Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hubungan antara Lisa dengan Jennie dan Mina mulai merengang, itulah yang di rasakan oleh Jennie akhir-akhir ini. Sosok manis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu kerap mangkir dari latihan dance akhir-akhir ini. Ia bahkan tak dapat menemukan gadis itu ketika jam istirahat ataupun jam pulang seolah Lisa memang sengaja menghindar dari dirinya.
Jari jemari Jennie asik membuat nada acak di atas mejanya. Ia bertopang dagu mencoba mencari-cari kesalahan apa yang mungkin saja ia perbuat secara tak sengaja pada Lisa. Namun, sekeras apapun ia memikirkannya ia sama sekali tak menemukan jawaban.
"Argh! Menyebalkan!" pekiknya tiba-tiba hingga seluruh atensi teman sekelasnya mengarah pada dirinya.
Lalu, tiba-tiba saja sebuah tangan mengebrak mejanya. Ia melirik, menemukan Mina dengan wajah temboknya. Ia lalu mendengus, "Apa sih?" sahut Jennie galak
"Baca" ucap Mina melirik ke arah kertas di meja Jennie.
Jennie mendengus, menyingkirkan tangan Mina yang menutupi kertas yang di maksud oleh gadis itu. Jennie membaca kertas tersebut secara seksama, ia mengernyit dan kembali menatap ke arah Mina yang telah duduk di atas meja tak jauh dari meja Jennie.
"Kau ingin aku mengikuti lomba ini?" tanya Jennie.
"Bukan, Lisa" sahut Mina sambil bersidekap dada, "Aku rasa anak itu dapat berpotensi memenangkan lomba itu"
Jennie mendengus, "Bagaimana ia bisa ikut lomba jika ia tak pernah ikut latihan?"
"Nanti, kita tanyakan saja padanya kenapa ia tak pernah ikut latihan. Sekarang, isikan itu untuk Lisa" ucap Mina sambil meloncat turun, "Ada sebuah bakat yang harus kita tunjukan pada orang-orang di luar sana" ucapnya melangkah pergi menuju bangkunya sendiri.
Jennie tersenyum, tangannya langsung mengambil pulpen, ia lalu menuliskan sesuatu di atas sana.
—
Lisa hanya duduk terdiam di kelasnya. Akhir-akhir ini ia merasa seolah semangatnya lenyap entah kemana. Padahal, ini baru hari ketiga ia sama sekali tak menari namun efeknya benar-benar sudah sangat luar biasa. Ia bahkan sampai tak mengenali dirinya sendiri.
Ia jadi jauh lebih senstif dari biasanya dan karena hal itu hubungannya dengan sang ayah semakin memburuk. Lisa menghela napasnya, ia jadi teringat pada Jennie dan Mina. Ia merasa sangat bersalah kepada kedua seniornya itu karena akhir-akhir ini ia menghindari keduanya.
Ia sebenarnya masih sangat bingung akan keputusan yang harus ia ambil. Haruskah ia mengikuti permintaan sang ayah ataukah ia tetap teguh pada pendiriannya?. Namun, kembali mengingat pertengkaran hebat keduanya membuat nyali Lisa ciut. Ia tak suka melihat ayahnya kecewa padanya.
"Ikut kami" tiba-tiba saja Mina dan Jennie menyeret Lisa untuk berdiri dari bangkunya dan membawa gadis itu pergi.
Lisa yang belum siap hanya dapat terdiam, mengikuti kedua kakak seniornya itu. Jennie dan Mina ternyata membawanya ke studio tari. Keduanya lantas melepaskan Lisa, memandang wajah Lisa yang menunduk dengan penuh selidik.