BAB 22

9.1K 785 221
                                    

DOH, MAAF KEY BARU UPDATE. KEY SEDANG SIBUK PARAH. LOCK DOWN NGGAK BIKIN KEY JADI NGGAK PRODUKTIF, GUYS, JUSTRU PRODUKTIFNYA LUAR BIASAH. KEY MINTA VOMMENT-NYA YANG BUANYAK YAAA HEHEHE. KEY BAKAL BALESIN COMMENT KALIAN SETELAH KEY BERES DENGAN KESIBUKAN KEY. 💖

Sepanjang memasuki bangunan utama Istana Wealthbridge, Pangeran Silas tak berhenti menggerutu, segala sumpah serapah dalam bahasa ibunya terselip di setiap gerutuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang memasuki bangunan utama Istana Wealthbridge, Pangeran Silas tak berhenti menggerutu, segala sumpah serapah dalam bahasa ibunya terselip di setiap gerutuannya. Raut wajahnya pun tak bisa dilihat, dahinya berkerut muram sampai-sampai Carlos hanya bisa menunduk dan berpura-pura tak mendengar apapun di sisinya.

"Sebenarnya, dia itu calon rajamu atau pangeran yang baru lahir?" Pangeran Silas bergumam kesal, semakin mengeluarkan umpatan andalannya ketika Carlos tetap mengunci mulut.

Begitu ia tiba di depan pintu kamar Pangeran Magnus, ia menemukan Parison Courtney yang berdiri di depan pintu kamar kakaknya, berjaga di sana. Tatapannya menusuk tajam ke arah perempuan berambut pirang tersebut yang baru setengah jam lalu mendarat di mansionnya. Ia lalu menoleh pada Carlos di sampingnya dengan senyum mencemooh.

"Sepertinya pangeran baru lahir, Hm? Lihat dia sampai perlu dijaga induknya?" Pangeran Silas lalu bergerak maju satu langkah, perhatiannya tertuju pada Parison. "Minggir. Menjauh dariku sepuluh langkah dari tempatku berdiri," suruhnya.

Parison menatapnya cukup lama sebelum ia mematuhi perintah Pangeran Silas, menjauh sepuluh langkah dari pangeran itu, memberikan kebebasan padanya untuk mengakses kamar Pangeran Magnus dengan tarikan napas sabar yang sama sekali tak ditutupinya.

"Magnus, buka pintunya, aku ingin bicara denganmu. Buka atau aku takkan segan mendobrak pintu sialan ini." Pangeran Silas mengetuk-ngetuk pintu kamar Pangeran Magnus tak sabar. Umpatan demi umpatan terus keluar dari bibirnya dan seorang Silas Maranello tentu selalu menepati kalimatnya. Ia tak segan akan mendobrak pintu kamar kakaknya tersebut sebelum Raja Maranello muncul dan berkata 'jangan'.

"Biarkan dia, Silas. Aku yakin Magnus takkan melakukan sesuatu yang akan melukai dirinya. Dia memerlukan waktunya untuk sendiri," kata Raja Maranello.

Pangeran Silas terdiam sebentar. Otak cerdasnya tentu mencerna kalimat Raja Maranello dengan sangat cepat sebelum kemudian mata menyipitnya terarah pada Parison Courtney. Ia jelas ingat perempuan satu ini mengatakan jika seluruh istana mencemaskan Pangeran Magnus, namun bahkan wajah ayahnya tampak biasa saja, sama sekali tak terlihat cemas. Ia tahu sekarang mengapa Carlos menyambutnya tadi dengan sangat tenang.

"Aku mengerti kau cemas dengan kakakmu, tapi aku tahu Magnus lebih bijaksana dari apa yang sedang kau lihat sekarang," tambah Raja Maranello.

Sumpah serapah bahasa ibunya lagi-lagi keluar dari mulut Pangeran Silas. Ia lalu bergumam dalam bahasa ibunya; persetan, siapa yang mencemaskan dia. Ia jelas takkan kemari jika bukan karena terpaksa. Putri Harmony yang membuatnya di malam-malam seharusnya ia bergelung di ranjang dengan perempuan itu harus kemari hanya untuk mengetuk pintu sialan kakaknya.

Princess Harmony's Lover (Wealthbridge Kingdom Series II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang