Seokjin menuangkan susu coklat ke gelas Lisa. Sedari gadis itu bangun ia sama sekali belum membuka mulutnya barang sepatah kata pun. Mata gadis itu terlihat bengkak membuktikan seberapa lama ia menangis semalam. Seokjin meringis dalam hati, ia benar-benar ingin menerjang sosok ibu Namjoon dan menodongnya dengan pertanyaan apa yang telah kau lakukan pada keponakanku yang berharga dasar nenek lampir. Tetapi sayangnya itu hanya akan menjadi angannya saja, kode etik seorang guru yang baik melarangnya melakukan hal seperti itu.
"Sudah merasa baikan?" tanya Seokjin, ia sudah gerah dengan keheningan yang tercipta antaranya dan juga Lisa.
Lisa mengangguk, memaksa seulas senyum yang terlihat begitu getir di mata Seokjin, "Aku sudah jauh lebih baik, paman, terima kasih. Maaf karena sudah merepotkanmu" ucap Lisa.
Masih terekam jelas di kepala Lisa, mobil Seokjin yang terlihat ugal-ugalan, pria itu bahkan mengerem mendadak dan hampir menabrak tong sampah. Ia yakin sang paman pasti langsung tancap gas ke rumahnya begitu menerima telepon dari Lisa. Wajah pria itu terlihat sangat khawatir ketika turun dari mobil dan bisa kalian tebak sepanjang perjalanan Seokjin terus memuntahkan berbagai pertanyaan pada Lisa. Pria itu bahkan mengomel, mengumpati sosok sang nenek secara terang-terangan, terlihat dongkol setengah mati.
"Apa yang kau katakan Lili?, kau tak pernah merepotkan paman. Paman selalu bilang untuk menelpon paman jika nenek lampir itu datang bukan?" ucap Seokjin sambil menyerahkan sepiring pancake yang ia buat ke hadapan Lisa.
"Aku tak pernah merepotkan paman tapi selalu merepotkan ayah" lirih Lisa pelan, "Paman, apa kau yakin aku anak ayah?"
Seokjin menghela napas, menarik bangku mendekati Lisa, tangannya pun bergerak untuk mengusap rambut keponakannya, "Harus berapa kali paman jelaskan, hm?. Kau anak Kim Namjoon dan Kim Jisoo dan saudara kembar Kim Rose. Aku bahkan sempat memperlihatkanmu hasil test DNA kalian bukan?"
"Lalu, kenapa ayah juga keluarganya membenciku?. Seolah-olah aku ini seorang pembunuh yang dosanya tak bisa diampuni. Apa karena otakku bodoh mereka jadi membenciku?"
Seokjin terdiam, ia meneguk salivanya sendiri gusar dan lantas tersenyum, "Apa yang kau katakan Lili?, Mereka yang terlalu bodoh karena tak bisa menerimamu"
"Ah, ngomong-ngomong, ayah bodohmu itu apa lupa menyuruh maidnya untuk mengantarkan barang-barangmu? Rumus fisika saja dia ingat hal seperti ini saja tak ingat, dasar payah" ucap Seokjin bangkit berdiri, ia mengambil handphonenya dan hendak menelpon Namjoon tetapi urung kala bel apartementnya berbunyi beberapa kali.
"Ah, itu mungkin maid yang di suruh ayahmu" ucap Seokjin lantas melangkah menuju intercom guna melihat siapa orang yang menekan bel rumahnya.
Seokjin mendengus kala menemukan sosok Namjoon di depan pintu. Ia pun membuka pintu dan terkejut kala Rosé tiba-tiba saja masuk ke dalam rumahnya dan langsung memeluk erat Lisa. Ia pun mengalihkan pandangannya menatap malas Namjoon dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D I V E R G E N T
FanfictionTerlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...