Garalline 33

450 28 31
                                    

"Emmmhhh... Emmmhhh"

"Awas pelan-pelan"

"Jangan sampai kedengeran orang"

Bugh bugh bugh

"Emmmhhh.."

PLAKKK

"DIAM!!"

"Kalau tidak mau dikubur sekarang, jangan macam-macam!!"

Semua kasak kusuk tidak jelas itu terdengar rendah di pelataran belakang sebuah perumahan mewah. Dimana, tiga orang pria tinggi kekar, nampak tengah menyeret paksa seorang gadis belia yang terus saja meronta-ronta. Gadis itu diikat kedua tangannya kebelakang, sementara dimulutnya terpasang selembar lakban.

Gerakan mereka begitu cepat namun tetap berhati-hati. Nyaris tak sampai menimbulkan bunyi yang kentara, seandainya saja si gadis muda tadi tidak menendang gerbang seng yang dilewatinya dengan begitu kencang.

PRANGGG

Suara benturannya yang cukup memekakkan, membuat adegan seret menyeret itu terhenti seketika. Suasana mendadak senyap, dengan tingkat kewaspadaan yang mulai menyala sigap. Bukan tidak mungkin pasalnya, jika para penghuni perumahan sekitar, kini jadi terjaga karenanya.

Sial!!!

Sejenak ketiga pria itu saling pandang. Dan akhirnya untuk antisipasi darurat, salah satunya pun bergegas mundur agar bisa mengawasi keadaan.

"Dasar wanita.."

"Pak Jamal?"

Deg

"Paaa.."

Namun belum ada genap sepuluh langkah pria yang kemudian dipanggil Jamal itu memisahkan diri dari para rekannya, hal yang dikhawatirkan ternyata sudah benar-benar kejadian.

Kinanti Pramudya..

Hupft..

Jamal menahan deru nafasnya. Dengan enggan, ia lalu menoleh pada wanita penghuni rumah terbesar di komplek perumahan Kencana Biru itu dan menyapanya dengan sopan.

"Bu Kinan.. Selamat malam Bu.."

Kinanti nampak menganggukkan kepala menjawab sapaannya. Dan gaun tidurnya yang panjang melambai-lambai, saat ia berjalan menghampiri Jamal diluar. "Malam pa.. suara apa ya barusan?"

"Hah suara??" Jamal tambah terkejut, hingga nyaris gelagapan.

"Ahh.. ohh.. itu!! Ckk biasalah Bu, kucing lagi ngebet kawin kejar-kejaran, terus jatoh nabrak gerbang"

"Ngomong-ngomong, Bapak nya belum pulang Bu?" Balik tanyanya mengalihkan perhatian. Seraya pura-pura menunjuk halaman rumah Kinan, yang kebetulan hanya terisi satu unit kendaraan.

Kinanti yang masih membulatkan bibirnya, lantas menggelengkan kepala. Kentara sekali ia terlihat belum puas dengan jawaban Jamal, namun tak diberikan lagi kesempatan lanjut bertanya.

"Ohh.. saya kira ada apa. Iya pa, suami saya belum pulang. Makanya saya kaget ada apa rame-rame diluar. Takutnya ada maling atau ada apa gitu" jawab Kinanti sambil meringis, mengusap-usap perut besarnya yang terasa sedikit menegang.

"Oh.. oh enggak Bu, gak ada apa-apa. Ibu Kinan tenang saja.. ada saya yang jaga diluar, pasti aman"

"Haha iya pa.." Sumbang, tawa Kinanti terdengar. Efek tegang dan malu sendiri karena sudah berpikir terlalu berlebihan.

GarallineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang