggu, Naura membuka matanya perlahan. "Hm?"
"Udah sampe," ucap Devano pelan.
Naura membuka matanya lebih lebar, dan melihat sekeliling. Indah. Kata itu yang pertama terlintas diotaknya. Naura turun dari mobil, lalu mengekori Devano yang sudah lebih dulu berjalan kearah rumah itu.
"Misi, pakde, budhe," panggil Devano dengan nada cukup keras. Sesekali ia mengetuk pintu dari rumah sederhana itu.
Selama Devano memanggil-manggil yang punya rumah, Naura memilih untuk melihat-kihat sudut-sudut rumah. rumahnya memang sederhana, tapi terkesan mewah dengan ornamen yang menggambarkan 'Banda Neira'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Random[15nov'19-24okt'20] Kamu, yang aku mau. Kamu, yang aku cinta. Kamu, yang akan aku jaga, selamanya.