Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jennie dan Mina tengah berjalan di koridor Sekolah yang mulai ramai oleh para siswa dan siswi. Jennie asyik berceloteh ria di samping sahabatnya itu yang hanya menunjukan ekspresi datarnya. Namun, langkah keduanya terhenti kala menangkap sosok seseorang yang sangat familiar bagi mereka meskipun ia berjalan membelakangi keduanya. Orang itu nampak berjalan lesu, bahkan sampai menyenggol seseorang hingga buku yang ia bawa berserakan ke lantai.
Jennie dan Mina yang melihat itu pun dengan segera berlari kearah orang itu yang sedang sibuk mengumpulkan bukunya yang terjatuh di lantai, "Kau tak apa Rosé-ya?" Tanya Jennie langsung membantu Rosé untuk memunguti buku-bukunya begitupun dengan Mina.
Rosé tersentak kaget menemukan dua seniornya itu, namun ia dengan cepat dapat mengontrol ekspresi wajahnya dengan sangat baik. Setelah mengumpulkan buku-buku Rosé ketiganya pun bangkit berdiri, "Ini" ucap Jennie sambil memberikan buku milik Rosé begitupun dengan Mina.
Rosé tersenyum canggung, "Terima kasih" ucapnya dan hendak melengang pergi namun sesuatu seperti menahan tasnya hingga ia berbalik dan menemukan sosok Jennie yang kini tengah menahan tasnya.
"Kau baru masuk lagi kan?. Kau terlihat tak baik, butuh teman cerita?" tawar Jennie sambil tersenyum.
"Tapi jelas matamu tak dapat bohong, kau tak baik-baik saja Rosé-ssi" Rosé mendadak stagnan mendengar perkataan Mina yang kelewat tepat sasaran. Ia jelas tak baik-baik saja, ia perlu seseorang untuk diajak berkeluh kesah. Tapi, haruskah ia bercerita pada Jennie juga Mina?.
Setelah lama pergolakan batin yang dirasakan oleh Rosé juga sedikit paksaan dari Jennie. Saat ini, ketiganya tengah berada di kantin sekolah dengan sosok Rosé yang mengaduk-aduk greentaelatte-nya tak minat. Sementara Jennie juga Mina hanya saling pandang menunggu hingga Rosé membuka suara. Kabar soal hilangnya Lisa sudah jelas mereka ketahui, bahkan satu sekolah pun sudah mengetahuinya dan Jennie rasa Rosé benar-benar tak baik-baik saja saat ini.
Jennie berdehem pelan hingga mampu menarik atensi Rosé padanya, "Jadi, sampai sekarang Lisa belum ketemu juga?" Tanyanya hati-hati
Rosé menghela napas, menganggukan kepalanya samar, "Iya, sampai saat ini kami belum mengetahui keberadaan Lisa dimana. Padahal ayahku sudah melakukan berbagai usaha untuk menemukan Lisa"
"Ayahmu?" pekik Jennie tak percaya, "Ayahmu mencari Lisa?" lanjutnya yang mendapatkan sikutan dari Mina.
Rosé tersenyum miring, meneguk sejenak greentealatte-nya sebelum kembali menatap Mina juga Jennie, "Lisa, pasti banyak menceritakan soal sikap ayahku pada kalian yah?" tanyanya yang di balas anggukan oleh Jennie juga Mina.
"Ayahku menyesal, ia bahkan sedang sangat terpuruk saat ini. Kehilangan Lisa benar-benar menaparnya dengan telak, ah tidak, kehilangan Lisa juga menamparku"