Senyum kamu kayak candu, bikin aku gak bisa berhenti untuk terus liatin
***
Setelah malam itu berlalu, hubungan Devano dan Naura semakin hangat. Ditambah, akhir pekan nanti, kedua keluarga mereka memutuskan untuk makan malam bersama. Untuk merayakan hari terakhir Denada di Indonesia. Karena, minggu depan ia sudah harus kembali ke Amsterdam, libur nya sudah selesai.
Awalnya, keluarga Devano hanya mengajak Naura. Tapi, Devano menyarankan untuk mengajak keluarga Naura. Sekaligus pendekatan gitu, katanya Devano sih.
Sekarang, langit sudah hampir gelap. Jam sudah menunjukan pukul setengah 6 sore. Tapi, dua sejoli ini masih betah berlama-lama di cafe yang biasa mereka datangi.
"Udah mau pulang?" tanya Devano saat menyadari kalau daritadi Naura hanya menatap keluar jendela.
Naura menoleh ke arah Devano. "Enggak," jawabnya.
"Trus, kok kamu liat keluar terus? Padahal aku ada disini," goda Devano.
Naura mengulum senyum. "Apaan sih? Ngelawak deh." Naura tertawa kecil. "Aku cuman bosen aja, gatau mau ngapain,"
Devano tersenyum manis. "Main bales-balesan gombal yuk?" ajaknya.
Naura menoleh, dan menatapnya dengan bingung. "Maksudnya?"
"Jadi, kita saling kasih gombalan. Tapi, yang senyum-senyum atau salting duluan, dia kalah," jelas Devano. "Gimana?"
Naura sempat berfikir dulu. Pasalnya, ia paling lemah kalau sudah di gombalin. "Oke!" serunya.
Devano tersenyum gemas. "Aku duluan, ya," ucapnya, Naura mengangguk. "Nama kamu Adyla Rafa Naura Ayu, ya?" tanya Devano.
"Iya. Kenapa?"
"Gapapa, mau ngafalin nama kamu aja."
"Buat?"
"Ya biar gak salah nanti kalo nulis di kartu keluarga kita." Devano menatap kedua manik mata Naura dengan hangat.
Rona merah di pipi Naura sudah muncul. Tapi ia mengulum senyumnya, dan berusaha berfikir untuk membalas Devano.
"Sekarang aku ya!" seru Naura. Baru ia ingin berucap, tapi ia sudah keburu salah tingkah.
"Nyerah?" ejek Devano.
"Iya deh!" akhirnya Naura mengakui kalau ia tak kuasa kalau harus digombali oleh Devano.
Devano tertawa. Tak lama, Naura pun ikut tertawa.
Devano menatap wajah Naura yang sedang tertawa dengan sangat lekat. Naura menyadari hal itu. "Kenapa?" bingungnya.
"Gapapa," jawab Devano dengan senyum merekah. "Senyum kamu kayak candu, bikin aku gak bisa berhenti untuk terus liatin," jelasnya. "Dan aku janji, untuk bikin senyum itu terus tercetak, dan janji untuk jagain agar senyum itu gak jadi tangis."
Hati Naura menghangat. Senyumnya makin lebar. "Amin."
Mereka berdua saling melempar senyum hangat. Tak lama, mereka kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Devano dengan kamera barunya, ia sibuk memotret suasana cafe yang sangat artistik. Tak lupa ia memotret pemandangan yang jauh lebih indah, yang sekarang ada didepannya.
Naura, dengan membaca novel yang baru ia beli tadi siang bersama Devano. Fyi, Naura itu pecandu novel, terutama novel fiksi remaja. Coba kau tanya judul novel yang sedang trend sekarang, pasti ia tahu betul tentang novel itu. Maka, tak heran jika dikamarnya ada satu lemari yang lumayan besar, hanya berisi novel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Rastgele[15nov'19-24okt'20] Kamu, yang aku mau. Kamu, yang aku cinta. Kamu, yang akan aku jaga, selamanya.