Garalline 35

317 21 24
                                    


Sebelumnya..

"Dengar!! Nanti malam kita keluar"

Waaaa...

"Tapi ingat!! Jangan sampai gagal lagi. Dan jangan bikin keributan. Mengerti?"

"Siap.. mengerti bos.." Kompak semua orang menyerukan jawaban dengan bahagia, saat pemimpin mereka selesai memberikan perintah. Pria itu menggelengkan kepalanya.

"Ini alamatnya!! Dan Fajar.."

"Eh iya bos?"

"Sementara, kamu urus 'orang gila' dulu yang diluar"

"Hah? Apa??"

Hmpptt.. hmpptt..

Meredup seketika semangatnya saat ditertawakan. Orang bernama Fajar, yang biasanya selalu didapuk menjadi kaki tangan itu, kini hanya bisa mengangguk pasrah, saat hanya diberi pekerjaan tidak jelas.

"Oke bos.." desahnya kemudian
sambil berlalu pergi keluar.

Hahhh.. anjing!!

Gara-gara kemarin ini pasti!!

Bertahun-tahun cuma gagal sekali tapi..

Ckk!!

Ini lagi.. ngapain si ini orang terus tidur disini??!

"Heh gembel!! Pergi pergi sana!! Gerbangnya mau dikunci" Hardik Fajar, setengah melampiaskan kekesalannya, pada seorang pria tunawisma, yang tengah pulas di teras belakang kantor tempat ia bekerja.

"Ngghh.."

Mendengar hardikannya, tunawisma itu pun spontan membuka matanya dan mendongak. "Hehe.. hehe.." Namun seperti tak mengerti dan alih-alih menurut pergi seperti yang diperintah, pria bertampang dekil itu malah tertawa sambil kembali merebahkan dirinya.

"Akhh!! Dasar nu gelo siah!!"

"Hehe.. hehe.."

Merasa bodoh sendiri, karena sudah mengajak bicara orang gila, Fajar lantas menggeram dengan murka. Ia benar-benar disuruh mengurus orang gila ternyata.

Sialan!!

Awas saja nanti malam!!

Kalau masih belum pergi juga, perduli setan dengan orang gila, ia hilangkan nyawanya.

Cihh!!

Sambil terus bersungut-sungut, Fajar menendang kaki orang tersebut sebelum berbalik kembali menuju ruang kantornya. Mengoceh panjang lebar disepanjang jalannya, sampai-sampai tidak sadar, jika ia sudah tidak sendirian.

"Kenapa kamu heh?" Tanya datar seorang pria dengan setelan rapi, dan jas tersampir di lengan.

Deg

"Ehh, maaf maaf pak.. ga ada apa-apa" sontak berdiri lagi dari niatnya untuk segera duduk, Fajar cepat-cepat mengangguk.

"Hm.. jangan lengah. Terus waspada sama siapa aja"

Deg

"Siap pak"

Sekali lagi menganggukkan kepalanya, Fajar menunduk dengan khidmat. Tak berani sedikitpun ia mengangkat pandangannya, sebelum suara langkah-langkah tegas orang yang barusan, perlahan menghilang dari pendengaran.

Huppfttt..

Desahnya seraya mengelus dada. Merasa begitu lega. Entah apa yang berbeda sebenarnya, tapi jika ditanya siapa yang paling ia segani diantara semua, maka tanpa berpikir panjang Fajar akan menjawab orang barusan.

GarallineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang