Prolog

18.2K 1K 51
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan deras menguyur Kota Seoul diikuti angin yang berhembus sangat kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan deras menguyur Kota Seoul diikuti angin yang berhembus sangat kencang. Jarum jam telah saling tumpang tindih pada angka 12 tepat. Seharusnya orang-orang tengah tenggelam dalam buaian mimpi indah mereka. Namun, berbeda dengan salah satu bilik di sebuah Rumah Sakit di pinggiran kota.

Seorang wanita tengah sangat kepayahan, ia tengah berada di situasi anatara hidup dan mati. Bukan hanya nyawanya saja yang tengah ia tanggung namun juga nyawa si bungsu yang masih belum mau keluar dari rahimnnya.

"Nyonya, sepertinya anda harus merelakan anak bungsu anda. Kelahirannya dapat membahayakan nyawa anda" ucap Dokter yang sedari tadi membantu proses persalinan.

Ia lantas mengeleng, "Tidak Dokter, anakku harus selamat. Mereka di takdirkan untuk lahir bersama"

Sang suami yang setia menemani mulai ikut angkat bicara dengan nada khawatir yang mendominasi getar suaranya, "Jisoo-ya, tolong dengarkan apa kata Dokter. Relakan si bungsu yang terpenting si sulung telah selamat"

Wanita itu-Kim Jisoo- lagi-lagi mengelengkan kepalanya, "Tidak, mereka harus selamat Namjoon. Harus!"

Namjoon menarik napas gusar, tangannya yang sedaritadi berkeringat makin menggengam erat tangan sang istri. Ia benar-benar tak mengerti mengapa Jisoo masih bersikeras melahirkan si bungsu padahal mereka telah memiliki si sulung. Bukankah kehadiran si sulung lebih daripada cukup untuk keluarga kecil mereka?.

"Ayo Nyonya, satu, dua, tiga, dorong!" perintah sang Dokter untuk yang kesekian kalinya.

Jisoo mengeluarkan seluruh tenaganya. Tak peduli rasa lelah serta pening yang mendera diri. Prioritas utamanya adalah kelahiran si bungsu. Meski nyawanya sendiri yang menjadi taruhannya. Petir di luar terdengar riuh menyambar di ikuti isak tangis si bungsu yang berhasil lahir ke dunia.

Namjoon menarik napasnya lega. Menit-menit yang di penuhi terror akhirnya telah usai. Itulah yang pria itu harapkan. Namun faktanya semuanya kian memburuk. Gengaman tangan Jisoo pada tangannya mendadak lemah. Wajah ayu wanitanya terlihat begitu pucat dengan deru napas yang terdengar begitu pendek.

"Jisoo-ya, hei, kau tak apa-apa?" Namjoon total panik, ia bahkan tak peduli kala setetes liquid bening dengan kurang ajarnya menuruni pipinya. Persetan mengenai prinsip yang selama ini ia pegang, pria sejati tak boleh menangis. Rasa takut kehilangan sang istri jelas jauh lebih mendominasi dirinya saat ini.

"Suster segera siapkan alat-alat operasi. Kita harus melaksanakan prosedur oprasi sekarang!" perintah yang keluar sangat jelas dari mulut sang Dokter mampu membuat Namjoon makin di serang rasa panik.

Pria itu mengecupi tangan Jisoo, membelai lembut wajah sang istri yang terasa dingin, "Jisoo-ya, kau harus bertahan demi si kembar. Demi diriku" lirihnya parau.

Jisoo tersenyum lemah, "Jaga si kembar baik-baik Joon-ah. Katakan pada mereka bahwa aku sangat menyayangi mereka dan akan selalu ada di hati mereka. Aku mencintaimu Tuan genius"

"Tuan, mari kita keluar sekarang. Prosedur oprasi akan segera di laksanakan" ucap salah seorang suster sambil menarik paksa Namjoon dari sosok Jisoo yang mulai di pasangkan berbagai alat kesehatan.

"Jisoo-ya! Kau harus bertahan! Kau harus tetap hidup! Kau tidak boleh meninggalkanku" Teriak Namjoon berusaha memberontak, "Lepaskan! Istri saya membutuhkan saya"

"Tuan, silahkan keluar" kali ini tiga orang suster menahan Namjoon. Mendorong pria itu keluar dari ruang bersalin sang istri lantas dengan cepat menutup pintu agar Namjoon tak dapat masuk kembali ke dalam.

"Kim Jisoo!" Teriak Namjoon menggedor pintu secara kesetanan.

Malam itu sebuah nyawa memang berhasil di selamatkan. Namun, nyawa lainnya harus rela di korbankan.

"Tuan Kim, kami telah melakukan semampu kami tetapi nyawa Nyonya Kim tak dapat tertolong karena pendarahan hebat pasca melahirkan. Saya turut berduka cita untuk anda Tuan"

 Saya turut berduka cita untuk anda Tuan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming Soon

-kissandhug-

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang