Happy reading's..**
Melesat dengan sisa tenaganya, Gara berusaha mencegah. Tapi sayang ia terlambat. Pisau yang sudah mengoyak sebagian leher itu terjatuh dengan semburan darah. Bau anyir pun menyeruak seketika. Gara segera melepas kaos panjangnya. Mencoba menghentikan darah yang terus mengucur dengan melilitkannya di leher yang menganga.
"Telpon ambulans, cepat!!" Teriak Gara pada para gadis yang tengah membeku dibelakangnya.
Dengan kalut, ia terus mencoba menghambat laju aliran darah. Tapi di sisi lain, ia juga tak berani menekan terlalu kencang. Alih-alih darahnya yang berhenti, salah-salah malah nyawanya yang menghilang.
Damn!!
Menghempas nafas geram, sekali lagi Gara menengok kebelakang.
Yaa Allah...
"Jangan sampai keburu meninggal disini, please" desisnya berusaha tetap mengontrol nada suara. Ia tahu mereka pasti begitu trauma, jujur ia juga sama. Tapi masalahnya disini, ada nyawa yang masih harus ia perjuangkan.
Ralline dan ketiga temannya sontak berdengap ngeri. Mendengar Gara menyebut kata 'meninggal', seolah menjadi sebuah hantaman tersendiri untuk otak mereka yang membeku sejak tadi. Bahkan wajah mereka yang sudah memucat, kini semakin kehilangan warna. Seolah darah merekalah yang sedang tergenang dibawah sana.
Meninggal...
Jangan sampai meninggal..??!!
Yaa Tuhan..
"Ambulan Ra.. cepet telpon ambulan" teriak Trisha panik pada Ralline yang ternyata sudah memegang ponselnya.
Dengan panik pula, Ralline memaksa tangannya membuka layar. Jarinya yang gemetar terus bergulir mencari aplikasi berwarna hijau. Tapi ketika sudah menemukannya, gadis itu malah terdiam.
"No- nomer ambulannya berapa Sha?"
Tanyanya yang dijawab hela nafas berjamaah. Semua nampak jengkel sekaligus putus asa, karena ternyata tak ada satu pun dari mereka yang tahu berapa nomornya. Hingga akhirnya dengan geram, Bisma pun mendekat dan menyambar handphone ditangannya.Cowok babak belur itu nampak menekan beberapa angka, sebelum kembali menjauh. Ia masih menunggu panggilannya tersambung, saat sudut matanya menangkap sosok Mbak Siska keluar dengan langkah tergesa-gesa menghampiri mereka.
"Sha... itu..."
Mba Siska tidak sampai melanjutkan kata-katanya. Karena saat semua kepala serempak menoleh padanya, disaat itu pula pemandangan ngeri diteras tersingkap.
"Ituu..." Tunjuknya, terbata-bata.
"O-orang itu..."
"Ahh.. itu..."
Brukkk!!
"MBAK SISKAAA..."
Teriak semuanya saat tubuh yang sedang mengandung itu tiba-tiba saja ambruk didepan mata mereka.
******
Bisma menutup panggilannya sambil menarik nafas dalam-dalam. Mencoba menguatkan lagi jantungnya, yang rasanya sudah nyaris minta berhenti bekerja.
Yaa Tuhan.. sebenarnya kenapa hidup mereka bisa mendadak berubah genre jadi horor begini?!!
Sambil memasukkan ponsel Ralline kedalam sakunya, Bisma berjalan linglung menuju tempat sekring listrik berada.
Plakk
Semua mata spontan mengerjap, saat lampu teras dan taman kembali menyinari pandangan mereka. Dan sayangnya, hal itu hanya semakin memperjelas saja pemandangan ngeri yang tadi cuma terlihat remang-remang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garalline
ActionRalline Azzara Kesialan demi kesialan terus saja bertubi dialaminya. Semenjak malam dimana sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka secara sepihak, dan ia bertemu dengan siswa baru di sekolahnya. Dari mulai kesialan biasa, luar biasa sampai yan...