Happy reading's..."PANDU GARA MAHESA!!"
Suara panggilan itu terdengar menggema, ditengah ruangan gelap sebuah rumah mewah berlantai dua.
Tap tap..
Orang yang dipanggil, refleks menghentikan langkah. Lalu menegakkan tubuh tegapnya yang masih terbalut seragam sekolah.
"PUKUL TIGA DINI HARI GARA!!"
"KAMU SEKOLAH ATAU JAGA MALAM DISANA??"
Plash..
Pemuda itu menyipitkan matanya. Menyesuaikan pandangan, dengan cahaya lampu yang tiba-tiba saja menyala disekelilingnya.
Hmm..
Tapi alih-alih menjawab, ia malah menguap panjang dan merenggangkan kedua tangannya dengan santai.
"Tawuran lagi hah??"
Masih, suara itu mencecarnya dari belakang. Walau sudah tak semenggelegar seperti tadi saat pertama, tapi tetap saja tak mempan untuk membuatnya meloloskan decak penuh kebosanan.
Huuhh..
"Ckk!! Udah biasa kan pah..??" akhirnya cowok bernama kecil Gara itu mengalah dan berbalik menghadap ayahnya.
Yang hanya bisa menggertakan gigi sambil menghela nafas berat, mendengar penuturannya yang jauh dari kata merasa bersalah.
"Biasa??" Picingnya tajam.
"Dua orang patah tulang, dan satu orang cedera dikepala, belum lagi perempuan yang ikut dilarikan kerumah sakit bersama mereka. Itu yang kamu bilang biasa Gara???" Tanya Pandu kemudian, dengan suaranya yang sedikit bergetar karena emosi yang nyaris tak tertahan.
"Kamu mau jadi apa?? Sampai perempuan saja kamu hajar!!"
"Yaa Allah.."
Pria berusia hampir setengah abad itu mengusap kasar wajahnya. Sudah tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi anak lelakinya yang benar-benar tidak tahu diajar.
Wait...
Perempuan??
Gara tersentak tiba-tiba.
Okeee...
Sepertinya sudah cukup ia bermain-main. Dan sekarang waktunya untuk mulai menanggapi serius perkataan ayahnya.
Tapi perempuan apa sialan!!
Perempuan yang mana??!!
Shit!!
Keningnya sampai berkerut begitu dalam. Mencoba mengingat kembali insiden yang sedang disinggung oleh beliau.
Perempuan mana astaga...
Ssshhhh...
Ahh!!
"Bangsat!!"
Dan spontan saja ia jadi mengumpat, saat akhirnya berhasil teringat.
Perempuan itu...!!
"Damn!! Siapa yang sudah menyebar fitnah??" Geramnya penuh murka.
"Astaghfirullah.. Language please Gara..."
"Jangan sampai mama mu mendengar kata-kata seperti barusan heh" Pandu senior mendesis gemas kali ini. Ingin rasanya ia langsung hajar saja ini putranya, seandainya memang benar-benar sudah tidak bisa lagi diselamatkan kelakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garalline
БоевикRalline Azzara Kesialan demi kesialan terus saja bertubi dialaminya. Semenjak malam dimana sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka secara sepihak, dan ia bertemu dengan siswa baru di sekolahnya. Dari mulai kesialan biasa, luar biasa sampai yan...