21. Terbiasa🦋

1.3K 69 38
                                    

4 Tahun kemudian.

Jalanan ibukota sangat padat. Tak terpungkiri berapa banyak kendaraan yang saling salip menyalip, agar sampai tempat tujuan dengan cepat.

Banyak pula pedagang kaki lima yang bertebaran dipinggir jalan. Dari mulai berjualan minuman, hingga pembersih kaca mobil.

Wanita yang sedang menyetir ditengah kemacetan ini, merasa tidak masalah dengan semua ini. Karena, tugas kuliahnya semua sudah selesai, hari ini tidak ada jadwal apapun, jadi dia hanya menyetir mengelilingi ibukota.

Perjalanannya ditemani dengan alunan musik klasik kesukaannya. Musik tersebut membuat suasana menjadi lebih rileks. Ditambah, pengharum mobil itu yang beraroma lavender.

Disaat semua orang beradu ditengah kemacetan, wanita ini justru bersenandung dan mengetuk kan jarinya di stir mobil, mengikuti irama lagu yang ia dengar.

Tujuannya hari ini hanya akan menghampiri rumah temannya, jadi ia tak berdandan terlalu heboh, tak perlu juga menggunakan baju yang terlalu rapih.

Tak lama, Hp nya berbunyi. Tanda ada telpon masuk. Ia mengambil Hp nya yang ia letakan di kursi penumpang sebelah kanan, dan melihat nama penelfon.

Dev❤

Senyum manis terulas diwajahnya. Ia langsung menggeser tombol hijau, menerima telfon itu.

"Hai, sayang," sapa wanita cantik itu.

"Aduh dipanggil sayang, melting nih!" seru Devano.

Naura terkekeh pelan. Sudah 4 tahun hubungan mereka, 4 tahun pula mereka melakukan hubungan jarak jauh alias LDR. Awalnya memang Naura merasa susah untuk LDR, tapi ternyata LDR tidak semengerikan itu. Justru ini melatih mereka untuk saling percaya.

"Ahah, lebay nya gak hilang deh!" seru Naura. "Kamu lagi apa?"

"Baru bangun, nih," jawab Devano dengan suara yang masih sangat terdengar seperti orang baru bangun tidur.

"Disana jam 9 ya?"

"Iyaaa!" jawab Devano dengan nada manja. "Kamu lagi ngapain?"

"Lagi sama selingkuhan." canda Naura.

"Ohh, salam ya buat mas selingkuhannya! Bilang, kalo aku udah ke Jakarta, dia siap-siap babak belur!" ucap Devano yang tau, Naura pasti sedang bercanda. "Serius ah, lagi ngapain?"

Naura tertawa, tawa yang sangat dirindukan Devano. "Lagi nyetir, mau kerumah Nashwa, kayaknya sih mau jemput Mora dulu," ucap Naura.

Fyi, Devano sangatlah posesif. Ia akan menanyakan keberadaan Naura setiap saat, dan akan menanyakan segala macam pertanyaan. Dimana Naura, bersama siapa, sedang apa, berapa lama. Dan jika Naura tidak menjawab, ia akan menghubungi Mora, Nashwa, dan Josua--sahabat laki-laki Naura yang dipercaya Devano untuk menjaga Naura selama dirinya di Amsterdam.

"Kok kamu nyetir sendiri? Josua gak jemput? Atau--"

"Dev, udah deh. Josua bukan tukang ojek aku. Lagian aku bisa nyetir sendiri kok, kenapa haru sama Josua terus?" ucap Naura dengan lembut.

Devano merasakan kalau Naura mulai tidak suka jika dirinya membahas Josua harus menemaninya kemana-mana. "Gimana, bu, udah jadi artis selama setahun? Seneng?" tanyanya dengan nada yang menggemashkan.

Naura sudah menekuni dunia akting dan menyanyi dilayar kaca sejak satu tahun yang lalu. Berkat itu, ia bisa membayar kuliahnya sendiri. Bahkan orang tuanya sekarang yang diberi uang saku olehnya. Sudah 4 film ia bintangi, dan semua film itu memiliki jumlah menonton yang tidak sedikit. Begitupun dengan album music nya. Sudah ada 2 album yang ia luncurkan, dan kedua album itu laku keras. Dua hal itulah yang membuatnya terpacu untuk terus menekuni dunia musik dan akting.

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang