Garalline 18

710 44 15
                                    


Happy reading's...

***

"Emhh.. emmhhh... Ahhhh..."

"Jaa.. ngannn..."

"Tooo.. longgg..."

Wanita itu terus menggeliat. Seluruh tubuhnya yang sudah berpeluh bergerak-gerak semakin gelisah.

"Jaa.. ngannn..."

Kata-kata itu terus keluar disertai isakan, sementara matanya masih tetap erat terpejam.

"Tidakkk..."

"Jangan..."

Tangannya mulai ikut meronta. Seolah tengah berusaha mempertahankan sesuatu yang hendak direbut dari genggamannya.

"TIDAKKKK!!!"

Hah

Hah

Hah

Dengan nafas terengah, akhirnya wanita itu terbangun dari lelapnya. Kedua matanya mengerjap perlahan, mengumpulkan sisa-sisa kesadaran.

"Ssshhh..."

Wanita itu meringis, merasakan ngilu disatu sisi perutnya. Sekujur tubuhnya pun mulai terasa pegal-pegal. Rasanya lelah sekali.. seperti ia baru saja berlari mengitari seluruh bumi.

"Ini.. dimana?" Tanyanya sambil melihat ke sekeliling ruangan. Matanya kembali mengerjap pelan, menghalau rasa pening yang tiba-tiba melanda kepala.

"Sshhh..."

"Apa yang.."

Deg

"Anakku!!"

"Dimana anakku??!!"

Dengan histeris kemudian, wanita itu berusaha turun dari ranjang. Tapi tubuhnya yang ternyata masih begitu lemah dan kepalanya yang kian berputar-putar membuatnya tak kuasa menapakkan langkah sampai kebawah.

"Anakku..." Kegaduhan yang entah berasal darimana, membuat rintih putus asa nya kian tak terdengar. Hingga air matanya banjir meluruh bersamaan dengan tubuhnya yang perlahan kembali rubuh.

***

Cklik

Riuh suara seruan dan gurauan seketika lenyap, saat Ralline membuka pintu kamar mandi dan berdiri mematung didepan teman-temannya. Semua kompak terdiam. Tidak ada yang satu pun yang mengeluarkan suara, walau semua mulut sudah terbuka. Mereka nampak terkejut, tepatnya tidak pernah menyangka, jika kemeja putih, polos dan besar yang dibawa Ralline benar-benar bisa menguarkan aura yang begitu berbeda setelah dikenakan.

Sementara Ralline yang masih membenahi kemejanya, nampak sedikit kebingungan melihat reaksi teman-temannya yang begitu diam. Tapi tak lama setelah sadar keadaan, diam-diam bendera kemenangan pun mulai berkibar dikepalanya. Ho ho.. Tapi tentunya ia masih belum bisa berkoar sebelum benar-benar mendapatkan pengakuan.

Ekhhm..

Jadi dengan tingkat kepedean yang sudah melambung tinggi, Ralline menegakkan tubuhnya dan mulai berjalan. Melewati semua mata, menuju sebuah kursi panjang disamping ranjang.

Disana, Ralline duduk bersilang kaki sambil bersandar. Satu tangannya ia tekuk untuk menopang kepala, sementara satunya lagi ia gunakan untuk mengikal-ikal helai rambut yang terjatuh ke samping wajah. Entah mendapat ide itu darimana.

GarallineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang