SEMANGAT PUASANYA!
***
Setelah acara makan siang itu, Devano dan Naura memilih untuk langsung pulang.
"Seru juga liat reaksi mereka setelah denger kabar itu," ucap Naura yang duduk disofa setelah Devano menfunci pintu unit apart mereka.
Devano ikut duduk disebelah Naura. Kepalanya disandarkan dibahu Naura, dan tangannya mengelus perut Naura. "Kamu cepet-cepet keluar dong. Banyak yang nungguin kamu," ucap Devano, yang sebenarnya tujuannya untuk calon bayi yang ada diperut Naura.
Sekilas, Naura tersenyum melihat interaksi Devano dengan calon anaknya itu. satu tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Devano. "Iya, papa," ucapnya seakan dia bayi yang diajak bicara oleh Devano.
Devano mengusap puncak kepala Naura. "Kamu sehat-sehat, ya," ucapnya halus.
Mendengar itu, bibir Naura otomatis mengembang, hatinya menghangat. Ia melingakarkan tangannya ditubuh Devano, ia memeluk Deavno dari samping.
Yang dipeluk itupun merespon. Devano juga melingkarkan tangannya.
"Makasih." Ujar Naura tiba-tiba.
"Hm?" tanya Devano bingung.
"Makasih udah nguatin aku, makasih udah selalu ada,"
Devano terkekeh. "Itu udah keberapa kali kamu ngomong kayak gitu? Dari aku lamar kamu juga kamu makasih nya gitu,"
"Ya karena—"
"Aku ngelakuin ini semua tulus, dari hati aku. Udah, gak usah terima kasih sama hal yang kayak gitu lagi,"
Lagi-lagi senyum merekah tercetak diwajah Naura.
***
Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Namun, Naura belum juga beranjak dari ruang TV dengan laptop dipangkuannya.
Tiba-tiba Devano datang, membawa satu piting berisi roti yanng dilapisi dengan selai coklat kesukaan Naura. "Kamu belom makan loh,"
Naura mendongakkan kepala. Sejak tadi, ia hanya menonton film kesukaannya, tanpa melihat jam. Ia meraih roti dipiring itu, lalu melahapnya. "Ehehe, sorry,"
Devano terkekeh. "Lain kali jangan lagi, ya? Kasian dedek nya,"
"Siap, papa!" seru Naura, lalu mereka berdua tertawa.
Setelah Naura menghabiskan rotinya, ia beranjak dari sana, berjalan ke dapur untuk membereskan piring dan alat-alat yang belum dicuci. Sementara Devano memilih untuk lebih dulu pergi kekamar.
Setelah pekerjaannya selesai, Naura memilih untuk mnenyusul Devano ke kamar.
Ternyata Devano sedang memainkan HP sambil tiduran diatas kasur. "Udah?" tanyanya.
Naura mengagguk, lalu menyusul Devano untuk tiduran diatas kasur.
"Kamu mau beli rumah gak? Jadi kita gak di apart lagi," tanya Devano tiba-tiba.
"Hah?" jawab Naura kaget.
Mendengar Naura yang terkejut, Devano hanya terkekeh. "Kebetulan tabungan aku udah cukup, dan ada rumah sederhana yang letaknya gak jauh dari kantor papa kamu," ucapnya sambil menunjukan gambar rumah yang ia maksud.
Naura menerima HP nya Devano, lalu melihat detail rumah itu.
Desain rumah itu sederhana, dengan cat putih dan abu-abu membuat kesan minimalils. Dari ukurannya, cukup untuk keluarga mereka berkumpul, tidak besar dan tidak juga kecil. Dari lokasinya, tak ditengah kota, tak dipinggir juga, ada diperumahan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Random[15nov'19-24okt'20] Kamu, yang aku mau. Kamu, yang aku cinta. Kamu, yang akan aku jaga, selamanya.