Bel istirahat berbunyi...
Saatnya untuk para pejuang ilmu, melepaskan lelahnya sejenak hari ini.
Berbagi keluh cerita, sambil bercanda ria, ditempat paling keramat disepanjang sejarah Harapan Bangsa yang pernah ada.
Dimana??
Ya dimana lagi, selain di kantin Bu Harja kesayangan mereka.
Tempat manusia dengan segala kasta dan usia, dapat berkumpul bersama sambil memanjakan perutnya, tanpa perlu pusing memikirkan harga.
Alias murmer sekali pemirsa..
Lihat saja antrian penggemarnya..
"Huhh.. pake penglaris apa sih si ibu?? Sumpah ya penuh banget gila" Liana menggelengkan kepalanya dari kejauhan, yang langsung saja dikeplak oleh Trisha.
"Ngaco!! Penglaris apaan?? Lo pikir si ibu nyugih gitu?? Kalo iya nih ya, udah abis makhluk-makhluk ga ada akhlak kaya lo ini dijadiin tumbal"
"Setan"
"Ya mulut.."
Sementara kedua sejoli itu lanjut sibuk bertengkar, Ralline menoleh dan melambaikan tangannya pada Dini yang masih berada di anak tangga.
"Disini beb.." panggilnya. Dan bergegas gadis itu berlari.
"Hai.." sapa Dini ceria, bukan pada Ralline tentunya.
Ishh...
"Nad kenalin ini.."
"Kakak siswi pindahan yang dari Jerman itu?"
Heh.. dateng-dateng juga!!
Tak mengindahkan delikan Ralline, Dini langsung saja nyerocos tanpa koma. Seraya tak hentinya memberikan pandangan takjub tapi juga kasihan?? Pada sosok yang tengah jadi pusat perhatian seantero sekolahan.
Seolah gadis berkulit putih bening itu adalah seorang keturunan dewa, yang tidak seharusnya terdampar ditengah-tengah makhluk jelata seperti Ralline, Trisha dan juga Liana.
Ckk ckk ckk.. sayang banget sih..
Arti gemas tatapannya.
Semoga saja imannya kuat ya..
Hhhhh...
Yang ditanya hanya mengangguk dan tersenyum ramah saja. Tak seperti remahan-remahan Khong Guan disebelahnya, yang sudah memasang wajah penuh dengki dan curiga.
"Hmm.. tapi kok mau sihh kak.. pindah kesini?"
Nahhh.. benar kan?? Cari perkara emang.
"Heh.. maemunah.. emang kenapa kalo pindah kesini hah??" Sambar Liana tiba-tiba langsung ngegas.
"Ini sekolah unggulan ya, yang udah bertaraf in ter na si o nal, jadi ga salah dong pindahnya kesini" ia kemudian menambahkan untuk memperjelas.
"Huhh.. iya.. iya.. tau.. tapi kan.." dengan cemberut Dini mengangguk. Tapi tetap, masih saja ada tapi nya. Tidak kapok memang!!
"Maksudnya.. kenapa pindah gitu?"
"Allahu netizen.. kepo aja atau kepo banget, heh?? Dikasih sarapan apa sih Lo tadi pagi??" Kini Trisha yang menyambung hujatan.
"Dikasih sarapan orang yang sesenggukan nangis putus cinta, terus..."
"Duh duh.. sakit Ra!! Ish!" Dini yang sedang bercerita tanpa dosa, spontan meringis dan menggosok-gosok kupingnya yang memerah kena jiwir.
"Apa lo?? Nyindir gue heh??" Ralline yang masih berusaha sabar sejak tadi, akhirnya mengeluarkan aslinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garalline
ActionRalline Azzara Kesialan demi kesialan terus saja bertubi dialaminya. Semenjak malam dimana sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka secara sepihak, dan ia bertemu dengan siswa baru di sekolahnya. Dari mulai kesialan biasa, luar biasa sampai yan...