Perpisahan itu gak akan ada, kalau kamu benar-benar percaya kalau aku akan tetap kembali kepadamu.
*****
"Dua bulan lagi aku harus pindah ke Amsterdam, nau."
Naura yang tengah mengunyah langsung menghentikan kegiatan mengunyahnya. Meletakkan sendoknya di piring, dan menatap Devano. "Dev, kamu bercanda, kan?" tanya Naura.
Jujur, Devano tidak kuat menatap Naura didalam kondisi seperti ini. "Nau..."
Naura memalingkan pandangan dari muka Devano kedepan. Air mata siap ia tumpahkan, namun ia tahan. Se-sakit itu memang, jika orang yang sangat kita cintai meninggalkan kita.
"Nau, i'm so sorry. Tapi, kali ini serius," ucap Devano dengan suara lirih.
"Kenapa, dev?"
"Papaku dipindah tugaskan, nau," jawab Devano dengan suara lemah.
"How long, dev?" tanya Naura lagi.
Devano menundukkan kepala sebelum menjawab. "Lima tahun, nau,"
Naura menundukkan kepala. Tak lama ia merapihkan barang-barangnya, dan pergi begitu saja.
Niat hati Devano ingin mengejarnya, tapi ia sadar kalau Naura sedang butuh waktu sendiri.
Akhirnya Devano membayar nasi uduk miliknya dan milik Naura. Dan, pastinya Naura dengan porsi besarnya.
***
Naura langsung berlari menuju kelasnya. Menerobos gerombolan yang berdiri didepan kelasnya.
Ia berlari menuju mejanya. Ternyata Nashwa sudah datang. Naura berlari, dan duduk dibangkunya. Meletakkan kedua tangannya dimeja, dan meletakan kepala diatas tumpukkan tangan, dan menangis.
Lebay? Terserah kalian mau menilainya apa. Tapi, segitu menyakitkan kalau ditinggalkan orang yang selama ini menjagamu dengan penuh hati.
Nashwa yang melihat Naura menangis langsung menghentikan bermain gamenya, meletakkan Hp-nya, dan langsung mengelus pundak Naura.
Tak lama, Mora datang. Ia bergegas menuju bangkunya, dan benar saja dugaannya, Naura sedang menangis.
"Nau, kata Devano ntar dia mau lo pulang sama dia. Ada yang mau diomongin." ucap Mora sebelum duduk dan meletakkan tasnya.
Nashwa merasakan ada aura yang tak enak. "Nau, lo gak berantem sama Devano, kan? Lo gak diapa-apain sama Devano, kan?" tanya Nashwa khawatir.
Naura mengangkat kepala, lalu memeluk Nashwa. Nashwa semakin khawatir. "Nau, lo kenapa, sih?!"
"Devano mau pindah ke Amsterdam, nash," ucap Naura dengan suara yang masih diselipkan isakkan. "Dua bulan lagi," lanjutnya.
Nashwa menepuk-nepuk pundak Naura, berusaha menyalurkan tenaga dan kehangatan.
Mora sebenarnya sudah tau, tapi ia tak mau menceritakkan sebelum Naura yang berbicara.
"Kenapa dia harus pindah, nau?" tanya Nashwa yang masih memeluk Naura.
Naura menghabiskan isakkannya, lalu menegakkan tubuhnya. Beruntung jam masuk masih 15 menit lagi. "Papanya dipindah tugaskan," ucapnya dengan suara lirih.
Nashwa langsung diam, tak ingin mengungkit terlalu jauh. Karena ia tau, pasti sangat menyakitkan bagi Naura.
"Nau, lo nanti pulang sama Devano, ya? Dia mau ngomong sama lo." ucap Mora setelah mereka terdiam kurang lebih 3 menit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu
Random[15nov'19-24okt'20] Kamu, yang aku mau. Kamu, yang aku cinta. Kamu, yang akan aku jaga, selamanya.