Garalline 44

73 6 6
                                    


04:00
Graha Citra Batu Nunggal

"Laporan selesai"

Wahyu Pradana menghela nafasnya. Kalimat itu sebenarnya sudah ia dengar lebih dari dua jam lalu, sebelum kedua orang dihadapannya ini datang menggemparkan kediamannya.

"Mas.. dimana anakku?"

"Please.. jangan diumpetin mas, aku mau ketemu.."

"Garaaaa.."

"Dimana kamu nak..?"

Hela panjang lagi-lagi terdengar dari mulut Wahyu yang sentiasa kembali terbungkam. Pasalnya, adiknya ini terus ribut bertanya-tanya, tapi tak pernah sedikitpun memberikannya kesempatan untuk bicara. Huh.. Entahlah, mungkin saking paniknya.

"Mas!!"

"Hmm.." Wahyu hanya bergumam.

"Anakmu gak ada disini dek, dia di rumah sakit temennya". Jawabnya pada akhirnya. Yang bukannya membuat sang adik merasa tenang, malah semakin uring-uringan.

"Apa?? Di rumah sakit?? Sejak kapan?"

Lah..

"Emang parah banget kondisinya? Terus sekarang gimana? Duh, perasaan tadi waktu nelpon masih biasa aja suaranya mas, apa cuma pura-pura gitu ya?? Atau baru kerasa?Yaa Allah.. ini anak.. ga bikin jantungan atau tensi naik sekali aja ga bisa apa ya?? Gustiii.."

"MASSS!!"

Wahyu mengangkat alisnya.

"Malah bengong!!"

Heh??

"Nunggu apalagi? Ishhh.. udah ga bilang dari awal, sekarang malah diem aja lagi bukannya buruan anterin!!"

Haaa..

Kepala polisi daerah itu sampai mendelik, karena ujung-ujungnya jadi ia yang disalahkan. Kenapa baru bilang katanya?? Padahal diberi kesempatan menjawab saja baru sekarang kan??

Cihh!!

Kalau bukan adik!!

"Mass!!"

Wahyu menghela nafasnya. "Tunggu agak siangan.. sekarang masih belum jam besuk, percuma, kamu kesana juga gak akan bisa masuk" jawabnya setengah sabar, setengah menahan sebal. Apalagi setelah melihat reaksi adiknya yang kini sudah persis seperti tokoh-tokoh antagonis di televisi.

"Jam besuk??"

"Hmm.."

"Iya, anakmu ada di rumah sakit umum, bukan rumah sakit kepolisian, mana bisa.."

"Astaga.. Kenapa gak dibawa ke Bhayangkara aja sih biar gampang"

Lahh..

Kena lagi??

"Kenapa harus.."

"Sayang.. tenang.. aku udah dapet konfirmasinya, katanya emang Gara sendiri yang minta dirawat disana". Bergegas Pandu yang baru memasuki ruangan langsung merengkuh pinggang sang istri dan menjauhkannya.

"Iya tapi kan.."

"Ssstt.. udah.. udah ya.. jangan ganggu mas mu lagi, kasian, biarin beliau istirahat dulu sebentar, hm?"

Maaf bang..

Sembari membawa istrinya duduk di bangku, Pandu melirik sekilas kakak iparnya yang sudah mendengus seraya memijat kepalanya di belakang. Untung saja memang, pria satu itu begitu peka hingga langsung segera turun tangan, sebelum kedua kakak beradik dihadapannya lanjut adu mulut lebih panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GarallineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang